Kamis, 27 Oktober 2016

Bila Selesai Wukuf

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 198, Allah ta'ala menuntun orang beriman perihal berwukuf dalam firman-Nya :

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُوا۟ فَضْلًا مِّن رَّبِّكُمْ ۚ فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفٰتٍ فَاذْكُرُوا۟ اللَّـهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَىٰكُمْ وَإِن كُنتُم مِّن قَبْلِهِۦ لَمِنَ الضَّآلِّينَ
Tidaklah dosa bagi kamu untuk mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu berangkat dari Arafah (selesai wukuf), maka berzikirlah kamu kepada Allah di Masy'aril Haram. Dan ingatlah Allah sebaimana Dia telah menunjuki kamu meskipun kamu sebelumnya itu sungguh termasuk orang yang sesat. (198).

Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar yang bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang hal itu. Maka turunlah "laisa 'alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min-rabbikum" (awal ayat QS. 2 : 198) yang membenarkan mereka berdagang pada musim haji. (HR. al-Bukhari).
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Abi Umamah at-Taimi bertanya kepada Ibnu Umar رضي الله عنهما tentang menyewakan kendaraan sambil naik haji. Ibnu Umar رضي الله عنهما menjawab : "Pernah seorang laki-laki bertanya seperti itu kepada Rasulullah ﷺ yang seketika itu juga turun "laisa 'alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min-rabbikum" (awal ayat QS. 2 : 198). Rasulullah ﷺ memanggil orang itu dan bersabda : "Kamu termasuk orang yang menunaikan ibadah haji". (HR. Ahmad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir dan al-Hakim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 198. "Tidaklah dosa bagi kamu untuk mencari karunia dari Tuhanmu. ...". Meskipun bekal kamu yang sebenarnya takwa semata-mata, jika kebetulan kamu berusaha atau berniaga, berjual-beli atau segala pekerjaan mencari rezeki, menerima upah dan sebagainya di waktu haji, itu tidaklah mengapa, tidaklah terlarang. Yang terlarang ialah jika tujuan kamu ke Mekkah yang pertama ialah berniaga, dan naik haji hanyalah akan jadi sebab buat berniaga. "... Maka apabila kamu berangkat dari Arafah (selesai wukuf), ...". Afidhu, artinya berduyun-duyun, sebab orang berhaji, wukuf di Arafah itu serentak di hari kesembilan, berjuta orang banyaknya, tersebar diseluruh padang Arafah. "..., maka berzikirlah kamu kepada Allah di Masy'aril Haram. ...". Muzdalifah adalah tempat berhenti sejenak orang berhaji, mabid, berhenti sampai lepas tengah malam sambil membaca talbiyah, tahlil dan tahmid serta takbir sembari mencari batu-batu kecil buat melempar jumroh esok harinya. "... Dan ingatlah Allah sebaimana Dia telah menunjuki kamu meskipun kamu sebelumnya itu sungguh termasuk orang yang sesat". Bagi kita ummat Muhammad yang terlahir jauh dari masa hidup beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, berhenti di Muzdalifah marilah sama kita kenang diri di malam kesepuluh Dzul-Hijjah, kita syukuri Tuhan, puja asma-Nya, moga-moga sekembali dari berhaji beroleh perubahan dan kemajuan iman lebih baik. Dan ampunan Allah jualah yang kita harapkan.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 65 - 66.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 137 - 139.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 56.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar