Minggu, 05 Juni 2016

Lagi, Wanita Palestina Bersimbah Darah di Jalanan

PALESTINA, Sabtu (Electronic Intifada): Pasukan Zionis menembak dan membunuh seorang wanita Palestina di pos pemeriksaan militer di sebelah utara Tepi Barat terjajah, Kamis (2/5) lalu. Wanita itu diidentifikasi sebagai Ansar Hussam Harasha (25), ibu dua anak. Foto Harasha beredar luas di media sosial setelah ia dibunuh.
Juru bicara militer Zionis mengatakan bahwa wanita itu dibunuh karena berupaya menikam para serdadu. Nyatanya, tak ada seorang pun serdadu yang terluka saat insiden tersebut. Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina mengungkapkan pada media bahwa pasukan Zionis melarang petugas medis mendekati wanita itu setelah ia ditembak. Gambar tempat kejadian perkara yang dipublikasikan media menunjukkan Harasha tergeletak di tanah dan terlihat lumuran darah di dekat kepalanya ketika tiga serdadu Zionis berdiri di dekatnya. Sebilah pisau terlihat di tanah berjarak beberapa kaki dari wanita tersebut.
Harasha merupakan satu dari lebih 200 warga Palestina yang terbunuh sejak dimulainya Intifada Al-Quds awal Oktober tahun lalu. Dua puluh delapan warga ‘Israel’, dua warga Amerika Serikat, seorang warga negara Sudan, dan seorang Eritrea pencari suaka politik tewas selama periode yang sama. Puluhan warga Palestina terbunuh saat melakukan demonstrasi, dan banyak lagi yang tewas karena ‘Israel’ menuduh mereka menyerang atau berupaya menyerang (terutama) para serdadu Zionis di sejumlah permukiman dan pos-pos pemeriksaan di Tepi Barat. Serangan-serangan semacam itu dilakukan oleh individu atau kelompok-kelompok kecil warga Palestina yang bekerja secara independen, bukan atas perintah kelompok-kelompok perlawanan.
Dalam banyak kasus, warga Palestina sama sekali tidak berupaya melakukan serangan apapun ketika mereka dibunuh. Bahkan dalam banyak insiden, tak ada warga ‘Israel’ yang terluka. Dengan demikian, tak selayaknya warga Palestina ditembak mati. Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam ‘Israel’ karena menggunakan kekuatan mematikan, padahal orang-orang yang dituduh sebagai penyerang tak bersikap mengancam. Mereka menyebut “menembak untuk membunuh” merupakan kebijakan tak tertulis yang didukung oleh pemimpin tinggi ‘Israel’.
Bulan lalu wanita muda lainnya, Sawsan Ali Dawud Mansour (19), ditembak dan dibunuh atas tuduhan penikaman di pos pemeriksaan utara Baitul Maqdis. ‘Israel’ menyerahkan jenazah Mansour beberapa hari kemudian. Pada akhir April, Maram Salih Hassan Abu Ismail, ibu muda beranak dua, ditembak mati bersama adik lelakinya yang berusia 16 tahun di pos pemeriksaan Qalandiya antara Ramallah dan Baitul Maqdis. Kelompok HAM ‘Israel’ B’Tselem mengecam pembunuhan tersebut dan menyatakan bahwa kakak beradik itu “dibunuh tanpa pembenaran apapun, karena mereka jelas tak bersikap membahayakan dan bisa dihentikan tanpa perlu membunuh mereka.” *(Electronic Intifada | Sahabat Al-Aqsha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar