Jumat, 27 Januari 2017

Jungkir Balik

Note Trip. 28 Rabi'ul Akhir 1438 H. Dalam perjalananku di seputaran Jawa Tengah senantiasa menyinggahi warung makan demi warung makan untuk membunuh laparku. Pembicaraan-pembicaran terbolak-balik yang muncul di media sosial mengandalkan nalar manusia yang sangat terbatas sudah masif lima tahun belakang ini ku dengar di kalangan jelata sepertiku.
Beberapa pembicaraan yang aku sarikan dari sekian banyak yang ku dengar. Sebut saja U disatu sisi dan A di sisi yang lain.
U : "Ciee.. yang anti kafir tapi masih maen twitter?"
A : "Yang anti kafir itu siapa ya? Eh kita pake twitter serius, bukan maenan ndul!"
*
U : "Rasul khan ngajarin kita buat nggak gampang marah!"
A : "Dan lebih-lebih lagi Rasul kagak ngajarin buat nge-hina ulama ndul!"
*
U : "Kebenaran itu relatif. Kebaikan itu absolut"
A : "Anda beragama Islam, menurut anda al-Qur'an itu kebenarannya relatif atau mutlak? atau mungkin menurut anda mungkin masih ada kesalahan dalam al-Qur'an?"
*
E : "Tenang aja ndul, ntar juga lewat. Kata anak gaul mah "This to shall pass"."
U : "Ane pernah bilang ke kamu suatu saat pasti ane ngerasain yang kamu rasain. Well, this is it!"
*
M : "Semangat ndul saya sedih dengerin kata-kata yang ditujukan kepadamu, mereka ngaku beragama tapi ucapannya bikin setan aja minder"
V : "kok tau setan minder?? kamu sebangsa setan ya? hahaha....!"
J : "Iya heran ane, "U" yang nge-hina, "U" yang nyolot, "U" yang mulai, eh... ucapan "U" seakan-akan jadi korban! Playing Victim, ngikut idola kamu ye?"
V : "Ini maksud ane bang "J". Liat ucapannya. sok-sok merendah sekarang, padahal kemarin di kasih tau yang bener malah di olok-olok"

Pembicaraan-pembicaraan di warung-warung seperti sudah dirancang dihembuskan ke akar rumput, membiasakan mereka menghina pemerintah, menghina ulama dan masih banyak lagi logika bolak-balik bin aneh yang dipaksakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar