Kamis, 04 Agustus 2016

Tentang Kebaikan; "Al-Bir"

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 177, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ وَالْمَلٰٓئِكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى الْقُرْبَىٰ وَالْيَتٰمَىٰ وَالْمَسٰكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِى الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَوٰةَ وَءَاتَى الزَّكَوٰةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عٰهَدُوا۟ ۖ وَالصّٰبِرِينَ فِى الْبَأْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُو۟لٰٓئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu adalah barangsiapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang (terlantar) dalam perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dan membebaskan perbudakan, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan orang-orang yang memenuhi janjinya bila mereka berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesengsaraan, penderitaan dan pada waktu peperangan. Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (177).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Qatadah رضي الله عنهما mengemukakan bahwa beliau menerangkan tentang kaum yahudi yang menganggap bahwa yang baik itu sholat menghadap ke barat, sedang kaum nashara mengarah ke timur, sehingga turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 177). (HR. Abdur-Razzaq, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sama dan bersumber dari Abil 'Aliah).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Qatadah رضي الله عنهما dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (QS. 2 : 177) sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang "Al-Bir" (kebaikan). Setelah turun ayat tersebut diatas (QS. 2 : 177) Rasulullah memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat tersebut diatas kepada orang tadi. Peristiwa ini terjadi sebelum diwajibkan sholat fardlu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan "Asyhadu alla ilaha illallah, waasyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh", kemudian meninggal di saat ia tetap iman, harapan besar ia baik itu ialah apabila sholat menghadap ke barat, sedang kaum nashara mengarah ke Timur. (HR. Ibnu Jarir)

Tafsir Ayat
QS. 2 : 177. "Bukanlah kebaikan itu menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat, tetapi kebaikan itu adalah barangsiapa yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi ...". Meskipun telah kamu hadapkan mukamu ke timur dan ke barat, ke Baitullah yang di Makkah atau ke Baitul Maqdis dahulunya. Bukanlah sebuah kebajikan, sebelum diisi dengan IMAN. Terutama bagi orang Islam, menghadap ke timur atau ke barat seketika hendak mengerjakan sholat, belum berarti suatu kebajikan, jikalau iman masih goyah. Pintu gerbang pertama ialah percaya kepada Allah yang bukan sebatas akal atau ilmu, tetapi menimbul dalam jiwa, ta'at, cinta dan setia menghambakan diri dan patuh pada-Nya. Iman kepada hari akhirat, yang akan menjadi pendorong untuk berbuat kebajikan kalau-kalau amal tidak diterima dan timbul keinginan dan kerinduan akankah diberi kesempatan melihat wajah-Nya di hari akhirat, iman kepada malaikat-malaikat sebagai kekuatan yang telah ditentukan Allah melaksanakan tugas-Nya dan memberi sokongan pada insan istiqomah (QS. 41 : 30). Maka akan timbul percaya pada kitab yang diwahyukan sebagai tuntunan menempuh jalan lurus yang diridhoi Allah. Dengan sendirinya akan menyebabkan percaya kepada Nabi yang telah disebutkan dalam kitab. Kepercayaan hati yang bukan semata-mata hafalan mulut, tetapi pendirian hati yang membekas kepada laku perbuatan. ".... dan memberikan harta yang dicintainya ...". Inilah ujian kesempurnaan kebajikan, melepas harta yang telah dimiliki dan dicintai. Hanyalah iman yang mampu memerangi rasa bakhil (QS. 70 : 21). Lantas kemana harta yang amat dikasihi itu hendak diberikan? "... kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang (terlantar) dalam perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dan membebaskan perbudakan, ...". Lanjutan ayat berikutnya, "..., mendirikan sholat, ...". Mengerjakan amalan ini mesti timbul dari dasar iman dan kesadaran akan batinnya yang dihadapkan kepada Tuhan. Sholat yang hidup, bukan sholat yang mati. Sholat yang khusyu', bukan sholat yang hanya kulit perbuatan. "..., menunaikan zakat ...". Jaranglah terpisah diantara mendirikan sholat dengan menunaikan zakat. Sebab sholat adalah alamat kepatuhan kepada Tuhan dan zakat adalah kasih sayang dalam masyarakat. Menunaikan zakat adalah kemurahan hati dalam mengeluarkan harta yang dicintai. "... dan orang-orang yang memenuhi janjinya bila mereka berjanji, ...". Kehidupan ini seluruhnya diikat dengan janji. Janji kita ada 2 macam. Pertama janji dengan Tuhan. Mengaku sebagai hamba Allah, artinya akan menepati janji dengan Allah. Bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, artinya janji bahwa diri akan mematuhi segala perintah dan larangan Rasul. Kedua, janji dengan manusia. Perang dan damai antar negara dengan negara lain adalah ikatan janji. Bahkan akan menikah pun adalah janji. "..., dan orang-orang yang sabar dalam kesengsaraan, penderitaan dan pada waktu peperangan. ...". Bertemu kunci rahasia dari iaman dan kebajikan, syarat utamanya ialah sabar. Beribu orang tampil ke muka menyerukan iman, tetapi hanya berpuluh yang dapat melanjutkan perjalanan. Sebahagian besar jatuh tersungkur ditengah jalan karena tidak tahan menderita, karena tiada sabar. Ujian berbagai kekurangan (sandang dan pangan), kesusahan lantaran penyakit dan kesulitan seketika peperangan. Dalam masa-masa tersebut itulah iman diuji. Hidup didunia boleh banyak keinginan dan cita-cita, kadang mengharap banyak penuh rindu terkabul pada Allah ta'ala. Tetapi kita lupa kelemahan kita, bahwa kitalah yang diatur oleh Tuhan, bukan kita yang mengatur Tuhan. ".... Mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". Taqwa, yaitu pemeliharaan. Itulah orang yang selalu memelihara hubungannya dengan Allah, meninggikan akhlak, menumbuhkan budi pekerti, dermawan, teguh janji dan sabar menderita. Mereka selalu berusaha, sehingga martabat imannya selalu mendaki lebih tinggi, bukan malah menurun.
Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini bahwa kebajikan itu bukan semata-mata telah mengerjakan sholat. Tetapi kebajikan ialah teguh berurat akar di dalam hatimu rasa ta'at kepada Allah.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 52 - 53.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 65 - 79.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 48 - 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar