Sabtu, 29 Juni 2013

UTUSAN MUHAMMAD KEPADA RAJA-RAJA DAN PARA PENGUASA

Akan tetapi kenyataannya Muhammad tidak ragu-ragu mengajak semua raja-raja itu menganut agama yang benar. Bahkan pada suatu hari ia pergi menemui sahabat-sahabatnya dan berkata :
“Saudara-saudara, Tuhan mengutus saya sebagai rahmat kepada seluruh umat manusia. Janganlah saudara-saudara berselisih pendapat tentang saya, seperti kaum Hawariyun (pengikut-pengikut Almasih) tentang Isa anak Mariam.”
“Rasulullah”, kata sahabat-sahabatnya. “Bagaimana pengikut-pengikut Isa itu berselisih pendapat?”
“Ia mengajak mereka kepada apa yang seperti saya ajak saudara-saudara. Orang yang diutusnya ke tempat yang dekat, orang itu menerima dan dengan senang hati. Tetapi orang yang diutusnya ke tempat yang jauh, muka orang itu terpaksa dan segan-segan.”
Kemudian dikatakannya kepada mereka bahwa ia akan mengutus orang-orang kepada Heraklius, kepada Kisra, Muqauqis, Harith al-Ghassani raja Hira, Harith al-Himyari raja Yaman dan kepada Najasyi di Abisinia. Akan diajaknya mereka itu masuk Islam. Sahabat-sahabatnya menyatakan mereka bersedia melakukan itu. Lalu dibuatnya sebentuk cincin dari perak tertuliskan: “Muhammad Rasulullah”.
Isi surat-surat yang dikirimkan itu seperti contoh yang kita kemukakan kepada pembaca, yaitu suratnya kepada Heraklius yang berbunyi :
Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang.
Dari Muhammad hamba Allah kepada Heraklius pembesar Rumawi. Salam sejahtera kepada orang yang sudi mengikut petunjuk yang benar.
Kemudian daripada itu. Dengan ini saya mengajak tuan menuruti ajaran Islam. Terimalah ajaran Islam, tuan akan selamat. Tuhan akan memberi pahala dua kali kepada tuan. Kalau tuan mengelak, maka dosa orang-orang arisiyin menjadi tanggung jawab tuan. Wahai orang-orang Ahli Kitab. Marilah sama-sama kita berpegang pada kata yang sama antara kami dan kamu yakni bahwa tak ada yang kita sembah selain Allah dan kita tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, bahwa yang satu takkan mengambil yang lain menjadi tuhan selain Allah. Tetapi kalau mereka mengelak juga, katakanlah kepada mereka, saksikanlah bahwa kami ini orang-orang Islam.”
Surat kepada Heraklius itu kemudian dibawa oleh Dihya bin Khalifa, surat kepada Kisra dibawa oleh Abdullah bim Hudhafa, surat kepada Najasyi oleh Amr bin Umayya, surat kepada Muqauqis oleh Hatib bin Abi Balta’a, surat kepada penguasa Oman oleh ‘Amr bin’l-’Ash, surat kepada penguasa Yamama oleh Salit bin ‘Amr, surat kepada raja Bahrain oleh Al‘Ala bin’l-Hadzrami, surat kepada Harith al-Ghassani, raja perbatasan Syam, oleh Syuja’ bin Wahb, surat kepada Harith al-Himyari, raja Yaman, oleh Muhajir bin Umayya.
Mereka semua berangkat masing-masing menuju ke tempat yang telah ditugaskan oleh Nabi. Mereka berangkat dalam waktu yang bersamaan menurut pendapat sebagian besar penulis-penulis sejarah, sebagian lagi berpendapat mereka berangkat dalam waktu berlain-lainan.
-------
Tentang arti dan paradigma “arisiyin” ini pendapat orang bermacam-macam. Di antara arti kata arisiyin (jamak arisi) ialah kata arisiyin pelayan-pelayan dan dayang-dayang. Maksud kalimat ialah dia bertanggung jawab atas dosa rakyatnya karena dia merintangi mereka dari agama. [Lihat Nihayanya Ibn’l-Athir dan kamus-kamus bahasa, sub verbo “r ‘ s”.] [bandingkan juga Arius dan Arianism) (A).
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 415-417.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar