Kamis, 30 November 2017

Kopi Maksiat

Note Trip. Beberapa waktu yang lampau (sekira pertengahan 2017) rame di media perihal ucapan CEO Starbuck Coffee Mengatakan "Tidak Memerlukan Pendukung Nikah Beda Jenis", yang mana ini menggambarkan bahwa dia pendukung kaum LGBT. Seperti biasa dikalangan akar rumput hal ini tidak luput jadi pembicaraan, di segala tempat. Jadi pendengar okey juga. Sebut saja nama mereka itu Waspodo dan Sonto, tentu bukan nama sebenarnya dan tidak bermaksud menjelekkan indahnya nama-nama tersebut.

Waspodo : "Boikot Starbucks"

Sonto : "Iku kerjaannya orang nggak punya gawean, golek mungsuh. Memang golongan dan kelompoknya mampu beli kopi di starbucks..?"

Waspodo : "Waduh.... kaum yang mendukung bereaksi....."

Sonto : "Kalau gitu boikot I-Phone sekalian, bosnya itu gay. Negara lain menghabiskan energinya untuk kemajuan negerinya.di sini bolak balik ngajakin boikotlah, ini lah itulah. kok nggak ada boikot twitter sekalian? Dah Tabayyun blom ke Starbucks kenapa dukung LGBT, Biasanya sich Klo ditanya ke mereka kenapa "Main nya sama laki-laki dan mereka jawab dilarang sama istri main perempuan""

Waspodo : "Beli secangkir nongkrong 4 jam aja bangga. Dasar sableng kaum LGBT kagak terima starbucks diboikot. Ya wajarlah. Bukan soal sanggup beli atau tidak, tapi soal posisi, bersama kemungkaran atau berhadapan dengannya."

Begitulah sekelumit percakapan yang masih sering ku dengar dalam setiap perjalanan, selalu bisa dipetakan mana kelompok penista agama dan mana kelompok yang menjaga agama yang sering dilebeli radikal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar