Jumat, 17 Agustus 2018

Khilafah Merangkai

Apa yang membuat kita marah tatkala mendengar salah satu pulau kita ingin direbut oleh Malaysia, sementara kita biasa saja tatkala melihat fakta tanah Palestina direbut oleh Israel hingga 90%-nya?
Apa yang membuat kita marah tatkala batik dan tarian tradisional kita diakui oleh negara jiran, tapi kita tidak semarah itu tatkala menyaksikan jiwa-jiwa teregang di Suriah karena kedzaliman penguasanya?
Apa yang membuat kita berkomentar; "Itu kan urusan negeri lain, urusin aja negerimu sendiri!", "itu bukan urusan kita kok!"
Itulah nasionalisme, Itulah sekarang.
Dahulu, Arab menggunakan nasionalisme serta ikatan kesukuan untuk memisahkan diri mereka dari Khilafah Islam yang mereka klaim negaranya orang Turki.
Disaat yang sama, nasionalisme ditanamkan pada Turki sehingga mereka berpikir hanya untuk kaumnya sendiri.
Padahal ikatan kekauman, kesukuan, kebangsaan, telah Allah gantikan dengan ikatan ukhuwah Islam. Ikatan yang tak memandang suku, bangsa, kaum, namun hanya mempertimbangkan satu Tuhan, maka mereka saudara.
Ikatan Islam itu yang dulu pernah menyatukan Aus dan Khazraj yang bermusuhan 150 tahun lebih lamanya, ikatan itu yang menyatukan seluruh Jazirah Arab, juga menyatukan daerah-daerah yang dibebaskan panglima-panglima terbaik, menjadi satu kesatuan, Khilafah Islam.
Maka ikatan ini yang dulu menyatukan Andalusia, Syria, Maghrib, Syam, Jazirah, Anatolia, India, Balkan juga Nusantara, menjadi satu kesatuan padu yang tidak terpisahkan.
Sudah umum diketahui, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, dahulu ikatan ukhuwah Islam menyatukan seluruh kaum Muslim, sekarang kita dipecah-pecah nasionalisme.
Cinta negeri bukan sesuatu yang dilarang, kita mencintai Indonesia, sebagaimana Rasul mencintai Makkah, namun cinta kepada Allah ta'ala, itu yang mengikat seluruh kaum Muslim dimanapun adanya.
Itulah, Ukhuwah Islam yang Menyatukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar