Kamis, 02 Juni 2016

10 Hal yang Perlu Kita Tahu Tentang Tragedi Mavi Marmara

GAZA, Rabu (Hamas.ps): Enam tahun setelah terjadinya aksi kejahatan paling mengerikan oleh angkatan laut ‘Israel’, keluarga-keluarga korban masih menanti keadilan, dan warga Palestina masih menunggu berakhirnya blokade dan penjajahan. Serangan itu mengerikan, tak beralasan dan biadab. ‘Israel’ datang hanya untuk: membunuh dan melumpuhkan.
Inilah sepuluh fakta yang perlu kita ketahui tentang aksi pembajakan ‘Israel’ tahun 2010:

Satu: Armada membawa banyak bantuan yang dibutuhkan, seperti makanan, minuman, perlengkapan sekolah dan bahan-bahan bangunan. Di atas kapal terdapat para pembela hak asasi manusia, termasuk mantan presiden, anggota-anggota parlemen, pemenang hadiah Nobel perdamaian, para diplomat, para penulis, dan seniman. Seluruhnya, 688 orang dari 41 negara berada di atas kapal saat serangan terjadi.
 
Dua: Pada 31 Mei 2010, angkatan laut ‘Israel’ menghujani armada dengan rentetan peluru dari jarak dekat, saat pasukan penyerang mendarat di kapal bantuan terbesar Mavi Marmara. Hasil otopsi mengungkapkan bahwa sembilan pria Turki (satu orang berkewarganegaraan Amerika) yang berada di atas kapal Mavi Marmara ditembak seluruhnya 30 kali. Empat tahun kemudian, relawan lainnya meninggal dunia akibat luka-luka yang dideritanya. Sekitar 189 relawan juga terluka. ‘Israel’ menarik kapal-kapal tersebut ke pelabuhan, menahan seluruh penumpang dan menyita seluruh barang bantuan.
 
Tiga: Furkan Dogan (19) adalah seorang relawan Amerika yang secara brutal dibantai oleh pasukan bersenjata lengkap ‘Israel’. Saat merekam penyerangan ‘Israel’ di atas kapal, Furkan ditembak di bagian wajah dari jarak sangat dekat. Ketika ia tumbang, ia bahkan ditembak dengan lebih banyak peluru sehingga tewas dan tak bisa dikenali lagi. Meski begitu, pemerintah Amerika Serikat masih saja mengabaikan kejahatan ini. Sebuah surat pernah dikirimkan kepada Sekretaris Negara saat itu, Hillary Clinton, namun masih tidak dijawab.
 
Empat: ‘Israel’ segera mengklaim kapal-kapal tersebut membawa senjata ke Gaza. Kemudian, penjajah mengklaim para relawan bersenjata, dan Netanyahu menyatakan bahwa para serdadu Zionis yang melakukan kejahatan-kejahatan itu bertindak untuk membela diri. Kebenarannya adalah tak pernah ditemukan senjata apapun, dan…
 
Lima: Pada 22 Maret, Benyamin Netanyahu meminta maaf atas apa yang ia gambarkan sebagai “kesalahan-kesalahan operasional” saat penyerangan. ‘Israel’ juga berjanji akan membayar ganti rugi kepada keluarga-keluarga korban.
 
Enam: ‘Israel’ mencuri lebih dari tiga juta dolar dalam bentuk barang bantuan, uang tunai, peralatan elektronik dan harta benda pribadi. Bahkan, kartu kredit para relawan digunakan para serdadu ‘Israel’ untuk membeli bir. Perawat Amerika dan relawan Kathy Sheets, yang selamat dari serangan tersebut, telah memberikan rekening koran bank yang membuktikan kartu kreditnya yang diambil pasukan Zionis saat terjadi serangan, telah digunakan di Tel Aviv. “(Para serdadu) mencoba menggunakannya tanpa kode PIN dan tidak bisa, tapi mereka bisa menggunakannya di mesin penjual otomatis dan telah beberapa kali mengakses kartu saya untuk membeli bir.” Ia menambahkan, “Itu berarti saya menyaksikan Angkatan Laut ‘Israel’ pergi dan membunuh orang, kemudian membeli bir dengan kartu saya.” ‘Israel’ jelas mengejek seluruh dunia, terutama para korban, saat mereka hanya mendakwa SEORANG serdadu atas penjarahan!
 
Tujuh: Turki bereaksi keras atas kejahatan-kejahatan ‘Israel’ terhadap armada kapal, lalu mengeluarkan surat tuntutan terhadap mereka yang bertanggung jawab atas serangan ‘Israel’ terhadap para pekerja kemanusiaan tak bersenjata. Kemudian, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davuto?lu mengumumkan bahwa pemerintah Turki akan memutuskan hubungan diplomatiknya dan menangguhkan seluruh hubungan militer dengan ‘Israel’.
 
Delapan: Serangan tak beralasan ‘Israel’ memicu kegaduhan internasional. Pengadilan-pengadilan di Spanyol dan Afrika Selatan berpendapat bahwa PM Benyamin Netanyahu dan sepuluh pejabat senior ‘Israel’ lainnya bertanggung jawab atas tuntutan kejahatan-kejahatan terhadap kemanusiaan. Laporan Dewan HAM PBB atas serangan tersebut menemukan “bukti jelas untuk mendukung penuntutan” kejahatan-kejahatan itu di bawah Konvensi Jenewa, seperti pembunuhan disengaja, penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi dan dengan sengaja mengakibatkan penderitaan hebat atau luka parah terhadap tubuh atau kesehatan.
 
Sembilan: Gaza masih di bawah blokade dan penjajahan. Laporan PBB menggambarkan blokade Gaza sebagai hal yang “sama sekali tidak bisa ditolerir dan tidak dapat diterima di abad 21”.
 
Sepuluh: Warga Palestina di Jalur Gaza yang terblokade masih memberikan penghormatan kepada para korban setiap tahun. Sebuah monumen peringatan didirikan di pusat pelabuhan laut Gaza. Di prasasti monumen peringatan tertulis nama-nama para relawan solidaritas Turki yang tewas oleh pasukan komando penjajah ‘Israel’.* (Hamas.ps | Sahabat Al-Aqsha | Foto :Hamas.ps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar