Rabu, 01 Februari 2012

BANGSA YANG DIHARAMKAN ALLAH MEMAKAN MAKANAN YANG BAIK

Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 160)
“Maka karena kedzalimannya, orang-orang Yahudi Kami haramkan kepada mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang telah) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah.”

Kedzaliman yang pada umumnya dilakukan oleh bangsa Yahudi ialah memakan riba dari harta orang lain dengan jalan bathil. Jalan bathil yang mereka lakukan itu antara lain : korupsi, khianat, berbuat dosa, berbuat jahat dan lain-lain. Karena kedzaliman inilah, semakin hari makanan yang semula halal kemudian diharamkan kepada mereka. Setiap kali mereka melakukan perbuatan dosa, lalu pada mereka diharamkan jenis makanan halal tertentu. Walaupun sudah diberi hukuman semacam ini, bangsa Yahudi pandai mencari dalih kebohongan, yaitu mereka mengatakan : “Kami bukanlah manusia pertama yang dilarang memakan barang semacam ini. Tetapi hal ini sudah diharamkan semenjak zaman Nabi Nuh dan Ibrahim”. Perkataan mereka ini dibantah oleh Allah di dalam surat Ali-Imran ayat 93.
Makan-makanan halal yang diharamkan kepada bangsa Yahudi sebagai hukuman itu di antaranya tersebut pada Surat Al-An’am ayat 146. Di dalam ayat ini secara umum disebutkan makanan yang diharamkan kepada mereka, sebagai hukuman atas kedzaliman mereka.
Perbuatan dzalim apapun bentuknya menyebabkan gangguan kehidupan masyarakat, merusak kesejahteraan sosial dan melemahkan kekuatan masyarakat itu sendiri.
Bangsa Yahudi gemar melakukan kedurhakaan yang menyebabkan dirinya sendiri dan orang lain tidak mentaati Allah. Di masa Musa mereka berkali-kali melakukan perlawanan ataupun penolakan terhadap perintah-perintah beliau. Begitu pula bangsa Yahudi senang merintangi orang lain berbakti kepada Allah dengan jalan membikin contoh tidak baik di tengah masyarakat atau mengajak masyarakat itu sendiri berbuat durhaka. Tingkah laku Yahudi semacam inilah yang dinamakan dzalim, sehingga mereka diharamkan memakan makanan yang baik.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 156 - 157

Tidak ada komentar:

Posting Komentar