Senin, 18 Juli 2016

Jabatan Penting untuk Rabi yang Bolehkan Perkosaan Saat Perang

Operasi militer di desa Salem, Tepi Barat, 30 Mei 2016
PALESTINA, Ahad (salon.com): Eyal Karim dinominasikan menjadi pimpinan rabi Angkatan Perang ‘Israel’, bergabung dengan tokoh-tokoh konservatif garis keras lainnya. Inilah tokoh Yahudi yang membenarkan serdadu Zionis memperkosa wanita saat perang.
Rabi Kolonel Eyal Karim dinominasikan untuk posisi rabi tertinggi itu oleh Kepala Staf  Angkatan Perang ‘Israel’ (IDF) Senin (11/7) lalu. Eyal menimbulkan kontroversi di media pada 2012, ketika terungkap bahwa pada 2003 di sebuah situs keagamaan ia mengusulkan para serdadu diperbolehkan melakukan perkosaan semasa perang. “Satu hal penting dan nilai-nilai krusial dalam perang adalah menjaga kesiapsiagaan perjuangan militer…kebutuhan dan emosi individu dikesampingkan demi kesuksesan bangsa dalam peperangan,” tulisnya menanggapi pertanyaan mengenai para serdadu yang memerkosa warga sipil dalam perang.
“Meskipun bergaul dengan wanita non-Yahudi merupakan hal yang buruk, itu diperbolehkan dalam perang karena mempertimbangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi para serdadu,” lanjut Eyal, berdasarkan terjemahan dari media ‘Israel’. “Karena kesuksesan bersama adalah hal yang harus menjadi perhatian utama kita dalam perang. Kitab Taurat juga membolehkan individu untuk memuaskan nafsunya dalam kondisi-kondisi yang memungkinkan demi kesuksesan bersama,” katanya.
Pada 2012, ketika pernyataan ini dipublikasikan secara luas, Eyal bersikeras itu merupakan kesalahpahaman dan di luar konteks. Ia mengatakan tidak membenarkan pemerkosaan. Eyal juga sebelumnya membantah bahwa para wanita seharusnya tidak diperbolehkan mengabdi di militer. Selasa (12/7) lalu, Eyal merilis pernyataan lainnya yang menyatakan bahwa ia menentang pemerkosaan dan kini mendukung diizinkannya para wanita mengabdi dalam militer.
Para politisi sayap kiri ‘Israel’ mengecam pengangkatan Eyal. Zahava Galon, pemimpin partai Meretz, mengatakan Eyal “tidak cocok untuk mewakili etnis Yahudi. Pernyataan mengerikannya, rasis dan kejam (terhadap wanita) tidak dapat diterima untuk pengangkatan posisi senior apapun,” tambahnya, sebagaimana diberitakan Haaretz.
Serangan balik ini membuat IDF untuk sementara mempertimbangkan kembali pengangkatannya. Militer ‘Israel’ mengaku tak tahu soal pernyataan Eyal di masa lalu dan tidak melakukan pengecekan latar belakang menyeluruh. Namun, kantor juru bicara IDF bersikeras kepada media ‘Israel’ pada Selasa lalu bahwa mereka tak memiliki niat untuk membatalkan pengangkatan Eyal. Esoknya (13/7), Kepala Staf IDF Gadi Eizenkot menjelaskan bahwa Eyal akan menjadi rabi kepala militer ‘Israel’.* (salon.com | Sahabat Al-Aqsha | Foto: AP/Majdi Mohammed)     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar