Jumat, 01 April 2016

Kebesaran Kehormatan Para Wali (1)

Abdurrahman bin Abubakar Assiddiq r.a. berkata : Orang-orang Ahlusshuffah ialah orang-orang miskin yang tinggal di serambi masjid. Dan pada suatu hari Nabi s.a.w. bersabda kepada para sahabatnya : Siapa yang mempunyai makanan untuk dua orang hendaknya membawa Seorang dari Ahlisshuffah, dan siapa yang mempunyai makanan untuk empat orang hendaknya membawa dua orang dari Ahlusshuffah. Maka Abubakar membawa tiga orang, Sedang Nabi s.a.w. sendiri membawa sepuluh orang, sedang Abubakar makan bersama Nabi s.a.w. dan tinggal di sana hingga selesai sholat isya’, kemudian ia pulang ke rumah setelah jauh malam. Dan sesampainya ia di rumah ditegur oleh isterinya : Apakah yang menahan kau hingga melantarkan tamumu itu? Abubakar bertanya : Apakah belum kauberi makan mereka itu? Jawab isterinya : Mereka menolak, karena menunggu kedatanganmu. Berkata Abdurrahman : Maka saya lari sembunyi. Abubakar marah sambil memanggil-manggil : Ya Ghuntsar (Sitolol) dan mencaci-maki kepadaku. Kemudian ia mempersilahkan tamu-tamu itu : Makanlah meskipun tidak enak, demi Allah saya sendiri tidak akan makan. Kemudian Abdurrahman berkata : Demi Allah tiadalah kami memakan sesuap dari makanan itu, melainkan Seolah-olah makanan itu menyumber dari bawahnya, hingga kita sekalian telah merasa kenyang, sedang makanan terlihat lebih banyak dari semula tadi. Ketika Abubakar melihat keadaan makanan itu berkata kepada isterinya : Apakah ini? Jawab isterinya : Kini makanan ini lebih banyak dari semula tadi. Maka Abubakar lalu makan daripada makanan itu sambil berkata : Sumpah yang tadi itu semata-mata karena godaan syaithon. Kemudian mengangkut sisa makanan itu kepada Nabi s.a.w. Sedang di masa itu terjadi sesuatu pembicaraan dengan suatu kaum, dan setelah selesai kita berpencar dua belas orang, tiap orang membawa rombongan, dan semua orang-orang dengan rombongannya dapat makan dari sisa makanan itu.

Dan dalam lain riwayat :
Maka Abubakar bersumpah tidak akan makan, dan isterinya juga bersumpah tidak akan makan, kemudian tamu-tamu itupun bersumpah tidak akan makan makanan yang dihidangkan itu, kecuali jika Abubakar makan dari makanan itu. Maka berkata Abubakar : Kejadian ini dari godaan syaithon, maka ia lalu menyuruh hidangkan makanan, dan makan bersama tamu-tamunya, maka tiadalah mereka mengangkat sesuap dari makanan melainkan timbul dari bawah makanan itu lebih banyak, sehingga Abubakar bertanya kepada isterinya : Ya ukhta Bani Firas : Apakah ini? Jawab isterinya : Hai kekasihku sungguh kini lebih banyak daripada ketika belum dimakan, maka setelah mereka selesai makan, dikirim sisa makanan itu kepada Nabi s.a.w. Dan diriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. makan daripadanya.

Dalam lain riwayat :
Abubakar telah berpesan kepada Abdurrahman : Berikan makan kepada tamu-tamu itu dan saya akan pergi bersama Nabi s.a.w. kalau dapat kau selesaikan mereka sebelum saya kembali, jadi jangan tunggu saya. Maka seketika sampai di rumah segera oleh Abdurrahman dihidangkan makanan dan dipersilahkan makan. Tiba-tiba tamu bertanya : Manakah tuan rumah? Jawab Abdurrahman : Makanlah kamu, ia sudah pesan demikian. Jawab tamu : Kami tidak akan makan sebelum datang tuan rumah. Abdurrahman berkata : Tolonglah kamu makan, sebab kalau ia datang dan kamu belum makan maka kami akan dapat marah. Tetapi tamu tetap tidak mau makan. Karena itu saya yakin akan dapat marah, karena itu ketika Abubakar datang saya segera sembunyi, dan ketika Abubakar datang diberitahu, tamu belum makan, ia memanggil Ya Abdurrahman. Saya diam. Kemudian memanggil yang kedua kali saya diam, kemudian ketiga kalinya ia memanggil : Hai orang tolol kalau kau telah mendengar suaraku, saya sumpah kau demi Allah, segeralah kau datang. Maka saya datang kepadanya sambil berkata : Tanyakan kepada tamumu? Jawab mereka : Benar ia telah menghidangkan makanan kepada kami. Berkata Abubakar : Jadi kamu hanya menunggu aku, demi Allah saya tidak akan makan malam ini. Jawab mereka : Kamipun demi Allah tidak akan makan hingga kau makan bersama kami. Berkata Abubakar : Cilaka kamu, tidak mau menerima hidanganmu dari kami, kalau begitu keluarkan makanan, maka ketika ia meletakkan tangan di atas makanan, ia membaca : Bismillah, maka kata yang tadi itu hanya dari pengaruh syaithon, maka ia makan dan makanlah semua tamu itu. Kemudian sisanya dibawa kepada Nabi s.a.w. sebagaimana tersebut di atas itu. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 384-388.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar