Jumat, 22 Januari 2016

Tipuan Syetan

Di dalam buku "Minhajul 'Abidin"-nya Imam Al-Ghazali yang diterbitkan oleh Penerbit Tenaga Tani Banda Aceh, cetakan pertama, Januari 1986, halaman 107 - 109, menjelaskan tentang tujuh macam jalan tipuan serta ajakan syetan terhadap manusia agar meninggalkan ibadah :
  1. Syetan melarang manusia, agar jangan ta'at kepada Allah. Orang-orang yang terpelihara Allah, akan menolak ajakan itu dan akan berkata : "Aku sangat butuh sekali kepada pahala dari Allah, karena aku harus mempunyai bekal dari dunia untuk akhirat yang kekal abadi.
  2. Syetan mengajak manusia untuk mengakhiri ta'at : nanti saja atau kalau sudah tua, dan sebagainya. Orang-orang yang terpelihara akan menolaknya dengan mengatakan : Ajalku bukan pada tanganku; jika aku mengundur amal hari ini untuk esok, maka amal hari esok kapan aku kerjakan, padahal tiap-tiap hari mempunyai amal sendiri.
  3. Sewaktu-waktu syetan mendorong manusia supaya buru-buru mengerjakan amal baik, dengan amat segera, dan katanya : Ayo cepat-cepat beramal, supaya engkau dapat memburu lagi amal lainnya. Orang-orang yang selamat tentu menolak dan berkata : "Amal yang sedikit tapi sempurna lebih baik daripada amal banyak tapi tidak sempurna.
  4. Syetan itu lalu menyuruh manusia supaya mengerjakan amal hati dengan sempurna sebab kalau tidak sempurna nanti dicela oleh orang lain. Orang-orang yang terpelihara tentu menolaknya dan akan berkata : "Untuk saya, cukup dinilai oleh Allah ta'ala saja dan tidak ada faedahnya beramal karena manusia.
  5. Setelah itu syetan menancapkan perasaan dalam hati orang yang beramal dengan mengatakan : "Betapa tingginya derajatmu dapat beramal saleh dan betapa pula cerdikmu dan kesempurnaanmu. Orang-orang yangbaik akan menjawab bahwa semua keagungan dan kesempurnaan ini kepunyaan Allah bukan kekuatan atau kekuasaanku, Allah-lah yang memberi taufiq kepadaku untuk dapat mengerjakan amal yang Ia ridhoi, dan memberikan ganjaran yang besar dengan karunia-Nya. Jika sekiranya tanpa karunia Allah, maka apalah harganya amalku ini dibandingkan dengan banyaknya nikmat Allah kepadaku, disamping dosaku yang banyak pula.
  6. Setelah jalan kelima gagal, maka syetan mendesas-desuskan dihati manusia : "Bersungguh-sungguhlah engkau beramal dengan sembunyi-sembunyi (sir), jangan diketahui oleh manusia sebab Allah jualah yang akan medohirkan amalmu nanti terhadap manusia dan akan mengatakan bahwa engkau seorang hamba Allah yang ikhlas : "Syetan itu mencampur-baurkan terhadap setiap orang yang beramal dengan amal tipuannya yang lemah sekali. Dengan ucapannya itu syetan bermaksud untuk memasukkan sebahagian dari penyakit riya'. Orang-orang yang terpelihara oleh Allah menolak ajakan syetan itu dengan mengatakan : "Hai mai-un (yang dilaknat) tiada henti-hentinya engkau menggodaku untuk merusak amalku dengan rupa-rupa jalan dan sekarang engkau berpura-pura seolah-olah akan memperbaiki amalku, padahal maksudmu untuk merusaknya. Aku ini hamba Allah, dan Allah ta'ala yang menjadikan aku. Kalau Allah ta'ala berkehendak mendohirkan amalku atau menyembunyikannya; dan kalau berkehendak menjadikan aku mulia atau hina, ini adalah urusan Allah. Aku tidak gelisah apakah amalku itu diperlihatkan oleh Allah kepada manusia atau tidak, karena itu bukan urusan manusia.
  7. Setelah gagal syetan itu menggoda dengan jalan keenam, maka ia menggoda dengan jalan mengatakan : "Hai manusia tidak perlu engkau menyusahkan dirimu untuk beramal ibadah, karena jika engkau telah ditetapkan oleh Allah pada zaman azali dan dijadikan makhluk yang bahagia, maka tidak akan menjadikan madharat apa-apa bagi engkau untuk meninggalkan amal, engkau akan tetap menjadi orang bahagia, sebaliknya jika engkau dikehendaki Allah menjadi orang yang celaka, maka tidak ada gunanya lagi engkau beramal dan tetaplah engkau celaka.
Orang-orang yang terpelihara oleh Allah tentu akan menolak godaan ini dengan mengatakan : "Aku ini seorang hamba, berkewajiban menurut perintah Tuhanku. Tuhan Maha Mengetahui, menetapkan sekehendak-Nya dan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Amalku tetap akan bermanfaat, walau bagaimanapun keadaanku. Jika aku dijadikan seorang yang berbahagia, aku tetap perlu beribadah untuk menambah pahala, dan jika aku dijadikan seorang yang celaka, aku harus tetap beramal ibadah, supaya tidak menjadi penyesalan bagi diriku meninggalkan amal itu.
Jika sekiranya aku dimasukkan neraka, padahal aku ta'at, aku lebih senang daripada jika aku dimasukkan neraka karena aku maksiyat. Tetapi tidak akandemikian keadaannya karena janji Allah pasti terjadi dan firman-Nya pasti benar. Allah telah menjanjikan kepada siapa yang beramal ta'at kepada-Nya akan diberi ganjaran. Siapa-siapa yang meninggal dunia dalam keadaan beriman dan ta'at kepada Allah tidak akan dimasukkan ne neraka dan pasti akan dimasukkan Syurga. Jadi masuknya seorang ke Syurga bukanlah karena kekuatan amalnya, tetapi karena janji Allah semata yang Pasti dan Suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar