Kamis, 29 Juni 2017

Penghamba Nalar

Note Trip. Sekira 3 bulan yang lalu, ketika berada di sebuah bengkel tambal ban di kabupaten Kendal. Aku ikut mendengarkan pembicaraan dua bapak-bapak yang sedang menanti jasa tambal ban. Sebenarnya jauh-jauh tahun obrolan bertema "Ilmu dan Iman" ditambah masih hangatnya soal memilih pemimpin kafir dikalangan orang beriman sudah bergelut dikalangan akar rumput, dan jawaban-jawaban dari lisan-lisan shalih-shalihat masih terus terdengar manis menentramkan hatiku. Ternyata Indonesiaku masih dipenuhi insan-insan yang ta'at agamanya, khususnya pemahaman mereka akan Islam sebagai agama yang dipeluknya. Alhamdulillah Allah terus jaga negeri ini dengan orang-orang shalih-shalihat meski tak terlihat dipermukaan. Terima kasih untuk para ulama ahlus-sunnah yang terus mencerahkan ummat.
Sebut saja kedua bapak itu Ban Luar dan Ban Dalam.
Ban Luar : "Kebodohan itu obatnya ilmu, bukan iman. Beriman tanpa pengetahuan ya tetap bodoh. Makanya, ayat pertama ke Nabi dimulai dengan "Bacalah!", itu perlunya belajar dan menggunakan akal."
Ban Dalam : "Tawazun saja pak, pengetahuan tanpa iman jadinya liberal, sampai-sampai menghalalkan pemimpin dari kaum Kafir yang telah memusuhi dan menista Islam. Jelas-jelas dalam al-Qur'an Allah memperingatkan supaya berhati-hati dan menghindari masih saja berani menentang peringatan Allah"

Meski jawaban ini sering ku dengar, tetapi tetap saja jleb. Lisan-lisan shalih-shalihat masih saja lebih hebat dan menentramkan dari penghamba nalar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar