Kamis, 03 Desember 2015

Bercermin pada Tsabit bin Qeis

TIME TUNNEL. Perjalanan Lorong Waktu di masa duka dulu kembali mengingatkanku kepada sosok yang berpenampilan "mewah" dan "garang" disekitar masjid. Dari penelusuranku, dia adalah sahabat mulai dari Anshar, Tsabit bin Qeis.
Dialah juru bicara Islam tatkala tiba masa perutusan dari berbagai penjuru semenanjung Arab menemui Rasulullah  ﷺ. Dia pula penyaksi peperangan penting semisal Uhud dan peperangan sesudahnya.
Dibalik kemewahan dan kegarangannya ternyata dia adalah insan yang mudah menangis dan berakhlaq lembut. Hatinya penuh khusyu' dan tenang. Ia juga insan yang pemalu dan takut kepada Allah ta'ala.
Suatu saat ketika Rasulullah  ﷺ memperdengarkan ayat; "Sesungguhnya Allah tidak suka pada setiap orang yang congkak dan sombong." (TQS. Luqman (31) : 18). Tsabit pun menutup pintu rumahnya dan duduk menangis hingga lama, sampailah kabarnya kepada Nabi  ﷺ dan dipanggillah ia. Berkata Tsabit : "Ya Rasulullah, aku senang kepada pakaian yang indah, dan sepatu yang bagus dan sungguh aku takut dengan ini akan menjadi orang congkak dan sombong ...!" "Engkau tidaklah termasuk dalam golongan mereka itu, bahkan engaku hidup dengan kebaikan ..., dan mati dengan kebaikan...., dan engkau akan masuk surga....!", hibur Rasulullah  ﷺ
Dan sewaktu Rasulullah  ﷺ memperdengarkan firman Allah ta'ala : "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian berkata kepada Nabi dengan suara keras. Sebagaimana kerasnya suara sebahagian kalian terhadap sebahagian yang lainnya, karena dengan demikian amalan kalian akan gugur, sedang kalian tidak menyadarinya ....!" (TQS. Al-Hujurat (49) : 2). Tsabit pun kembali menutup pintu rumahnya. Lalu menangis.... Saat Rasulullah mencari, menanyakan dirinya dan bertemu dengannya, ditanyailah ia : "Sesungguhnya aku ini seorang manusia yang keras suara dan sesungguhnya aku pernah meninggikan suaraku dari suaramu wahai Rasulullah...!" Karena itu tentulah amalanku menjadi gugur dan aku termasuk penduduk neraka ...!", jawab Tsabit bin Qeis. Rasulullah pun menghiburnya : "Engkau tidaklah termasuk salah seorang diantara mereka, bahkan engkau hidup terpuji dan nanti akan berperang sampai syahid, hingga Allah bakal memasukkanmu ke dalam surga ...".
Benarlah seperti sejarah hidup yang pernah ku dengar tentangnya. Dimasa perang Yamamah ketika Muslimin berperang melawan sang nabi palsu, Musailamatul Kadzdzab. Ia berseru : "Demi Allah, bukan begini cara kami berperang bersama Rasulullah  ﷺ....!". Kemudian ia pergi dan kembali lagi dengan membalut badannya dengan balutan jenazah dan memakai kain kafan, lalu berseru lagi : "Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada-Mu dari apa yang diperbuat mereka (maksudnya tentara Musailamah) dan aku memohon ampunan kepada-Mu  dari apa yang diperbuat mereka (maksudnya kaum Muslimin yang kendor semangat jihadnya).
Maka bersama Salim bekas sahaya Rasulullah  ﷺ, mereka menggali lobang yang dalam untuk diri mereka, kemudian mereka masuk dengan berdiri didalamnya. Lalu mereka timbunkan pasir ke badan mereka sampai setengah badan. Mereka terus menggempur tentara Musailamah yang mendekat hingga mereka menemukan syahidnya.
Dan Tsabit bin Qeis pun menemukan kedudukannya sebagai syahid seperti yang dikabarkan Rasulullah  ﷺ.
---------------------------
Inspirasi :
Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit : CV. Penerbit Diponegoro, Cetakan keduapuluh 2006, halaman 515-520.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar