Sabtu, 28 November 2015

Kuffur

Di dalam al-Qur'aan surat al-Baqarah (2) : 6 - 7; berkisah tentang kaum kafirin yang menegaskan bahwa hati, pendengaran dan penglihatan mereka tertutup. Diperingatkan atau tidak diperingatkan, mereka tetap tidak akan beriman.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ :٦
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (6)

خَتَمَ اللَّـهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصٰرِهِمْ غِشٰوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ :٧
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (7)

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan, bahwa firman Allah "Innalladzina kafaru sawa-un 'alaihim sampai walahum adzabun 'adhim" (QS. 2 : 6-7) diturunkan tentang kaum yahudi Madinah yang menjelaskan bahwa mereka itu walaupun diperingatkan tetap tidak akan beriman. (HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Ishaq).
Sedangkan dalam riwayat lain dari ar-Rabi' رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Anas رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dikemukakan bahwa dua ayat (QS. 2 : 6-7) diturunkan di dalam peperangan al-Ahzab (tahun 5 Hijriah) (HR. Ibnu Jarir).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 6. "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman"
Apa arti kafir? Kafir adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang kufur, ialah menimbulkan atau menyembunyikan, sehingga tidak terlihat. Al-Qur'aan menerangkan di surat al-Haddid (57) : 20. Peladang yang menabur benih, menanamkan benih lalu menimbunnya dengan tanah, sehingga benih itu terbenam di dalam tanah dinamakan kuffar.
"....., seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, ...."
Terlihat dalam makna arti kalimat kuffur, yakni di dalam hati sanubari itu ada kesedihan buat menerima kebenaran, atau lebih tegas lagi di dalam hati tiap-tiap manusia itu ada tampang buat mengakui kebenaran. Tetapi oleh si kafir tampang yang bisa tumbuh dengan baik itu ditumbuhinya, dikemukakan berbagai alasan kebenaran dengan berbagai cara, namun bagi mereka sama saja, tidak ada yang mereka terima. Mereka telah mengkafiri suara hati mereka sendiri.
Apa sebab orang menjadi kafir? Kadang-kadang karena juhud, yaitu meskipun seruan yang disampaikan kepada mereka itu tidak dapat mereka tolak kebenarannya, tetapi oleh karena mengganggu kedudukan dan perasaan tinggi diri mereka, maka kebenaran itu mereka tolak. Maka orang-orang yang merasa terganggu kedudukan dan perasaan tinggi diri mereka sama saja bagi mereka, memberi peringatan ataupun tidak memberi peringatan, mereka tidak hendak percaya.
QS. 2 : 7. "Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup....". Lantaran sikap sombong, juhud (menentang), inad (keras kepala), maka hati dan pendengaran mereka telah dicap (dimaterai) oleh Tuhan, atau telah disegel. Artinya kekafiran itu telah menjadi sikap hidup mereka, tidak bisa dirubah lagi. "..... Dan bagi mereka siksa yang amat berat." Azab kekufuran itu amat besar. Pertama; azab dalam kehidupan dunia. Karena kuffur, yaitu menimbun perasan hati yang murni akan selalu resah gelisah, tidak pernah bersenang diam, karena sakit hati. Timbullah rasa benci, dengki, murka, permusuhan dalam hati mereka. Mereka selalu didorong-dorong oleh hawa nafsu mereka sendiri supaya bertindak jahat. Dengan demikian dapatlah kita merasai bahwa mereka itu disiksa dan diazab oleh kekufuran mereka sendiri.
Inilah azab dunia yang besar bagi orang kafir yang menentang. Tentu akan mereka terima juga azab yang kedua, yang lebih besar diakhirat nanti.
---------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 9.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 162 - 168. 
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 17 - 21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar