Selasa, 29 Desember 2015

Fenomena Muslim Beraqidah Adat Leluhur Nenek Moyang

Salah satu cirinya kaum jahiliyah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, orang jahiliyyah adalah orang yang tidak mengikuti dalil Al Quran dan As Sunnah, enggan menta'ati Allah dan Rasul-Nya lalu berpaling pada adat dan tradisi nenek moyang dan masyarakat yang ada. Itulah sifat jahiliyyah. Sifat ini termasuk sifat yang tercela.
Coba perhatikan pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berikut :
Seseorang itu tumbuh dari agama bapak atau agama tuannya atau agama masyarakat yang ada di negerinya. Sebagaimana seorang bocah itu tumbuh dari agama kedua orang tuanya atau orang yang merawatnya atau dari masyarakat sekitarnya. Ketika anak tersebut baligh (dewasa), maka barulah ia dikenai kewajiban untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya. Janganlah seperti yang mengatakan,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami” (QS. Al Baqarah (2): 170).

Setiap orang yang tidak mengikuti dalil Al Quran dan As Sunnah, enggan mentaati Allah dan Rasul-Nya lalu berpaling pada adat dan tradisi nenek moyang dan masyarakat yang ada. Itulah yang disebut orang Jahiliyyah dan layak mendapat celaan.
Begitu pula orang yang sudah jelas baginya kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya lantas ia berpaling pada adat istiadat, itulah orang-orang yang berhak mendapatkan celaan dan hukuman. (Majmu’ Al Fatawa, 20: 225).
"Maukah kita dicap sebagai orang Jahiliyyah yang sekedar mengikuti tradisi dan budaya tanpa mau mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya? Moga menjadi renungan berharga bagi kita semua."
"Ingatlah dunia ini hanya sebentar, untuk apakah kita membanggakan nenek moyang, adat istiadat dan tradisi masyarakat yang Dzholim terhadap Rabb semesta alam, kalau pada akhirnya kita terjungkal di kerak neraka jahanam paling dalam selama-lamanya ??
Tangisan dan sesal sudah tiada guna.
Makan dan minum dengan sesuatu yang menjijikan didalamnya..
Kesakitan, kesengsaraan, kebinasaan yang tiada pernah berhenti di dunia dan akhirat...
Itukah yang kita cari ? hanya karena "Menghormati Nenek Moyang" atau "Melestarikan adat istiadat nenek moyang"
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun menerangkan : 

الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ أَوْ قَوْلُ الزُّوْرِ.
“(Dosa-dosa yang paling besar itu adalah) syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan persaksian palsu (perkataan dusta).” (HR. Al Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu)

Para Nabi dan Rasul sangat takut terjerumus kepada kesyirikan, sehingga merekapun berdo’a dan berlindung kepada Allah Azza wa jalla dari perbuatan yang sangat keji ini, hal itu dikarenakan keyakinan mereka akan behayanya syirik. Allah Azza wa jalla menceritakan tentang takutnya imamul Hunafa ( Imam ahl-Tuhid ) yaitu Ibrahim ‘alaihisalatu wassalam dalam firman-Nya;

وإذْ قال إبْرهيم ربّ اجْعلْ هذاالْبلد ءامنا واجْنبْنى وبنىّ أن نّعْبد اْلأصنام (٣٥) ربّ إنّهنّ أضْللْن كشيرامّن النّا س فمن تبعنى فإنّه، منّى ومنْ عصا نى فإ نّك غفوررّحيم (٣٦)

“Dan( ingatlah), ketika Ibrahim berkata: ‘’ Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini ( Mekah ), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesunguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim : 35-36 )

Ibrohim At-Taimiy ( seorang ulama dari kalangan tabi’in ) ketika membaca ayat ini berkata :

ومنْ يأْمن الْبلاء بعد إبْراهيْم ؟!! 

Siapa yang merasa aman dari bencana (kesyirikan) setelah Ibrohim ?!!”.
Syaikh Solih Alu Syaikh berkata : “ Maksud dari perkataan beliau adalah andai kata Nabi Ibrohim saja yang sudah memurnikan tauhid,dan telah mendapat gelar imam ahli tauhid serta telah mengahancurkan berhala-berhala dengan tangannya, dia masih merasa takut akan fitnah kesyirikan, maka siapa lagi yang merasa aman dari fitnah itu setelah Ibrohim”. ( Lihat kiab At-Tamhid Syarah Kitab Tauhid, oleh syaikh Sholih Alu Syaikh halaman 52)
Begitu juga Rasulullah Shalallahu alihi wa sallam, sangat takut kesyirikan menimpa dirinya, sehingga beliau senantiasa meminta perlindungan kepada Robbnya sebagaimana disebutkan di dalam sabdanya Shalallahu alaihi wa sallam, yang berbunyi :

الشّرْك فيكمْ أخفى منْ دبيب النمْل، ألا أخْبرك بقوْل يذْهب صغارهوكباره، أوْ صغيره وكبيره، تقول ؛ اللّهمّ إنّي أعوْذبك أنْ أشْرك بك وأنا أعْلم، وأسْتغْفرك لمالا أعْلم
“ Kesyirikan lebih samar bagi kalian daripada jalannya semut, dan aku akan ajarkan kalian sesuatu yang apabila kalian lakukan maka kesyirikan akan sirna dari kalian baik yang kecil maupun yang besar, yaitu hendaklah kalian membaca : Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun kepada–Mu dari kesyirikan yang tidak aku ketahui.” (Syaikh Albani rahimahullah,berkata : hadits ini shohih dari jalan Abi Bakroh, lihat kitab Shohihul jami’, No. : 3731).
Beliau shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga sangat takut apabila wabah kesyirikan merajalela di tengah ummatnya, bahkan rasa kehawatiranya terhadap kesyirikan melebihi kekhawatirannya terhadap Al-Masih Dajjal. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam,bersabda :

ألا أخْركمْ بما هو أخْوف عليْكمْ عنْدى من الْمسيح الدْجّا ل >>. قا ل قلْنا بلى. فقا ل << الشّرْك الْخفىّ أنْ يقومi

“Maukah kalian aku kabarkan tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian dari pada Al-masih dajjal? Yaitu syirik kecil, seseorang berdiri melakukan shalat lalu dia hiasi shalatnya karena ada seseorang yang melihatnya ( HR.Ibnu Majah dari jalan Abu Sa’id, dihasankan oleh syaikh Al-Albani di dalam sohihul jami’ No. 2607 )
Beliau Shalallahu ‘Alihi wa sallam pun bermunajat mengadukan kekhawatirannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

اللّهمّ لا تجْعلْ قبْرى وثنا لعن الله قوْما اتّخذواقبور أنْبيا ئهمْ مسا جد
 “ Ya Allah... janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai watsan (sesembahan selain Allah), Allah telah melaknat kaum yang menjadikan KUBURAN para nabi mereka sebagai masjid tempat ibadah (HR. Ahmad, dishohihkan oleh syaikh Albani rahimahullah didalam Ahkamul Jana’iz )

Seluruh Rasul yang di utus oleh Allah Azza Wa Jalla misi mereka adalah menegakkan TAUHID di muka bumi ini. Mereka mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Allah azza wa jalla berfirman :

ولقدْ بعشْنا فى كلّ أمّة رسوْلا أن اعْبدوْا الله واجْتنبواالطغوت فمنْهمْ مّن هدى ومنْهم مّنْ حقّتْ عليْه الظّللة فسيرواْفى الْأرْض فانْظرواْ كيْف كا ن عقبة الْمكذّبين
“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ( untuk menyerukan ): ‘ sembahlah Allah ( saja ), dan jauhilah Thaghut itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagiamana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul ). (QS. An-Nahl : 36).

 Begitu juga Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ومآ أرسلنا من قبْلك من رّسول إلاّ نوحى إليْه أنّه،لآإله إلآّ أناْ فاعبدون
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan ( yang hak ) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akna Aku””. (QS. al-Anbiyaa : 25).

Terlebih Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, beliau sangat gigih dalam menegakkan TAUHID dan memberantas kesyirikan, semenjak mengawali dakwahnya sampai menjelang wafatnya, beliau mengingatkan ummatnya perkara Tauhid.
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak di sembah kecuali Allah dan bersaksi bahwasanya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka telah mengucapkan hal itu, maka terjagalah darah dan harta mereka, kecuali dengan cara yang benar, adapun hisaban mereka adalah disisi Allah. ( Muttafaqun ‘alaihi )
Untaian nasehat TAUHID pun beliau sampaikan menjelang wafatnya. Jundub bin Abdillah Al-Bajali bercerita, lima hari menjelang wafatnya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, beliau shalallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya :
“Aku berlepas diri kepada Allah dari menjadikan kholil diantara kalian, sesungguhnya Allah telah menjadikanku sebagai kholil (kekasih) sebagaimana Dia telah menjadikan Ibrohim sebagai kholil-Nya. Andakata aku boleh mengambil seorang kholil dari umatku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakkar sebagai kholilku. Ketahuilah oleh kalian bahwasanya orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang soleh diantara mereka sebagai masjid (tempat ibadah), maka ketahuilah oleh kalian, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari perbuatan itu”, (HR. Muslim).
Tidaklah para rasul menjadikan TAUHID sebagai inti dakwah mereka dan memerintahkan para pengikutnya untuk menegakkan dakwah TAUHID, lantaran karena kekhawatiran mereka akan terjerumusnya umat manusia kedalam jurang kesyirikan yang bisa membawa malapetaka dan kebinasaan didunia dan akhirat. Sehingga peringatan-peringatan keraspun datang dari mereka, supaya manusia meninggalkan kesyirikan. (Copas : Distro Ikhwan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar