Selasa, 01 Januari 2013

SEORANG ANAK YANG TIDAK MENTAATI AYAHNYA

Ketika Rasulullah s.a.w. menyeru kaum Muslimin yang mampu untuk berperang pada peristiwa Perang Badar, ada sebuah peristiwa aneh yang terjadi terhadap Sa’ad bin Khaitsamah dengan ayahnya. Hal itu sebenarnya tidaklah aneh terjadi ketika Rasulullah menyeru kaum Muslimin untuk mempertahankan agama Allah dan berjihad di jalan-Nya.
Pada waktu itu Khaitsamah berkata kepada anaknya, Sa’ad : “Wahai anakku, aku akan pergi berperang. Engkau tinggallah di rumah untuk menjaga para wanita dan anak-anak. Sa’ad menjawab : “Demi Allah, tidak mungkin, wahai ayahku. Aku lebih ingin ikut memerangi mereka. Engkau lebih kami butuhkan untuk menetap di rumah saja. Aku harus pergi berperang dan engkau harus di rumah saja.” Khaitsamah marah dia berkata kepada anaknya : “Apakah engkau mendurhakai aku wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab : “Allah telah mewajibkan aku berperang dan Rasulullah telah menyeruku untuknya. Mengapa engkau memerintahkan aku untuk melakukan hal yang lain. Mengapa engkau menyuruhku untuk mematuhimu dan engkau juga menyuruhku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya?” Khutsamah menjawab : “Wahai anakku, apabila salah seorang di antara kita harus pergi utamakanlah aku pergi. “Sa’ad berkata : “Demi Allah, wahai ayah, kalaulah bukan karena surga, aku akan lebih mengutamakannya.”
Akan tetapi, Khaitsamah tidak mau mengalah kecuali dengan mengadakan undian antara dia dengan anaknya. Ternyata yang keluar adalah anaknya, Sa’ad. Kemudian Sa’ad pergi ke medan perang hingga mati syahid. Ayahnya sangat bersedih, bukan karena kehilangan anaknya, melainkan karena dirinya tidak mendapatkan mati syahid.
Kemudian, pada Perang Uhud, Khaitsamah berkehendak ikut berperang, tetapi Rasulullah s.a.w. tidak membolehkannya. Dalam keadaan menangis, dia berkata kepada Nabi s.a.w. : “Wahai Rasulullah, keinginanku sudah tidak dapat aku raih pada Perang Badar. Pada saat itu aku sangat ingin ikut berperang sehinggi aku membuat undian dengan anakku. Akan tetapi, yang keluar adalah undian anakku, Sa’ad. Kemudian dia mendapat rezeki mati syahid. Pada malam tadi aku memimpikan anakku. Dia berkata ; “Segeralah menyusul kami ke surga, karena aku sudah menemukan apa yang dijanjikan oleh Tuhanku.” “Sungguh, wahai Rasulullah, aku sangat ingin menemaninya di surga sedangkan pada saat ini usiaku sudah semakin lanjut dan tulangku sudah melemah. Aku ingin bertemu dengan Tuhanku.”
Kemudian Khaitsamah pergi berperang, hingga mendapatkan mati syahid, dan menyusul serta menemani anak-nya di surga.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 244-245.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar