Selasa, 31 Mei 2016

Avigdor Lieberman; Kesayangan Putin

PALESTINA, Ahad (Foreign Policy): Perdana Menteri Benyamin Netanyahu baru saja melepas menteri pertahanan yang terkenal atas hubungan dekatnya dengan Washington dan menggantikannya dengan seseorang yang terkenal dekat dengan Moskow dan anti-Arab. Berikut ini lima hal yang perlu kita tahu mengenai Avigdor Lieberman, pria kelahiran Moldova yang juga mantan tukang pukul klub malam, dan kini bertugas mengatur militer terkuat di Timur Tengah.
 
Satu: Ia ingin memotong kepala orang-orang Arab yang tak patuh
Lieberman menghabiskan waktu bertahun-tahun demi menuntut hukuman mati bagi orang-orang yang divonis sebagai “teroris”. Baru-baru ini ia memberikan gagasan tentang bagaimana para pejuang Palestina seharusnya dibunuh. “Mereka yang bersama kita berhak mendapat segalanya, tapi mereka yang menentang kita kepalanya layak dipenggal dengan kapak,” kata dia pada Februari lalu.

Dua: Ia ingin menyingkirkan para politisi Arab-‘Israel’
Dalam perdebatan sengit yang disiarkan televisi tahun lalu, Lieberman dengan brutal menyerang Iman Odeh, pemimpin Joint List, sebuah aliansi partai-partai politik Arab-‘Israel’ yang merupakan salah satu blok terbesar di Knesset ‘Israel’. Menurut pemberitaan di surat kabar ‘Israel’, Haaretz, Lieberman mengatakan pada Odeh bahwa ia merupakan bagian dari “kolone kelima”, dan mengatakan “kau tidak diinginkan di sini” dan harus “pergi ke Gaza.” Ia juga menuding Odeh sebagai seorang “pembohong dan pengkhianat”.
Lieberman sebelumnya menuntut warga Arab ‘Israel’ untuk bersumpah setia, sebuah ide yang ditolak mentah-mentah. Ia juga membicarakan tentang menjadikan sejumlah kota Arab-‘Israel’ sebagai bagian dari negara Palestina masa depan tanpa peduli apakah penduduknya ingin tetap menjadi bagian dari ‘Israel’.

Tiga: Ia sangat menyukai Vladimir Putin
Lieberman berulangkali menolak untuk mengkritik sikap orang kuat Rusia, yang ia gambarkan sebagai pemimpin langka yang benar-benar memahami ancaman yang ditimbulkan oleh ekstremis Islam. “Rusia, lebih dari siapapun, sangat terbiasa dengan teror,” kata Lieberman saat melakukan perjalanan ke Moskow tahun 2009. “Rusia sendiri menderita karena standar ganda.”
Dua tahun kemudian, Lieberman yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri ‘Israel’, memutuskan hubungan dengan sebagian besar kolega diplomatik karena memuji pemilu parlemen kontroversial Rusia sebagai pemilu yang bebas dan demokratis. Sebaliknya, Hillary Clinton, Sekretaris Negara Amerika Serikat saat itu, mengatakan bahwa pemilu tersebut tidaklah bebas maupun adil. Dan lebih dari sekadar perkataan ramah tamah: ketika Putin mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014, para diplomat ‘Israel’ dari Kementerian Luar Negeri Lieberman sama sekali tak “bersuara” mengecam invasi Rusia.
 
Empat: Ia benar-benar tidak suka Recep Tayyip Erdogan
Pada Januari lalu, Lieberman mengejek Presiden Turki sebagai seorang “anti-Semit, perundung kawasan.” Ia mengatakan bahwa penolakan Eropa untuk mengecam Erdogan atas sejumlah pidatonya di masa lalu “membawa kita kembali ke tahun 1930-an” – sebuah acuan untuk pelecehan dan penyiksaan Yahudi di Jerman hingga Holocaust.
Setelah bertahun-tahun meningkatnya ketegangan, Netanyahu bekerja keras untuk memperbaiki hubungan dengan Ankara, terutama ketika itu soal kerja sama militer. Namun, penunjukan Lieberman menjadi menteri pertahanan kemungkinan tak akan membantu sama sekali.
 
Lima: Secara teknis, ia tidak tinggal di ‘Israel’
Lieberman tinggal di Nokdim, sebuah permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat terjajah. Itu membuat ia (mungkin) satu-satunya menteri pertahanan di dunia yang tidak tinggal di perbatasan-perbatasan yang diakui di negaranya sendiri.* (Foreign Policy | Sahabat Al-Aqsha | Foto: Middle East Monitor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar