Minggu, 01 April 2012

SABAR (6)

Shuhaib r.a. berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: Dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang ahli sihir, maka ketika telah tua, ia berkata kepada raja: Kini aku telah tua, karena itu kirimlah padaku seorang pemuda yang dapat mempelajari ilmu sihir, supaya dapat menggantikan kedudukanku di sisi raja, jika saya telah meninggal dunia. Maka raja memilih seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir kepada ahli sihir itu. Dan kebetulan di jalan yang dilalui pemuda itu, ada seorang Rahib (pendeta); maka tertariklah ia kepada Rahib itu, maka ia duduk mendengarkan ajaran-ajarannya, dan merasa puas pada ajaran Rahib itu hingga terlambat datang ke tempat Sahir itu, dan ia dipukul oleh Sahir itu. Akhirnya ia mengeluh pada Rahib. Berkata Rahib : Jika engkau takut dipukul Sahir, katakan: Bahwa kau masih ditahan (disuruh) oleh ibumu, dan jika kembali terlambat katakan: “Ditahan oleh Sahir”. Maka berjalanlah Ia dengan baik keadaannya, sehingga terjadi pada suatu hari, ketika ia pergi mendadak di tengah jalan ada binatang besar yang menyebabkan orang-orang terhenti, tidak berani berjalan. Maka di situlah pemuda itu berkata : Hari ini aku akan mengetahui, Sahirkah yang lebih bak ajarannya ataukah Rahib? Maka ia mengambil batu sambil berkata: Ya Allah jika ajaran Rahib lebih Kau sukai daripada ajaran Sahir, maka bunuhlah binatang buas ini, supaya orang-orang dapat berjalan.
Kemudian dilempar binatang itu, dan seketika itu juga matilah, hingga orang-orang dapat berjalan dengan aman. Maka Ia memberitahukan kejadian itu kepada Rahib. Berkata Rahib : “Anakku engkau kini lebih utama daripadaku, dan kau nanti akan mendapat ujian (bala’), maka apabila engkau mendapat bala’, janganlah kau tunjuk saya. Kemudian pemuda itu telah mendapat karunia dan Allah hingga Ia dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, terutama yang biasa dikatakan oleh manusia : Tidak dapat sembuh, seperti: buta, belang dan lain-lain penyakit.”
Maka ada seorang kawan raja sakit mata hingga buta, dan telah berikhtiar kemana-mana tidak juga sembuh. Kemudian datanglah ia kepada pemuda itu dengan membawa hadiah-hadiah yang banyak sekali, sambil berkata: ,Jika kau dapat menyembuhkan penyakitku, maka dapatlah saya mengumpulkan segala apa saja untukmu. Jawab pemuda itu: Saya tidak dapat menyembuhkan, tetapi Allah yang menyemhuhkan, jika kau percaya kepada Allah, maka saya akan berdo’a dan Allah akan menyembuhkan kau. Maka segeralah orang itu percaya kepada Allah kemudian dido’akan oleh pemuda itu, dan seketika itu juga sembuh (dapat melihat).
Kemudian ía pergi ke majlis raja, maka kagumlah raja melihat ia telah sembuh kembali, raja bertanya : Siapakah yang menyembuhkan matamu? Jawabnya: Tuhanku. Raja bertanya: Apakah kau percaya pada Tuhan selain aku? Jawabnya: Tuhanku dan Tuhanmu (Allah). Maka segera ia disiksa oleh raja supaya kembali kepada agama raja itu, tetapi ia tidak berubah imannya, dan raja terus menyiksa padanya sehingga akhirnya menunjuk kepada pemuda itu. Lalu dipanggil pemuda itu, dan ditanya oleh raja: Hai anakku sihirmu telah melampaui batas sehingga dapat menyembuhkan orang buta dan belang?
Jawab pemuda: Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan seorangpun, hanya Allah yang menyembuhkan. Maka segera disiksa oleh raja, hingga terpaksa ia menunjuk Rahib.
Kemudian dipanggil Rahib dan diperintahkan supaya meninggalkan agamanya. Tetapi Rahib tetap menolak perintah raja lalu diambilkan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya dan digergaji hingga terbelah dua badannya. Kemudian tibalah giliran yang kedua ialah teman raja itu, maka diperintahkan juga untuk meninggalkan agama Tuhan, inipun menolak perintah raja, yang akhirnya ia juga menerima hukuman gergaji dan atas kepala hingga terbelah menjadi dua. Kemudian didatangkan pemuda itu dan diperintahkan untuk meninggalkan agama Tuhan, ini juga menolak tawaran raja. Maka raja memerintahkan kepada tentaranya supaya membawa pemuda itu ke atas bukit, dan di sana ditawarkan kepadanya untuk melepaskan agama Allah, dan kalau ia tetap menolak maka lemparkan ia dari atas bukit supaya mati. Kemudian ketika telah sampai di puncak bukit, pemuda itu berdo’a : “Allahummak finiihim bima syi’ta (Ya Allah hindarkan aku dari bahaya mereka ini sekehendak-Mu). Mendadak seketika itu bergeraklah bukit sehingga jatuhlah semua tentara raja itu. Dan kembalilah pemuda itu kepada raja. Ditanya oleh raja: Kemana tentara yang membawa kamu?
Jawabnya: Allah telah menghindarkan saya dari mereka. Kemudian raja memerintahkan beberapa tentara yang lain untuk membawa pemuda itu naik perahu dan apabila telah berada di tengah-tengah laut supaya ditawarkan lagi kepadanya untuk meninggalkan agamanya, dan apabila menolakakan dilemparkan ke laut. Kemudian sesampainya di tengah laut pemuda itu berdo’a : ALLAHUMMAK FINIIHIM BIMA SYI’TA (Ya Allah hindarkan aku dan bahaya mereka itu sekehendak-Mu), maka terbaliklah perahu itu sehingga tenggelamlah semua tentara itu. Maka pergilah pemuda itu kepada raja: Kemana tentara yang membawa kamu? Jawabnya : Allah telah menghindarkan aku dari mereka. Maka pemuda itu berkata: Hai raja kau tiada dapat membunuh aku kecuali jika kau menurut perintahku. Bertanya raja: Apakah perintahmu? Jawab pemuda itu: Kumpulkan orang-orang (semua rakyat) dalam suatu lapangan, kemudian gantunglah saya di atas sebuah tiang, dan ambillah anak panahku dari tempatnya, serta letakkanlah pada busurnya, kemudian bacalah: BISMILLAH RABBIL GHULAM (Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini) lalu lepaskan anak panah itu kearahku. Bila kau lakukan yang demikian itu niscaya dapatlah kau membunuhku. Maka segeralah raja mengumpulkan semua rakyat di suatu lapangan, kemudian digantung pemuda itu di atas tiang, dan diambilnya anak panah serta diletakkannya pada busurnya, lalu membaca: BISMILLAHIRABBIL GHULAM (Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini), lalu dilepaskannya anak panah itu kepada pemuda itu tepat mengenai pelipisnya. Kemudian pemuda itu meletakkan tangannya di atas luka yang kena panah itu hingga mati. Maka serentak orang-orang yang menghadiri kejadian itu berkata: AAMANNA BIRABBIL GHULAM (Kami percaya pada Tuhan pemuda itu), sehingga kepercayaan kepada Allah merata pada semua lapisan rakyat. Kemudian disampaikan kepada Raja. Tahukah kau yang tadinya kau kuatirkan, kini telah terjadi, semua rakyatmu telah percaya kepada Tuhannya pemuda itu. Maka segera raja memerintahkan membuat parit besar pada tiap-tiap persimpangan jalan, kemudian dinyalakan api di dalamnya, dan siapa yang berjalan diperintahkan untuk meninggalkan agamanya, serta kembali kepada agama raja, sedang yang menolak dibakar didalam api. Setelah dilaksanakan hal yang demikian itu, terjadilah diantara sekian banyak onang yang disiksa itu, ada seorang wanita yang membawa bayinya, ketika ia diperintah untuk meninggalkan agamanya, ia menolak kemudian pada waktu bayinya ditarik untuk dimasukkan ke dalam api, tiba-tiba ibunya akan menyerah karena tidak sampai hati melihat bayinya akan dibakar, namun dengan mendadak si bayi itu dapat berbicara: Hai ibu sabarlah, sungguh kamu dalam kebenaran (hak)
. (HR. Muslim).

Contoh kesabaran dan ketabahan hati di dalam mempertahankan iman dan kebenaran yang tiada tara bandingannya, dan demikianlah seharusnya tiap orang mu’min yang benar-benar percaya kepada Allah, dan iman belum diakui benar oleh Allah sebelum mengalami ujian kesungguhan dan kebenarannya.
------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 54-60.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar