Jumat, 16 Desember 2016

Murtad? Sia-sia Amalanmu!

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 217 dan 218, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ وَكُفْرٌۢ بِهِۦ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِۦ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ اللَّـهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمٰلُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لٰٓئِكَ أَصْحٰبُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خٰلِدُونَ
Dan mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan haram itu adalah dosa besar. Dan (adapun) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil-Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) disisi Allah. Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) dari pembunuhan. Dan mereka akan tetap memerangi kamu sampai mereka dapat menarik kamu keluar dari agamamu, jika mereka mampu. Barangsiapa yang murtad (kembali kepada kekafiran) di antara kamu dari agama Islam, lalu dia mati dalam kekafiran maka mereka itulah yang sia-sia amalan mereka di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (217).

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَالَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ اللَّـهِ أُو۟لٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّـهِ ۚ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad pada jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (218).

Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat yang bersumber dari Jundub bin Abdillah bahwa Rasulullah ﷺ mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Abdullah bin Jahsy. Mereka berpapasan dan bertempur dengan pasukan musuh yang dipimpin oleh Ibnul Hadlrami, dan terbunuhlah kepala pasukan musuh. Sebenarnya pada waktu itu tidak jelas bagi pasukan Abdullah bin Jahsy, apakah termasuk bulan Rajab, Jumadil-awwal, atau Jumadil -akhir. Kaum Musyrikin menghembus-hembuskan berita bahwa kaum Muslimin berperang pada bulan Haram. Maka Allah turunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 217). Sementara kaum Muslimin yang ada di Madinah berkata : "Perbuatan mereka berperang dengan pasukan Ibnul Hadlrami ini mungkin tidak berdosa, tetapi juga tidak akan mendapat pahala". Maka Allah turunkan ayat selanjutnya (QS. 2 : 218). (HR. Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, ath-Thabarani dan al-Baihaqi).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 217. "Dan mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan haram itu adalah dosa besar. ...". Ancaman tegas bahwa kemuliaan bulan haram telah dikotori. ".... Dan (adapun) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, ...". Perbuatan kaum quraisy saat itu yang berusaha siang dan malam menjauhkan, membelokkan perhatian dan memesongkan manusia dari seruan kepada jalan Allah. "..., kafir kepada Allah, ...". tidak mau menerima kebenaran Allah Allah dan tidak mau percaya kepada Allah, Yang Maha Tunggal, bahkan dipersekutukan yang lain dengan Dia. "..., (menghalangi masuk) Masjidil-Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, ...". sehingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan sahabat terpaksa hijrah ke Madinah. "..., lebih besar (dosanya) disisi Allah. ...". Jika dikumpulkan segala perbuatan-perbuatan besar kaum quraisy dan perbuatan mengerikan yang telah dilakukan kepada kaum Muslimin serta perbuatan besar yang lain, tidak hanya berhenti sampai disitu, bahkan sampai peperangan yang terjadi di Nakhlah. ".... Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) dari pembunuhan. ...". Jika kematian Amr bin Hadlrami (lihat Asbabun Nuzul) karena terbunuh, dibandingkan dengan fitnahan, siksaan, penghinaan yang mereka timpakan kepada orang-orang beriman dan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam belumlah setimpal sedikitpun. ".... Dan mereka akan tetap memerangi kamu sampai mereka dapat menarik kamu keluar dari agamamu, jika mereka mampu. ...". Sikap permusuhan tersebut akan terus dan tidak akan berhenti sampai orang-orang beriman melemparkan keimanan mereka dan kembali menyembah berhala. Bahkan upaya mengembalikan orang-orang beriman menjadi kafir akan terus diusahakan. Lantas Allah ta'ala mengancam orang-orang yang beriman, ".... Barangsiapa yang murtad (kembali kepada kekafiran) di antara kamu dari agama Islam, ...". yaitu meninggalkan iman dan kembali jadi kafir, meninggalkan tauhid kembali jadi musyrik karena takut tipudaya, fitnah, takut akan bertanggungjawab iman Islam, takut berkorban. Allah ta'ala menegaskan lagi, "..., lalu dia mati dalam kekafiran maka mereka itulah yang sia-sia amalan mereka di dunia dan di akhirat, ...". Segala amalan yang telah diupayakan semasa iman runtuh, jadi percuma dan kembali dalam kegelapan di bawah pengaruh syaithan. "..., dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". Tempat kembali yang sepadan bagi orang-orang murtad.

QS. 2 : 218. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad pada jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Dan siapa yang sudi bersabung nyawa melaksanakan kehendak Tuhan, maka mereka telah mencapai tiga tingkat dari akidah kepercayaan kepada Tuhan. Pertama; mereka telah menyatakan kepercayaan kepada Tuhan dan Rasul-Nya, mereka tidak lagi menyembah kepada selain Allah. Ketika Rasul mengajak berhijrah meninggalkan negeri tempat mereka dilahirkan, meninggalkan harta benda yang dimiliki, dan rela melarat di negeri yang baru demi mempertahankan iman kepada Allah. Kedua; datang perintah berjihad, berperang mempertahankan agama Allah, merekapun berperang. Ketiga; sebab hidup atau mati seorang beriman dalam jihad menegakkan agama Allah hanya satu pengharapan, rahmat Allah, cinta kasih Allah. Sebab Allah Maha Pengampun. Dan disayangilah mereka, karena tenaga mereka telah diberikan untuk menegakkan sabilillah.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 71 - 72.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 182 - 185.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 61 - 62.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar