Rabu, 13 April 2016

Kebesaran Kehormatan Para Wali (7)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. mengirim sepuluh orang sebagai mata-mata yang dikepalai oleh Ashim bin Tsabit Al-Anshory, maka tatkala mereka telah sampai di Hudaat antara Usfan dan Makkah, mendadak terdengar berita mereka oleh seorang suku Bani Hudzail yaitu Bani Lahyan, maka segera mereka mengeluarkan seratus orang ahli panah untuk menawan mereka itu, maka segera keluar mengejar rombongan Ashim. Dan ketika Ashim merasa bahwa kedudukannya berbahaya, ia bertahan diri di sebuah tempat, maka dikepung oleh kaum Bani Lahyan itu, kemudian diminta supaya menyerah saja dengan janji jika suka menyerah tidak akan dibunuh. Tetapi Ashim bin Tsabit mengambil putusan tidak akan menyerah kepada orang kafir. Lalu ia berdo’a : Ya Allah kabarkanlah keadaan kami ini kepada Nabi Muhammad s.a.w., maka segera diserang dengan panah, hingga gugurlah Ashim dan beberapa orang temannya, kemudian tinggal tiga orang. Maka menyerahlah ketiga orang itu, yaitu : Khubaib dan Zaid bin Addatsinah dan seorang lagi,Abdullah bin Thariq), dan ketika mereka ini telah menyerah, maka dilepas tali busur mereka untuk diikatkan kepada ketiga orang ini, sehingga orang yang ketiga itu ketika melihat perbuatan yang sewenang-wenang itu segera ia berkata : Ini cidra yang pertama, demi Allah saya tidak akan mengikuti kamu lebih baik saya mengikuti teman-teman yang telah terbunuh itu, hingga ia dipaksa, tetapi tetap menolak, hingga mereka membunUhnya, kemudian mereka bawa ke Mekkah dua orang tawanan yang masih hidup (Khubail dan Zaid). Setelah sampai di Mekkah Khubaib dibeli Oleh putra-putra Alharits bin ‘Amir untuk dibunuhnya sebagai balas dendam karena dalam perang Badr Khubaib telah membunuh Alharits bin Amir. Maka Khuhaib tinggal sebagai tawanan mereka hingga saat pembunuhannya. Pada suatu hari Khubaib meminjam pisau cukur dari putri Alharits, maka ketika telah dipinjami mendadak ada anak kecil merangkak ketempat Khubaib dan duduk dipangkuan Khubaih, hingga menimbulkan rasa takut mereka kalau-kalau anak itu dibunuh oleh Khubaib, maka berkata : Takutkah kau tentang anak ini, demi Allah saya tidak akan berbuat demikian. Kata perempuan itu : Sebenarnya saya tidak pernah melihat tawanan yang lebih baik dari Khubaib, demi Allah saya telah mendapatkan ia makan setangkai anggur di tangannya, yang sedang terbelenggu besi, padahal ketika itu di kota Mekkah tidak ada buah anggur. Sungguh itu rezeqi yang diberi langsung oleh Allah. Kemudian setelah dikeluarkan dari daerah haram untuk dibunuh Khubaib minta izin kepada mereka untuk sholat dua raka’at, setelah itu ia berkata : Demi Allah andaikan saya tidak khawatir kamu sangka saya takut mati terbunuh, niscaya akan saya tambah sholatku itu. Ya Allah hitunglah bilangan mereka dan bunuhlah mereka bercerai-berai dan jangan ditinggalkan dari mereka seorangpun, kemudian ia bersajak yang artinya : Saya tidak hirau ketika saya terbunuh sebagai seorang muslim, walau bagaimana saja gugur saya asalkan karena Allah, dan yang demikian itu dalam membela agama Allah, maka Allah kuasa akan memberkahi potongan-potongan anggauta yang terserak-serak. Khubaib pertama orang yang melakukan sholat ketika akan dibunuh. Dan Nabi telah memberitahu kepada sahabat-sahabatnya tentang keadaan sahabat-sahabat yang diutus sebagai mata-mata itu. Kemudian orang-orang Quraisy mengirim beberapa orang untuk mengambil jenazah Ashim untuk dibinasakan karena Ashim telah membunuh tokoh mereka. Tetapi Allah melindungi Ashim dengan lebah yang bagaikan payung di atas jenazah Ashim, hingga orang-orang itu tidak berani mendekatinya atau mengambil sedikitpun dari anggauta tubuhnya. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 393-396.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar