Selasa, 03 Mei 2016

Al-Fatih The Next : Road to Rome

Ketika memasuki gerbang kota Konstantinopel dan mengagumi keindahan kota sambil bersyukur kepada Allah ta'ala yang telah memberinya kemenangan, Sultan Mehmed berucap :
"Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kemenangan yang gemilang ini; akan tetapi, aku juga berdo'a kepada-Nya agar Dia mengizinkanku hidup lebih lama lagi untuk mengepung dan menaklukkan Roma lama sebagaimana aku memiliki Roma baru."

Bagi Sultan Mehmed, penaklukan Konstantinopel tidak pernah direncanakannya sebagai prestasi tertinggi dalam hidupnya. Sebagai seorang Sultan yang terdidik dengan intensif oleh Syaikh Syamsuddin dan Ahmad Al-Kurani, tujuan Sultan setelah penaklukan Konstantinopel sudah jelas yaitu kota Roma, sebagaimana bisyarah Rasulullah s.a.w.
Abdullah bin Amr bin al-'Ash berkata, bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah untuk menulis, lalu Rasulullah ditanya, tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Maka Rasulullah menjawab, "Kota Heraklius terlebih dahulu.", yakni Konstantinopel. (HR. Ahmad).

Foto : detiktravel
Setelah membangun kembali Konstantinopel dan memastikannya dapat bertahan dari serangan internal maupun eksternal. Sultan Mehmed mulai merangkai perjalanan menuju Roma, setapak demi setapak. Karaman dapat ditaklukkan pada 1468 sehingga lengkaplah kekuasaan Utsmani di Asia. Pada 1479, Sultan sampai diperbatasan Italia. Pada 1480, Otranto berhasil ditaklukkan setelah tentara Utsmani gagal menaklukkan pulau Rhodes, jalan menuju Roma tinggal setapak lagi.
Marilah kita bercermin dengan kata-kata terakhir yang diucapkan oleh sang Penakluk Agung dalam sisa-sisa hidupnya sebelum menutup usianya dalam kondisi tetap siaga membuka Roma pada 3 Mei 1481 M dalam usia 49 tahun, merupakan wasiat yang disampaikannya kepada keturunannya dan siapapun yang menjadikan Roma sebagai tujuan :
"Tak lama lagi aku akan menghadap Allah s.w.t. Namun, aku samasekali tidak merasa menyesal, karena aku meninggalkan pengganti sepertimu. Jadilah engkau seorang pemimpin yang adil, salih dan penyayang. Rentangkan perlindunganmu untuk seluruh rakyatmu, tanpa kecuali. Bekerjalah engkau untuk menyebarkan Islam karena sesungguhnya itu merupakan kewajiban para penguasa di muka bumi. Kedepankan kepentingan agama di atas kepentingan lain apapun. Janganlah kamu lemah dan lengah untuk terus menjalaninya. Janganlah sekali-kali engkau angkat jadi pegawaimu mereka yang tidak peduli dengan agama, yang tidak menjauhi dosa besar dan yang tenggelam dalam dosa. Jauhilah olehmu bid'ah yang merusak agama. Jauhi pula mereka yang menggodamu untuk memasukinya. Lakukan perluasan setiap jengkal tanah Islam dengan jihad. Lindungi harta Baitul Mal jangan sampai dihambur-hamburkan, Jangan sekali-kali tanganmu mengambil harta rakyatmu kecuali sesuai ketentuan Islam. Pasyikan mereka yang lemah dan fakir mendapatkan jaminan kekuatan darimu dan berikanlah penghormatanmu untuk siapa yang memang berhak."
"Ketahuilah sesungguhnya para ulama adalah poros kekuatan ditengah tubuh negara maka muliakanlah mereka, semangati mereka. Bila ada dari mereka yang tinggal di tempat lain maka hadirkanlah dan hormatilah mereka, cukupilah keperluan mereka."
"Berhati-hatilah, waspadalah jangan sampai engkau tertipu oleh harta benda maupun banyaknya tentara. Jangan sampai engkau jauhkan ahli syariat dari pintumu. Jangan sampai engkau sekali-kali melakukan satu hal yang bertentangan dengan hukum Islam karena sesungguhnya agama itulah tujuan kita, hidayah Allah adalah manhaj hidup kita dan oleh sebab itulah kita dimenangkan."
"Ambillah dariku pelajaran ini. Aku hadir ke negeri ini bagaikan seekor semut yang kecil, lalu Allah memberi nikmat yang demikian besar ini, maka berjalanlah seperti apa yang aku lakukan. Bekerjalah engkau untuk meninggikan agama Allah ini dan hormatilah ahlinya. Janganlah engkau hamburkan harta negara, berfoya-foya dan menggunakannya melampaui batas yang semestinya. Sungguh itu semua adalah sebab-sebab terbesar datangnya kehancuran."
(Dirangkum dari buku "Muhammad Al-Fatih 1453"-nya Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 265-314).

Melalui Blog ini, saya memohon dan berharap kepada Allah ta'ala agar berkenan menjadikan generasi Islam sekarang menjadi generasi penakluk. Generasi yang terus bersiaga menjadi yang terbaik, menjadi ahlu bisyarah, generasi yang membenamkan semua ide-ide kufur, lalu menggantikannya dengan ide Islam yang orisinil, generasi yang akan meninggikan kalimatullah dan menyuburkan sunnah Rasulullah s.a.w. memenuhi penjuru bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar