Selasa, 02 Februari 2016

Itulah Kemuliaan

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wannihayah 13/147 menyebutkan sebuah kisah;
Dengarkanlah...
Al Asyraf Musa bin Adil berkata; "Suatu hari aku berada di sebuah tempat di negeri kholat. Tiba-tiba masuklah pelayan dan berkata di pintu, ada seorang wanita meminta izin. Ia pun kuizinkan masuk. Ternyata, ia wanita yang amat cantik jelita, tak pernah aku melihat wanita yang lebih cantik darinya. Ternyata ia adalah anak raja yang dahulu pernah berkuasa di kholat, ia mengatakan bahwa pasukanku telah menguasai desanya. Sementara ia amat membutuhkan rumah rumah kontrakan, karena ia makan dari dari hasil memahat untuk para wanita, maka aku menyuruh orangku untuk mengembalikan harta miliknya dan menyediakan rumah untuk tempat tinggalnya. Ketika ia masuk, aku berdiri untuk menghormatinya, dan mempersilahkannya duduk dan memintanya agar menutup wajahnya. 
Ia bersama wanita tua, setelah selesai urusannya, aku berkata, "Silahkan berdiri dengan menyebut nama Allah".
Wanita tua itu berkata, "Tuan, ia ingin melayanimu malam ini".
Aku berkata, "Aku berlindung kepada Allah, tak layak seperti itu".
Aku bergumam pada diriku bagaimana bila ini terjadi pada anak wanitaku, lalu wanita tua itu berdiri dan berkata, "Semoga Allah menutupimu sebagaimana engkau menutupi kami".
Aku berkata, "Apabila ada keperluan lagi sampaikan saja kepadaku, aku akan memenuhinya untukmu".
Ia pun mendo'akanku dengan kebaikan dan pergi.
Aku bergumam pada diriku, "Yang halal bisa mencegahmu dari yang haram, nikahi saja dia".
Aku berkata, "Tidak demi Allah, dimanakah rasa malu, kemuliaan dan kehormatan ??"

Subhanallah..
Kisah yang mengagumkan, wanita yang amat jelita itu telah menyerahkan dirinya, tapi ia segera ingat, bagaimana bila itu terjadi pada anak wanitanya. Ia pun tak ingin mengambil kesempatan untuk menikahinya, karena khawatir merusak kemuliaannya, merusak keikhlasannya, atau mengharapkan balasan dari pemberiannya. Ia tak ingin menikahinya karena menggunakan kesempatan.
 
Itulah kemuliaan jiwa...

Abu Yahya Badru Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar