Kamis, 12 Mei 2016

Tetaplah Istiqomah di Jalan Allah

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 120, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّـهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَآءَهُم بَعْدَ الَّذِى جَآءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّـهِ مِن وَلِىٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang yahudi dan nasrani tidak senang kepadamu sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sungguh jika engkau mengikuti kemauan mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (120).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa kaum yahudi Madinah dan kaum nashara najran mengharap agar Nabi ﷺ sholat mengkadap kiblat mereka. Ketika Allah ta'ala membelokkan kiblat itu ke Ka'bah, mereka merasa berkeberatan. Mereka berkomplot dan berusaha agar Nabi ﷺ menyetujui kiblat sesuai dengan agama mereka. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 120), yang menegaskan bahwa orang-orang yahudi dan orang-orang nashara tidak akan senang kepada Nabi Muhammad ﷺ walaupun keinginannya dikabulkan. (HR. ats-Tsa'labi).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 120. "Orang-orang yahudi dan nasrani tidak senang kepadamu sehingga engkau mengikuti agama mereka. ...". Untuk kita ketahui bahwa sebelum Rasulullah ﷺ diutus dalam kalangan Arab. Seluruh bangsa Arab dipandang "Ummi" atau bodoh, tidak beragama, penyembah berhala dan kecerdasan rendah. Sedang orang yahudi dan nasrani yang hidup disekitar bangsa Arab memandang, jika orang Arab suka memeluk agama yahudi atau nasrani barulah tinggi kecerdasaanya. Tiba-tiba Nabi Muhammad ﷺ diutus Tuhan membawa ajaran Tuhan, mencegah menyembah berhala, percaya kepada kitab-kitab dan rasul-rasul yang terdahulu, baik Musa dan Harun atau Isa Almasih. Lantaran Nabi ﷺ tidak menyebut-nyebut agama yahudi dan nasrani, melainkan menunjukkan pula cacat-cacat yang telah terdapat dalam kedua agama itu.jengkellah hati mereka. Mereka ingin hendaknya Nabi Muhammad itu mempropagandakan agama mereka. Yahudi menghendaki Nabi Muhammad ﷺ jadi yahudi, dan nasrani menghendaki Nabi Muhammad ﷺ jadi nasrani.  "... . Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". ...". Dengan inilah keinginan mereka agar Rasul mengikuti agama mereka telah dijawab. Bahwasannya yang jadi pedoman di dalam hidup, dan yang diserukan oleh Muhammad ﷺ kepada seluruh ummat manusia adalah petunjuk Allah. Petunjuk Allah-lah yang sejatinya petunjuk. Dengan ini marilah berikan nilainya kepada yahudi dan nasrani itu, adakah keduanya itu petunjuk Allah? Tuhan telah mengutus Musa dan Harun dan mengutus Isa Almasih, dan kemudian disambung oleh Muhammad. Cobalah perhatikan, apakah segala sesuatu yang menjadi anutan yahudi dan nasrani sekarang ini masih berdasar kepada petunjuk Allah yang sejati? Atau telah dicampuri oleh tangan manusia? Dengan inipun jelas, bahwa Muhammad ﷺ adalah datang membawa petunjuk Allah. Kalau yahudi dan nasrani masih berpegang kepada petunjuk Allah yang asli, bahwa nabi-nabi yang diutus kepada mereka, dengan sendirinya akan timbullah persesuaian. "... . Dan sungguh jika engkau mengikuti kemauan mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, ...". Tuhan telah mengingatkan kemauan-kemauan mereka yang ditulis ah-wa-a-hum. Dari kata hawa atau hawa nafsu atau sentimen yang tidak berdasar kebenarannya. Orang yahudi dan nasrani telah menganggap bahwa masing-masing mereka telah menjadi golongan istimewa. Maka kalau kemauan atau hawa nafsu mereka diperturutkan sedang engkau telah diberi ilmu tentang hakikat yang sebenarnya. "..., maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". Dengan tegas Allah ta'ala tidak akan menjamin, melindungi dan menolong orang-orang yang berpaling dari petunjuk setelah nyata kebenaran.
Inilah yang disyaratkan oleh ayat ini, bahwasannya orang yahudi dan nasrani belum merasa puas hati sebelum kita penganut ajaran Muhammad mengikuti agama mereka. Ini bukanlah ancaman yang menimbulkan takut, tetapi sebagai perangsang supaya kaum Muslimin terus berjihad menegakkan agama Allah, melancarkan dakwah dan tetap berpegang teguh kepada ajaran agama serta mengamalkannya dengan penuh kesadaran.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 382 - 386.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 43.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 33.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar