Minggu, 01 April 2012

BANGSA YANG PALING KERAS PERMUSUHANNYA TERHADAP ISLAM

Allah berfirman QS. Al-Maidah : 82, yang artinya :
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya kami orang-orang Nasrani.” Yang demikian itu disebabkan di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”

Ayat ini menyebutkan 2 golongan yang sangat keras permusuhannya kepada Islam, yaitu bangsa Yahudi dan kaum musyrik. Namun di antara 2 golongan ini bangsa Yahudilah yang lebih keras permusuhannya terhadap Islam. Karena bangsa Yahudi merasa sebagai bangsa pilihan sehingga tidak rela ada Nabi atau Rasul Allah yang diangkat di luar golongan Yahudi.
Sejarah Islam telah menunjukkan bahwa saham bangsa Yahudi dalam menggerakkan manusia untuk memusuhi Islam telah bermula sejak perkembangan Islam di Mekkah. Pada suatu hari para tokoh Quraisy yang memusuhi Islam mengadakan pertemuan untuk membahas upaya menghancurkan Islam. Dalam pertemuan ini para tokoh Quraisy bersepakat untuk bekerja sama dengan bangsa Yahudi di kota Madinah. Untuk itu mereka mengirimkan 2 orang utusan, yaitu Nadzar dan Uqbah, untuk bertemu dengan tokoh-tokoh Yahudi Madinah merundingkan cara-cara menghancurkan dakwah Nabi Muhammad saw. Setelah kedua orang utusan Quraisy bertemu dengan para pendeta Yahudi di Madinah dan menceritakan keperluannya kepada mereka, lalu para pendeta Yahudi ini memberi petunjuk kepada mereka untuk menghadapi Nabi Muhammad saw. Petunjuk yang mereka berikan itu menyangkut 3 hal, yaitu
a. tentang riwayat beberapa orang pemuda Ashabul Kahfi;
b. tentang Dzul Qarnain;
c. tentang ruh.
Kata para pendeta itu, jika Muhammad dapat menerangkan dengan benar, berarti ia seorang Nabi. Tetapi jika tidak, Ia adalah seorang pembual. Karena itu terserah pada kalian, bagaimana bertindak kepadanya.
Langkah pendeta Yahudi terhadap 2 utusan orang Quraisy ini adalah pangkal awal bagaimana mereka ingin menanamkan permusuhan lebih lanjut antara bangsa Quraisy dengan Nabi Muhammad, sehingga akhirnya dapat menyulut api peperangan.
Pada waktu 2 orang utusan ini pulang kembali ke Mekkah, mereka melapor kepada para tokoh Quraisy, lalu mereka melaksanakan saran para pendeta Yahudi Madinah. Apa yang mereka ajukan kepada Rasulullah mendapatkan jawaban yang tepat. Sedangkan pertanyaan mereka yang ketiga dijawab oleh Allah dengan Surat Al-Isra’ ayat 85.
Jawaban yang diberikan oleh Rasulullah justru merupakan senjata makan tuan bagi para pendeta Yahudi Madinah. Sebab di antara tokoh-tokoh Quraisy ini terbuka hatinya untuk menerima Islam, Sehingga para pendeta Yahudi justru menjadi lebih besar permusuhan dan kedengkiannya kepada Nabi saw. Karena masuknya beberapa tokoh Quraisy ini ke dalam Islam berarti memperkuat barisan para pemeluk Islam yang masih sedikit itu. Demikianlah siasat bangsa Yahudi menghancurkan awal pertumbuhan Islam di Mekkah.
Peperangan-peperangan besar semasa hayat Rasulullah saw, seperti : Perang Badar, perang Uhud, perang Ahzab dan perang Tabuq seluruhnya tidak lepas dari buah kelicikan bangsa Yahudi. Mereka mendorong dan membujuk golongan-golongan bangsa Arab yang musyrik maupun yang kafir agar bersatu padu menghancurkan dakwah Nabi saw. dan Islam. Tatkala Rasulullah dan para sahabat dari perang Badar pulang membawa kemenangan, maka seluruh kaum Muslimin Madinah menjadi gembira. Pada waktu sampai di kota Madinah diberitakanlah kepada rakyat nama tokoh-tokoh Quraisy yang mati terbunuh dalam perang Badar. Pada saat bangsa Yahudi Madinah mendengar berita ini, seorang tokoh Yahudi bernama Ka’ab bin Asyraf berusaha melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berisi kebimbangan-kebimbangan terhadap kemenangan kaum Muslimin dan terbunuhnya tokoh-tokoh Quraisy. Setelah Ka’ab bin Asyraf memperoleh penegasan kematian para tokoh Quraisy pada perang Badar tersebut, lalu ia pergi ke Mekkah untuk membangkitkan semangat mereka kembali memerangi Rasulullah. Ia membacakan puisi, menangisi kekalahan mereka dan para korban perang itu di desa Al-Qalib. Usaha Ka’ab tidak hanya sampai di situ saja, tetapi setibanya ia kembali di kota Madinah mulai Ia membuat puisi-puisi yang menyerang kehormatan wanita-wanita Islam Madinah. Tindakan Ka’ab yang keji ini menimbulkan marah ummat Islam Madinah, sehingga akhirnya Ia dibunuh oleh salah seorang sahabat Nabi.
Kemenangan Rasulullah terhadap bangsa Quraisy dalam perang Badar menimbulkan kedengkian pada bangsa Yahudi Madinah, sehingga mereka berusaha untuk melakukan tipu daya dan menimbulkan rasa antipati pada golongan-golongan Arab di sekitar Madinah terhadap Nabi saw. Karena kasak-kusuk bangsa Yahudi ini, maka Rasulullah mendatangi bangsa Yahudi Bani Qainuqa, lalu mengumpulkannya di salah satu pasar di kota Madinah. Di tempat ini Nabi berpidato kepada mereka : “Wahai bangsa Yahudi ! Hati-hatilah kamu terhadap siksa Allah Seperti yang menimpa bangsa Quraisy. Islamlah kamu. Karena kamu sendiri telah mengetahui aku adalah seorang Nabi utusan Allah. Kamu memperoleh keterangan ini dari kitab suci kamu dan janji Tuhan kepada kamu”. Namun dengan congkak dan penuh tipu muslihat bangsa Yahudi memberikan jawaban : “Wahai Muhammad, engkau melihat kami seperti bangsamu. Janganlah engkau merasa besar kepala berhasil menghadapi kaum yang tidak mengetahui pengetahuan perang sehingga engkau berkesempatan menang. Tetapi demi Tuhan, kami akan memerangimu supaya kamu tahu, bahwa kamilah sebenarnya manusia”. Kecongkakan bangsa Yahudi ini kemudian memperoleh jawaban Allah yang tercantum dalam surat Ali lmran ayat 12 dan 13. Allah berfirman :
“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir : “Kamu pasti dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya’ (12) 
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian Itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (13)

Kemudian kita perhatikan peranan bangsa Yahudi dalam perang Ahzab. Rombongan bangsa Yahudi Madinah di bawah pimpinan Hayyi bin Akhta’ dari suku Bani Nadzir mengajak bangsa Quraisy membentuk pasukan persekutuan memerangi Rasulullah di Madinah. Rombongan Yahudi ini berkata pada para tokoh Quraisy : “Kami akan bahu-membahu dengan kalian untuk membasmi Muhammad sampai akar-akarnya dan menghancurkan misi keagamaannya”. Golongan Quraisy kemudian bertanya kepada rombongan Yahudi ini mengenai Muhammad, agamanya dan agama bangsa Quraisy. Kata mereka “Wahai bangsa Yahudi, anda adalah ahli kitab yang pertama. Kalian tahu persoalan apa yang membuat kami berselisih dengan Muhammad. Karena itu bagaimana pendapat kalian ? Manakah yang lebih baik, agama kami atau agama Muhammad ? Dengan pertanyaan ini rombongan Yahudi tersebut merasa memperoleh kesempatan emas untuk melampiaskan balas dendamnya dan kebenciannya kepada Islam. Mereka menjawab kepada bangsa Quraisy : “Agama kalian jelas lebih baik dari agama Muhammad. Kalian lebih mulia daripadanya”. Pernyataan bangsa Yahudi yang hanya timbul dari dendam dan kebencian kepada Islam ini diutarakan oleh Allah di dalam firman-Nya pada surat An-Nissa ayat 51 dan 52 , yang artinya :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab? Mereka percaya kepada yang disembah selain Allah dan Thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman” (51)
“Mereka itulah orang-orang yang dikutuki Allah. Barangsiapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. (52)

Akibat dorongan bangsa Yahudi ini, maka kaum Quraisy bersedia turut dalam perang Ahzab. Selain bangsa Yahudi mempengaruhi bangsa Quraisy mereka pun kemudian dengan aktif mengorganisasikan suku-suku Arab di sekeliling Madinah yang masih menyembah berhala untuk ikut serta dalam pasukan sekutu. Suku-suku bangsa Arab di sekeliling Madinah ini ialah : Ghotfan, Bani Murrah, Bani Asyja’ dan lain-lain.
Data-data sejarah tersebut di atas merupakan fakta yang mencerminkan secara konkrit betapa besar permusuhan Yahudi terhadap Islam, sejak awal munculnya Islam di kota Mekkah sampai di kota Madinah. Karena itu kita tidak boleh lengah terhadap setiap gerak-gerik bangsa Yahudi yang ada dimanapun di dunia ini. Karena mereka akan selalu berusaha menghancurkan Islam dengan seribu satu cara, baik berupa intrik, semboyan-semboyan pintu ilmiah, organisasi, paham-paham, perdagangan sampai kepada peperangan.
Agar kaum Muslimin tetap waspada dan mengerti seluk-beluk tipu daya bangsa Yahudi terhadap Islam, maka adalah bermanfaat sekali membaca literature sejarah dan buku-buku tentang Yahudi dan Islam. Dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai karakter Yahudi dan aneka ragam tipu dayanya terhadap Islam, maka kita dapat melawan kejahatan mereka.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 193 - 199

Tidak ada komentar:

Posting Komentar