Kamis, 14 Juli 2016

Memperhatikan Alam

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 163 - 164, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

وَإِلٰهُكُمْ إِلٰهٌ وٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيمُ
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa; tiada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (163).


إِنَّ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلٰفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِى تَجْرِى فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ اللَّـهُ مِنَ السَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang berguna bagi manusia, dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air (hujan), maka Dia menghidupkan dengan air itu bumi yang tadinya mati (kering), dan Dia sebarkan di bumi itu semua hewan, dan dari peralihan (pertukaran) angin, dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mau berpikir. (164).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Abidl-Dluha dikemukakan bahwa ketika turun ayat tersebut diatas (QS. 2 : 163), kaum musyrikin kaget dan bertanya-tanya : "Apakah benar Tuhan itu tunggal? Jika benar demikian, berikanlah kepada kami bukti-buktinya!" Maka turunlah ayat berikutnya (QS. 2 : 164) yang menegaskan adanya bukti-bukti ke-Esa-an Tuhan. (HR. al-Baihaqi).
Di dalam riwayat lain yang bersumber dari 'Atha' dikemukakan bahwa setelah turun ayat tersebut diatas (QS. 2 : 163) kepada Nabi ﷺ di Medinah, kafir Quraisy di Mekah bertanya : "Bagaimana Tuhan yang Tunggal dapat mendengar manusia yang banyak?" Maka turunlah ayat berikutnya (QS. 2 : 164) sebagai jawaban. (HR. Ibnu Abi Hatim dan Abu-Syaikh).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 163. "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa; ...". Dialah Ilah, Tuhan Pencipta. Berdiri sendiri. Dia dalam kekuasaan dan penciptaan-Nya, tidak bersekutu Dia dengan yang lain. Mustahil berbilang Tuhan itu, sebab kalau Dia berbilang, pecahlah kekuasaan. Mustahillah alam yang telah ada ini diciptakan oleh kekuasaan yang berbilang. Dia adalah Esa dalam sifat-Nya sebagai Ilah, sebagai Tuhan pencipta. Dan Dia adalah Esa dalam sifat-Nya sebagai pemelihara, sebagai Rabb. "...; tiada Tuhan melainkan Dia ...". Apabila telah diakui Tunggal-Nya dalam penciptaan-Nya, maka hanya Dialah yang wajib disembah dan dipuja. Itulah yang bernama Tauhid Rububiyah. Dan setelah diakui bahwa Tunggal Dia dalam pemeliharaan-Nya atas alam, maka hanya kepada-Nya sajalah tempat memohon pertolongan. Inilah yang disebut Tauhid Uluhiyah. Tersimpul keduanya di dalam ucapan, "Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'in, hanya kepada Engkau saja kami menyembah, dan hanya kepada Engkau saja kami memohon pertolongan". "... Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang". Maka ar-Rahman adalah satu diantara sifat-Nya yang berhubungan dengan diri-Nya sebagai Ilah, sebagai Tuhan Pencipta; sifat yang tetap pada diri-Nya sebagai Rabb, sebagai Tuhan pemelihara. Maka membekaslah ar-Rahim Tuhan pada pemeliharaan.
QS. 2. 164. "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, ...". Pertama sekali diperhatikanlah kejadian semua langit dan bumi, mengharap dan menegadahklah ke langit yang tinggi itu. Sungguh mata kita hanya dapat melihat sedikit sekali, namun sudahlah sangat mengagumkan kita. Perhatikan pula bumi yang hanya seperempat daratan, yang tiga perempatnya adalah lautan. Dalam daratan yang hanya seperempat saja banyak mengandung rahasia kekayaan Ilahi yang terpendam. "..., pergantian malam dan siang, ...". Pergiliran bumi mengelilingi matahari dalam falaknya sendiri yang menimbulkan hisab atau hitungan yang tepat, sampai dapat membagi tahun, bulan, hari dan jam, menit serta detik. Sampai dapat mengetahui peredaran musim dalam setahun. ".... kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang berguna bagi manusia, ...". Sejak zaman purbakala, manusia telah mengenal pembuatan kapal. Walaupun pada mulanya sangat sederhana, seiring pengetahuan tentang peredaran angin dan kegunaan laut, dengan kapal pun manusia mengenal manusia lain di pulau dan benua lain. "..., dan apa-apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air (hujan), maka Dia menghidupkan dengan air itu bumi yang tadinya mati (kering), dan Dia sebarkan di bumi itu semua hewan, ...". Diterangkan kepentingan air hujan, menghidupkan bumi yang mati. Bila hujan datang bumi pun hidup kembali. Tumbuhlah segala macam tumbuh-tumbuhan karena adanya air. Binatang berbagai jenis, termasuk manusia sendiri dapatlah segala-galanya hidup dengan baik. "..., dan dari peralihan (pertukaran) angin, ...". Pada zaman kita disebut peredaran cuaca. Bahkan dengan ilmu geofisika dapat diketahui peredaran angin. "..., dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, ...". Peredaran awan pada cakrawala dan pergantian suhu bumi diatur beredarnya atas perintah-Nya. "..., sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mau berpikir". Pikirkanlah dan renungkanlah bagaimana langit ditinggikan dan bumi dihamparkan, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar, air yang diturunkan dari langit, pergerakan angin dan awan yang bergerak antara langit dan bumi yang telah Tuhan paparkan. Tuhan menghendaki kita mempergunakan akal. Menemukan Tuhan setelah mempelajari alam.
---------------
Bibliography : 
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 50 - 51.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 36 - 43.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar