Selasa, 13 Oktober 2015

Museum Masjid Agung Demak

TravelNusa (Traveler Nusantara). Selepas sholat subuh Ahad 11 Oktober 2015 tiba-tiba pengen banget melakukan perjalanan ke Demak. Setelah perjalanan awalku mengenal Demak di tahun 2011, antara 4 November 2011 sampai 3 January 2012 dengan mengikuti Survei dan Verifikasi Kapal Perikanan dibawah atau sama dengan 30 GT dan Alat Penangkapan Ikan di Seluruh Indonesia Tahun 2011 dan bertemu dengan Mubadikin salah satu perangkat di desa Babadan kecamatan kabupaten Demak, pada saat itu berdiskusi tentang letak situs kerajaan Demak yang belum juga diketahui tepat tempatnya. Tersimpan pengetahuan itu di benakku. Kemudian pada awal tahun 2014 TravelNusa (Traveler Nusantara) melakukan perjalanan menuju kompleks makam salah satu sunan pendiri masjid Agung Demak untuk sholat di masjid-nya.

Rute Perjalanan
TravelNusa (Traveler Nusantara) keluar rumah jam 07.30 WIB. Lanjut perjalanan dengan BRT II-009 dari shelter transfer Tembalang jam 07.45 WIB. Menikmati kemacetan di zona pasar Jatingaleh karena proyek pembangunan Underpass sudah mulai dilaksanakan. Tiba di shelter transfer RSI Sultan Agung jam 08.32 WIB. Menuju Demak dengan bus AKDP Harum nopol K.1582.B jurusan Semarang - Lasem jam 08.50 WIB dengan harga tiket lima ribu rupiah. Nyaman nggak nyaman karena pemipaan AC sayap kanan bus bocor. Menikmati kemacetan di jalan Demak - Semarang km 15 karena perbaikan jalan. Sampai terminal Demak jam 09.35 WIB. Lanjut jalan kaki menuju kawasan Masjid Agung Demak, 09.40 WIB sampai lokasi tujuan.

Museum Masjid Agung Demak
Letak museum disisi utara kompleks masjid Agung Demak atau beralamat di jalan Sultan Patah No. 57 Kecamatan Bintaro, Kabupaten Demak. Tak perlu berjinjit-jinjit mencapai lokasi museum, karena sudah ada selasar dengan karpet hijau yang akan mengantarkan menuju lokasi. Tiba di sebuah bangunan semacam lobi yang akan mengantar peziarah memilih kekanan bangunan museum dan ke kiri kompleks makam.
Museum Masjid Agung Demak berdiri di atas lahan seluas 16 meter persegi yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo kala itu dan menyimpan benda-benda bersejarah yang mencapai lebih dari 60 koleksi. Memasuki museum dengan mengikuti arah jarum jam, terdapat koleksi umpak batu peninggalan masjid sebelum dipugar. Foto-foto Masjid Agung Demak dari masa ke masa, lampu-lampu dan peralatan rumah tangga dari kristal dan kaca hadiah dari PB I tahun 1710 M; kitab suci Al-Qur’an tulisan tangan; beberapa prasasti kayu memuat angka tahun 1344 Saka; Sirap penutup atap masjid, kentongan dan bedug peninggalan para wali abad XV, dua buah gentong (tempayan besar) Kong dari dinasti Ming hadiah dari Putri Campa pada abad XV, warnanya coklat kehitaman dengan keadaan yang sudah tidak utuh pada bagian atasnya. Tak ada warna atau ornamen lainnya yang menghiasi permukaannya. Daun pintu Makam kesultanan tahun 1710 M. Pintu bledeg buatan ki Ageng Selo yang merupakan condrosengkolo berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani yang berarti angka tahun 1388 saka atau 1460 M, atau 887 H.
Di bagian tengah ruangan tersimpan bagian-bagian soko guru yang rusak (sokoguru Sunan Kalijogo dengan diameter 63,70 cm disisi timur laut; sokoguru Sunan Bonang dengan diameter 62,70 cm disisi barat laut; sokoguru Sunan Gunungjati dengan diameter 61,50 cm disisi barat daya; dan sokoguru Sunan Ampel dengan diameter 65 cm disisi tenggara. sebuatan arah mata angin itu jika kita berdiri tepat di bawah lampu robyong Masjid Agung Demak peninggalan tahun 1923 - 1936 M). Ada koleksi maket masjid Agung Demak dan maket Masjidil Haram. 

Oleh-Oleh Khas Demak
Tidak afdol berkunjung ke suatu tempat, bila tidak mencoba menikmati produk khas daerah setempat untuk dijadikan kenang-kenangan. Beberapa kios berdiri di pasar sentra UKM yang berlokasi di sisi utara tak jauh dari kompleks Masjid Agung Demak. Kios-kios disini sengaja dijadikan showroom sekaligus sentra penjualan berbagai produk khas berkearifan lokal.

Baca juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar