Kamis, 02 Juni 2016

Mengikuti Agama yang Lurus

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 135, Allah ta'ala menegaskan kepada orang beriman dalam firman-Nya :

وَقَالُوا۟ كُونُوا۟ هُودًا أَوْ نَصٰرَىٰ تَهْتَدُوا۟ ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرٰهِۦمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Dan mereka berkata, "Hendaklah kamu menjadi yahudi atau nasrani, niscaya kamu akan mendapat petunjuk". Katakanlah, "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah Ibrahim dari golongan orang musyrik". (135).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa Ibnu Shuria berkata kepada Nabi ﷺ : "Petunjuk itu tidak lain kecuali apa yang kami anut, maka turutlah kami hai Muhammad, agar supaya tuan mendapat petunjuk". Kaum nashara pun berkata seperti itu juga. Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 135) yang menegaskan bahwa agama Ibrahim adalah agama yang bersih dari perbuatan yang menimbulkan syirik. (HR. Ibnu Abi Hatim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 135. "Dan mereka berkata, "Hendaklah kamu menjadi yahudi atau nasrani, niscaya kamu akan mendapat petunjuk". ...". Orang yahudi berkata, masuklah ke dalam agama yahudi supaya kamu mendapat petunjuk. Orang nasrani pun berkata begitu pula. Duduk perkaranya adalah yang ditegakkan oleh Muhammad ﷺ adalah agama nabi Ibrahim, agama yang menyerahkan diri dengan segala tulus ikhlas kepada Allah, dan agama itu jauh lebih dahulu dari agama yahudi dan agama nasrani. ".... Katakanlah, "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. ...". Agama Ibrahim adalah agama yang lurus, hanif. Maksudnya lurus menuju Tuhan. Tidak membelok kepada yang lain. Sebab itu didalamnya terkandung juga makna Tauhid. Itulah agama nabi Ibrahim. "... Dan bukanlah Ibrahim dari golongan orang musyrik". Oleh sebab agama nabi Ibrahim adalah lurus kepada Allah dan Ibrahim itu sendiri bukanlah seorang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan itu agama yang kami pegang, perlu apa lagi kami masuk kedalam agama yahudi atau agama nasrani. Sebab kalau kedua agama itu berasal lurus pula, tidak mempersekutukan Tuhan dengan yang lain, perlu apa lagi masuk ke dalam agama yang dua itu.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 420 - 421.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 45 - 46.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar