Sabtu, 05 November 2011

BERIMAN KEPADA TAQDIR DAN SUNNATULLAH

Salah satu faktor penunjang kesabaran ialah beriman bahwa taqdir Allah pasti berlaku. Apa yang menimpa diri seorang bukanlah suatu kesalahan atau kekeliruan atau terjadi secara kebetulan. Dan semua yang sudah ditentukan taqdir-Nya tidak mungkin salah atau meleset.
Berserah dan pasrah kepada taqdir Allah dalam situasi dan kondisi seperti itu merupakan suatu hal yang disyariatkan dan terpuji. Sebab itu merupakan suratan Qodar, tidak ada pilihan atau alternatif lain bagi manusia. Bencana alam, kemarau panjang, perubahan cuaca dan lain-lain merupakan contoh qodar. Jika demikian akan memiliki pengarut yang meringankan kesedihan batinnya atas kehilangan dan kerugian yang dideritanya.
Allah SWT berfirman :
‘Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS Al Hadiid : 22 – 23).

Taqdir Allah merupakan suatu kepastian baik manusia itu rela menerimanya ataupun marah-marah menggerutu, baik dengan sabar ataupun dengan gelisah.
Orang yang berakal harus sabar dan rela agar tidak kehilangan pahala. Kalau tidak sabar dengan rela maka sabar terpaksa yang dilakukannya tidak ada nilainya baik dari segi dien ataupun dan segi moral
Sabda Rasulullah SAW. :
“Sesungguhnya sabar itu pada saat pukulan yang pertama.” (Riwayat Imam Bukhori).

Seorang ‘arif berkata :
”Orang yang berakal melakukan pada hari pertama tertimpa musibah apa-apa yang dilakukan orang jahil sesudah beberapa hari”
Mengeluh, menggerutu, gelisah, terkejut dan susah tidak dapat mengembalikan apa yang telah hilang, juga tidak dapat menghidupkan kembali apa yang sudah mati dan tidak dapat merubah kepastian hukum Allah baik terhadap manusia maupun alam semesta.
Firman Allah :
”Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya sunnatullah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnatullah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS Faathir : 43).

Al-Qur’an memberi isyarat kepada Rasulullah SAW ketika beliau diganggu oleh kaum musyrikin Quraisy. Mereka mendustakan Rasulullah dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan hati.
Firman Allah :
”Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan kamu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula). Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika berpalingnya mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mu‘jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu janganlah kamu sekali-sekali termasuk orang-orang yang jahil “(QS Al An’aam : 33 – 35)

Ayat ini merupakan peringatan bagi Rasulullah SAW. Jika tidak dapat berlaku sabar maka silahkan membuat lubang di tanah atau tangga ke langit untuk melarikan diri.
Allah berfirman kepada orang-orang yang berputus asa dari pertolongan Allah dan patah harapan dari rahmat Allah dan bersikap sempit dada :
” Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-sekali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akherat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya’’ (QS Al Hajj : 15)

Sebagian orang mengatakan bahwa sabar merupakan usaha orang yang sudah tidak punya daya upaya. Apabila kunci masalah ada di tangan orang lain maka kita harus bersabar Apabila kunci masalah dikembalikan kepada kita, berangsur sedikit demi sedikit, meskipun kita sangat memerlukannya segera, maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus bersabar. Kalau tidak yang sedikit itupun akan hilang.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR
, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 101 - 103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar