Jumat, 27 November 2015

Juru Dakwah

Dakwah atau tabligh adalah sifat Nubuwwah, sunnah kehidupan dan perjalanan Rasulullah s.a.w.
Berdakwah atau bertabligh, menyampaikan seruan dan suara Islam adalah jihad, perjuangan.
Menjadi juru dakwah, menjadi muballigh dengan sendirinya menjadi mujahid, menjadi pejuang dalam segala kata dan makna.
Konsekwensi sebagai pejuang adalah berkurban, apa saja yang diminta oleh perjuangan.
Perjuangan adalah menjalankan tugas yang dibebankan oleh keyakinan, risalah yang diletakkan oleh iman dan agama.
Aqidah Islamiyah yang kita jadikan pegangan hidup, kita serukan kepada manusia, kita bela dengan segala cara, kita perjuangkan dengan segala kepenuhan hati dan kesungguhan budi, tidak pernah menjanjikan kesenangan dunia kepada kita. 
Antara perjuangan dan kesenangan hidup tak pernah ada titik-pertemuan. Tujuan hidup seorang Muslim, idealisme orang Mujahid ialah menyerahkan dirinya tanpa syarat untuk kejayaan cita, keagungan kalimah Ilahi.
Tak ada upah atau balasan yang dapat dan boleh diharapkannya dari manusia.
"... aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan Semesta Alam." (TQS. Asy-Syu'araa' (26) : 180).
Karena disitulah letak sa'adah, bahagia hidupnya.
"... laqad ablaghtu kum risaalata robbi!" (Aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku) (TQS. Al-A'raf (7) : 93).

Majunya kemuka bukan karena pujian dan sanjungan, karena segala pujian adalah milik Tuhannya. Dia sadar puji dan puja yang diberikan kepadanya berisi "racun-berbisa" yang dapat merusakkan dirinya.
Dia tidak mundur karena celaan dan makian ancaman ketakutan, karena dia lebih takut kepada ancaman Tuhannya.
Dera dan derita tidak mungkin menyurutkan dan mengurangkan kegiatannya, karena baginya segala penderitaan, kepapaan sekalipun adalah senandung hidup bagi seorang idealis.
Dia sadar, keyakinan yang dianutnya dan perjuangan yang dihadapinya membawa daftar rentetan penderitaan, kesengsaraan, pengusiran dan pengasingan.
Hempasan badai dan amukan taufan, kekurangan dana dan tenaga, itu yang dijanjikan oleh keyakinan dan perjuangan.
Laut luas perjuangan jarang menjanjikan udara cerah, senang dan tenang.
Keyakinan dan perjuangan menuntut ketabahan, keuletan dan kegigihan.
Tidak ada inspirasi dan aspirasi lain yang mendorongnya dan menyuruhnya maju ke gelanggang perjuangan, selain dari perintah tauhid dan doktrin jihad yang diterimanya dari Tuhan melalui Nabi-Nya yang Ummi, Muhammad Shahibur Risalah.
Nabi-Nya telah memberikan tauladan, bagaimana caranya mendukung cita, tidak perlu dia mencari tauladan ke tempat lain. Nabi-Nya telah memberikan pimpinan dan pedoman, tidak perlu lagi mencari pimpinan dan pedoman ke tempat lain.
Sejak semula Nabi yang besar itu telah memfatwakan bagaimana dan apa resiko yang harus diterima oleh seorang pejuang Islam, seorang Mujahid. Nabi yang besar itu tidak hanya berfatwa dengan lisannya, tetapi telah berfatwa dengan amal perbuatannya, dengan sunnah perjalanannya. Nabi yang besar itu telah menebus cita dan cinta itu dengan penderitaan, menempuh ombak badainya kesengsaraan dan ujian percobaan.
(Rangkuman dari buku "Mujahid Dakwah"-nya KH. M. Isa Anshary, Penerbit CV Diponegoro Bandung 1964, halaman 35 - 40).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar