Sabtu, 16 Juli 2011

GHIBAH DAN SU’UDHON

“Dan janganlah kamu mengumpat akan sebagian yang lain. Sukakah seseorang dari kamu memakan daging saudaranya yang telah mati?”
Ghibah artinya menggunjing saudara muslim, menyebarkan aib orang lain yang dilakukan oleh lisan, sedangkan Su’udhon artinya berpasangka jelek yang dilakukan oleh hati. Ada pertalian yang kuat, keduanya sama-sama menilai buruk terhadap sesama Muslim. Orang yang melakukan ghibah pasti telah berprasangka buruk (su’udhon) dulu.
Su’u artinya buruk, sedangkan dhon artinya praduga. Yaitu suatu kecenderungan hati terhadap sesuatu tanpa landasan bukti dan ilmu yang benar. Bila kecondongan itu lebih berat kepada keburukannya itulah su’udhon. Sebaliknya bila lebih berat ke kebaikannya disebut khusnudhon. Orang berakhlak mulia dan beriman tidak akan mengeluarkan kata-kata buruk.
Apa-apa yang tidak disukai oleh saudaranya jika hal itu disebarkan itulah ghibah, meskipun benar adanya, contohnya kita memanggil saudaranya dengan pincang, gemuk, kurus dan lain-lain. Dan jika tidak benar itu namanya dusta. Memang berat amanah yang harus dipikul oleh lidah. Dengan ringan dapat melukai perasaan orang lain, namun akibatnya sedemikian besarnya. ibaratnya seperti memakan bangkai saudaranya.
Rasulullah bersabda yang diriwavatkan oleh Abu Manshor ad Dailami dari Anas, “Barangsiapa menjaga dari kejahatan perut kemaluan dan lidah, maka dia akan terjaga dan terhindar dari kejahatan seluruhnya “.
Tidak ada manfaat bagi seorang yang suka menceritakan aib saudaranya kecuali kerugian. Allah SWT telah memerintahkan agar aib saudara harus kita tutup bukan untuk dibuka. Karena barangsiapa membuka aib saudaranya, maka ia akan dibuka aibnya oleh Allah di hari kiamat dan barangsapa menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat juga.
Apablia datang kepada Anda seseorang yang menceritakan aib saudaranya. janganlah berprasangka buruk terbadap orang yang dibuka aibnya itu. Sebab bila demikian, Anda tidak berlaku adil. Yang selamat adalah mencari informasi apakah antara Keduanya ada kedengkian, permusuhan ataukah tidak.
Jika suatu saat hati anda terserang su’udhon tarhadap seorang muslim, maka doakan orang yang anda su’udhon itu dengan kebaikan, karena yang demikian menjadi pelindung dari syaithon. Dan jika anda mendapatkan kekeliruan pada saudara muslim Anda, maka nasehatilah ia dengan cara sembunyi-sembunyi. Sebab, dengan begitu hati Anda menjadi lapang, tidak ada sesuatu lagi yang mengganjal terhadap saudara Anda. Anda terhindari dari su’udhon sekaligus melakukan amar makruf nahi mungkar.
Buah dari su’udhon adalah memata-matai. Sebab, jiwa takkan puas dengan dugaan dan membutuhkan pembuktian. Pembuktian inilah yang menyibukkan Anda dalam memata-matainya.
-----------------
Bulletin AL-HUSNA, Tim Kajian Islam Yayasan Amalush Sholihin, Edisi 13/Th. VI/ 29 Rabiul Awal 1427 H/ 28 April 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar