Kamis, 20 Oktober 2016

Berbekal Takwa

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 197, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّـهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يٰٓأُو۟لِى الْأَلْبٰبِ
Haji itu dalam beberapa bulan yang tertentu; sebab itu barangsiapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu menjalankan haji, maka tidaklah boleh bersetubuh, dan tidak berlaku jahat, dan tidak bertengkar dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Dan berbekallah maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang mempunyai pikiran. (197)

Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما, orang-orang Yaman apabila naik haji tidak membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakkal kepada Allah. Maka turunlah "watazawwadu, fainnakhairazzadit taqwa". Sebagian dari QS. 2 : 197. (HR. Bukhari).
Catatan : yang dimaksud takwa adalah memelihara diri dari perbuatan yang hina atau meminta-minta selama dalam perjalanan haju (al-Qur'an dan Tarjamahannya, Depag RI, 1970, halaman 48).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 197. "Haji itu dalam beberapa bulan yang tertentu; ...". Pelaksanaan dan penyelenggaraan serta suasana haji itu di bulan-bulan yang telah sama dimaklumi. Artinya sudah diketahui bulan-bulan itu  sejak zaman nabi Ibrahim, sehingga orang-orang Arab tidak ada lagi yang tidak tahu bulan itu. Yaitu Syawwal, Zul-Qaidah dan Zul-Hijjah sampai akhir bulannya. Pendeknya sejak 1 Syawwal itu kita sudah boleh ihram untuk haji. Syawwal sudahlah dalam suasana umroh dan haji hingga akhir bulan Zul-Hijjah. "...; sebab itu barangsiapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu menjalankan haji, maka tidaklah boleh bersetubuh, dan tidak berlaku jahat, dan tidak bertengkar dalam masa mengerjakan haji. ...". Segala yang berhubungan dengan persetubuhan suami isteri, fusuq (segala sikap dan tingkah-laku yang membawa ke luar dari batas-batas akhlaq yan ditentukan agama; seperti : menghina, mengejek, bergunjing, berdebat, hingga menimbulkan pertengkaran. "... . Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. ...". Maka tidaklah layak dalam majlis yang mulia kita masih bersenda-gurau dan bercanda serta bersikap kurang budi. "... . Dan berbekallah ...". Karena berhaji adalah satu diantara rukun Islam, dan sekurang-kurangnya sekali seumur hidup menunaikannya, bersiaplah bekal yang lengkap dan cukup. Jauh hari pasanglah niat selamat yang didapati. "... maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, ...". Intisari pengumpulan bekal sejak jauh hari itu sebenarnya ialah takwa. Sebab meski telah mengumpulkan bekal sejak jauh hari, kalau tidak ada takwa, mungkin nanti sumber asal dari bekal yang dikumpulkan itu asal dapat saja, tidak perduli dari halal atau haram. "..., dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang mempunyai pikiran". Karena dengan takwa itu jualah kamu akan dapat tegak dengan iman, menghadapi segala kewajiban di dalam hidup ini.
Labbaik Allahumma Labbaik. Labbaika la sharika laka labbaik. Inna-l-hamda wan-ni’mata. Laka walmulk. La sharika laka’.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 65.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 135 - 137.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 55.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar