Kamis, 17 Maret 2016

Membeli Sihir dengan Iman

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 102, Allah ta'ala berfirman :
وَاتَّبَعُوا۟ مَا تَتْلُوا۟ الشَّيٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هٰرُوتَ وَمٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ اشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى الْءَاخِرَةِ مِنْ خَلٰقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
Dan mereka mengikuti apa-apa yang dibaca oleh setan-setan pada zaman kerajaan Sulaiman, sedang Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut; dan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sehingga keduanya berkata, "Sesungguhnya kami hanya (membawa) fitnah (cobaan), sebab itu janganlah engkau ingkar". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu (tentang sihir) yang dengannya mereka menceraikan seorang (suami) dari isterinya. Dan mereka tidak memberi mudarat kepada seorang pun dengan sihirnya, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari apa yang memudaratkan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa siapa yang menukar (menggunakan) sihir, tiadalah baginya bagian (kebaikan) di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya (dengan sihir) kalau mereka mengetahui. (102)

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dari Syahr bin Hausyab dikemukakan bahwa kaum yahudi berkata : "Lihatlah Muhammad yang mencampur-baurkan antara haq dengan bathil, yaitu menerangkan nabi Sulaiman digolongkan kelompok nabi-nabi, padahal ia seorang ahli sihir yang mengendarai angin. Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas. (QS. 2 : 102) yang menegaskan bahwa kaum yahudi lebih mempercayai syaithan daripada kepada Allah ta'ala. (HR. Ibnu Jarir).
Dalam riwayat lain dari Abil-'Aliah dikemukakan bahwa kaum yahudi bertanya kepada Nabi ﷺ beberapa kali tentang beberapa hal dalam Taurat. Semua pertanyaan mengenai isi Taurat, dijawab oleh Allah dengan menurunkan ayat. Ketika itu mereka menganggap bahwa ayat tersebut dirasakan sebagai bantahan terhadap mereka. Mereka berkata dengan sesamanya : "Orang ini lebih mengetahui daripada kita tentang apa yang diturunkan kepada kita".
Diantara masalah yang ditanyakan kepada Nabi ﷺ ialah tentang sihir, dan mereka berbantah-bantahanlah dengan Rasulullah tentang itu. Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 102) berkenaan dengan peristiwa itu. (HR. Ibnu Abi Hatim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 102. "Dan mereka mengikuti apa-apa yang dibaca oleh setan-setan pada zaman kerajaan Sulaiman, sedang Sulaiman tidak kafir, tetapi setan-setanlah yang kafir. ...". Siapakah setan-setan itu? Bukan saja iblis halus yang setan, manusia kasar itupun kalau telah membuat berbagai ragam dusta, terutama terhadap kesucian nabi Allah, adalah setan pula. Selain menuduh nabi Sulaiman telah murtad, meninggalkan Allah dan menyembah dewa-dewa dan berhala-berhala, karena tertarik oleh isteri-isterinya. Mereka katakan pula bahwa nabi Sulaiman banyak sihirnya. Kerajaannya dipelihara atas kekuatan sihir : "... . Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut; ...". Setan-setan itu juga, yaitu manusia-manusia setan mengajarkan sihir kepada orang dan mengatakan pula bahwa sihir itu adalah pusaka dari nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman menyiompan berbagai ragam sihir di bawah mahligai kerajaannya. Inilah cerita setan-sitan pembuat bohong yang diterima mereka turun-temurun, sampai menuduh nabi Sulaiman telah murtad. Dicantumkan pula dalam kitab Taurat, cerita yang tidak masuk akal terhadap nabi Allah ini diikuti oleh bani israil di zaman Rasulullah ﷺ, bahkan mereka ceritakan pula kepada orang Islam yang ada pada masa itu. Tidak! -kata Allah- Sulaiman tidak kafir. Yang kafir ialah setan-setan itu. Sebab itu apa yang dicatat dalam "kitab" yang dikatakan suci, bukanlah wahyu Ilahi, melainkan wahyu setan. Maksud malakaini, dua malaikat adalah lain. Ahli-ahli tafsir ada mengatakan bahwa dua orang yang dipandang shakih dari negeri Babil, Harut dan Marut, sehingga lantaran keshalihannya mereka disebut malaikat. Kepada setiap orang yang hendak datang belajar sihir selalu dikatakan jangan kamu pakai untuk yang buruk kalau kami ajarkan, sebab kami datang hanya semata-mata sebagai cobaan atau ujian bagi kamu. Itulah yang disebut dilanjutan ayat; "...; dan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sehingga keduanya berkata, "Sesungguhnya kami hanya (membawa) fitnah (cobaan), sebab itu janganlah engkau ingkar". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu (tentang sihir) yang dengannya mereka menceraikan seorang (suami) dari isterinya. ...". Tetapi siapa yang dapat terpengaruh oleh sihir? Ialah orang yang lemah jiwanya, atau yang percaya bahwa ada lagi sesuatu yang memberi mudarat di luar kehendak Allah. Sebab itu tersebutlah lanjutan ayat  "... . Dan mereka tidak memberi mudarat kepada seorang pun dengan sihirnya, kecuali dengan izin Allah. ...". Artinya orang yang tidak diperlindungi Allah jualah yang kena sihir. Yaitu orang-orang yang terlebih dahulu jiwanya telah lemah. "... . Dan mereka mempelajari apa yang memudaratkan mereka dan tidak memberi manfaat kepada mereka. ...". Disinilah dibuka kejahatan belajar sihir. Belajar sihir tidak ada dengan maksud baik, melainkan akan membawa bahaya bagi yang mempelajarinya. Sebab segala sihir ialah hendak menganiaya orang lain, atau hendak menentang peraturan Allah yang telah berlaku atas alam; hendak menceraikan orang dengan isterinya melalui kebencian. Hendak menawan hati seorang perempuan. Benar juga sebagian dongeng ahli tafsir. Terbanglah iman dari dalam diri terlebih dahulu, baru ilmu sihir itu bisa masuk. "... . Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa siapa yang menukar (menggunakan) sihir, tiadalah baginya bagian (kebaikan) di akhirat, ...". Sebab diatas dunia mereka telah menyediakan hidup untuk menganiaya orang lain, niscaya di akhirat bagian mereka tidak lain dari neraka.  "..., dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya (dengan sihir) kalau mereka mengetahui". Teranglah betapa hinanya menjual diri dan mempertukarkan dengan sihir. Tegasnya mereka membeli sihir, bukan dengan uang, tetapi dengan iman. Mereka sangka dapat laba, padahal kerugian lah yang didapat. Mereka tidak tahu  mereka sengsara lantaran hati telah busuk, muka selalu kerat dan kesat.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 338 - 343.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 33 - 34.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 28 - 29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar