TIME TUNNEL. Perjalanan lorong waktu kali ini tepat di pagi hari dengan suasana Madinah yang begitu hangat dengan segenap persiapan, tidak lelaki, tidak pula wanita, semua bergembira menyambut seruan sang Nabi ﷺ untuk memerangi Yahudi Khaibar di utara Medinah (waktu tempuh tiga hari masa itu). Mereka itu gemar memprovokasi kaum untuk melawan Nabi ﷺ, berharap pembagian rampasan perang) dan peserta Bait al-Ridwan-baiat dibawah sebuah pohon di Hudaibiyah.
Mereka percaya akan adanya pertolongan Tuhan, masih lekat dalam ingatan akan firman Allah ta’ala yang turun semasa Hudaibiyah; “Orang-orang yang tinggal di belakang itu akan berkata ketika kamu berangkat mengambil harta rampasan perang. Biarlah kami turut bersama-sama kamu. Mereka hendak mengubah perintah Tuhan. Katakanlah : “Kamu tidak akan turut bersama-sama kami”. Begitulah Allah telah menyatakan sejak dulu. Nanti mereka akan berkata : “Tetapi kamu dengki kepada kami”. Tidak. Mereka yang mengerti hanya sedikit saja.” (QS. Al-Fath (48) : 15).
Kekuatan 1.400 orang (versi lain 1.600 orang) tentara diberangkatkan, dengan dua atau tiga ratus prajurit berkuda. Kaum wanita ikut serta dalam ekspedisi Khaibar ini untuk merawat prajurit yang sakit dan terluka, mengantarkan makanan dan minuman, serta mengambilkan busur dan anak panah.
Nabi ﷺ terlebih dahulu mengirimkan surat kepada kum Yahudi Khaibar; menyeru mereka untuk beriman : “Demi nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, sahabat dan saudara Musa, yang membenarkan ajaran Musa. Bukankah Allah telah berfirman kepada kalian, wahai sekalian ahli Taurat dan kalian telah menjumpainya dalam kitab kalian : Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya. Pada wajah mereka tampa tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus diatas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan diantara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath (48) : 29).
“Aku bersumpah demi Allah; aku bersumpah demi apa yang diturunkan kepada kalian; aku bersumpah dengan mann dan salwa, makanan yang diturunkan kepada golonganmu sebelum kalian; aku bersumpah demi Zat yang mengeringkan laut untuk nenek moyang kalian sehingga selamat dari Fir’aun dan ulahnya, katakanlah padaku apakah kalian jumpai dalam kitab yang diturunkan Allah kepada kalian bahwa kalian hendak beriman kepadaku? Jika memang tak kalian jumpai, aku tidak akan memaksa kalian. Telah terang mana petunjuk dan mana kesesatan. Aku hanya mengajak kalian pada Allah dan Nabi-Nya.”
Lalu Nabi ﷺ melakukan siasat, berangkat ditemani dua penunjuk jalan untuk membawa beliau ke titik antara Khaibar dan Syria guna mencegah Yahudi Khaibar lari ke utara lalu bersekongkol atau meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka dari Ghatafan. Pasukan pun dibawa hingga lembah ar-Raji’ dekat Khaibar.
Mereka percaya akan adanya pertolongan Tuhan, masih lekat dalam ingatan akan firman Allah ta’ala yang turun semasa Hudaibiyah; “Orang-orang yang tinggal di belakang itu akan berkata ketika kamu berangkat mengambil harta rampasan perang. Biarlah kami turut bersama-sama kamu. Mereka hendak mengubah perintah Tuhan. Katakanlah : “Kamu tidak akan turut bersama-sama kami”. Begitulah Allah telah menyatakan sejak dulu. Nanti mereka akan berkata : “Tetapi kamu dengki kepada kami”. Tidak. Mereka yang mengerti hanya sedikit saja.” (QS. Al-Fath (48) : 15).
Kekuatan 1.400 orang (versi lain 1.600 orang) tentara diberangkatkan, dengan dua atau tiga ratus prajurit berkuda. Kaum wanita ikut serta dalam ekspedisi Khaibar ini untuk merawat prajurit yang sakit dan terluka, mengantarkan makanan dan minuman, serta mengambilkan busur dan anak panah.
Nabi ﷺ terlebih dahulu mengirimkan surat kepada kum Yahudi Khaibar; menyeru mereka untuk beriman : “Demi nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, sahabat dan saudara Musa, yang membenarkan ajaran Musa. Bukankah Allah telah berfirman kepada kalian, wahai sekalian ahli Taurat dan kalian telah menjumpainya dalam kitab kalian : Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya. Pada wajah mereka tampa tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus diatas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan diantara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath (48) : 29).
“Aku bersumpah demi Allah; aku bersumpah demi apa yang diturunkan kepada kalian; aku bersumpah dengan mann dan salwa, makanan yang diturunkan kepada golonganmu sebelum kalian; aku bersumpah demi Zat yang mengeringkan laut untuk nenek moyang kalian sehingga selamat dari Fir’aun dan ulahnya, katakanlah padaku apakah kalian jumpai dalam kitab yang diturunkan Allah kepada kalian bahwa kalian hendak beriman kepadaku? Jika memang tak kalian jumpai, aku tidak akan memaksa kalian. Telah terang mana petunjuk dan mana kesesatan. Aku hanya mengajak kalian pada Allah dan Nabi-Nya.”
Lalu Nabi ﷺ melakukan siasat, berangkat ditemani dua penunjuk jalan untuk membawa beliau ke titik antara Khaibar dan Syria guna mencegah Yahudi Khaibar lari ke utara lalu bersekongkol atau meminta bantuan kepada sekutu-sekutu mereka dari Ghatafan. Pasukan pun dibawa hingga lembah ar-Raji’ dekat Khaibar.
--------------------------
Inspirasi :
Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 418 - 419.
Inspirasi :
Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 418 - 419.
Taht Râyah al-Rasûl (Perang Muhammad), Dr. Nizar Abazhah, Penerbit Zaman Jakarta, Cetakan Pertama 1432 H / 2011 M, halaman 191-193.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar