Jumat, 09 Oktober 2015

Mimpi Melihat Malaikat

Dari Ibnu Umar berkata : Setiap orang di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, jika bermimpi, akan menceritakan mimpinya kepada Rasulullah. Maka aku berharap bisa bermimpi agar aku bisa menceritakannya kepada Nabi. Saat itu aku adalah seorang anak muda yang masih belum menikah. Aku selalu tidur di masjid pada zaman Rasulullah.
Suatu hari aku bermimpi melihat dua malaikat membawaku pergi ke neraka. Ternyata neraka telah dibangun seperti bangunan sumur yang mempunyai dua tanduk (kayu di kanan dan kirinya). Di dalamnya ada orang-orang yang aku kenal. Aku pun segera berkata : "Aku berlindung dari neraka. Aku berlindung dari Neraka. Aku berlindung dari Neraka."
Kemudian ada satu malaikat yang menemui dua malaikat tadi. Satu malaikat itu berkata kepadaku: Kamu tidak perlu takut. Aku menceritakan kepada Hafshah. Dan Hafshah menceritakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Nabi kemudian bersabda, "Laki-laki yang hebat itu kamu Wahai Abdullah, jika kamu shalat malam. Salim berkata : Abdullah setelah itu hanya sedikit tidur di malam hari." (HR. Bukhari no. 1054 dan Muslim no. 4528).
Hadits ini dijelaskan oleh Al Qurthubi sebagai berikut, "Rasulullah menafsirkan mimpi Abdullah dari sisi baiknya. Di mana dia dibawa ke neraka tetapi diselamatkan darinya dan dikatakan kepadanya: Tidak usah takut. Hal ini dikarenakan kesholihannya, tetapi dia belum melakukan shalat malam. Maka diberikan peringatan kepada Abdullah bahwa Qiyamullail akan melindungi seseorang dari terjatuh ke dalam Neraka dan mendekatkeNeraka. Karenanya, dia tidak meninggalkan Qiyamullail setelah itu." (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqalani, 3/7, MS).
Parenting Nabawiyyah mencoba membangun tips dari hadits di atas. Ada banyak pelajaran dari hadits tersebut. Tetapi kita lihat satu saja; yaitu bagaimana cara Rasulullah menanamkan sebuah Qiyamullail bagi seorang anak muda :
  1. Memanfaatkan momentum berkesan dalam hati yang ditunggu-tunggu untuk menjadi pintu masuk pembahasan.
  2. Menggunakan bahasa positif, memotivasi tapi bersyarat dengan target amal tersebut
  3. Orang yang menyampaikan haruslah orang yang dikagumi. Bisa jadi, orang itu orang lain dan bukan orang tuanya sendiri.
  4. Menghidupkan hati dan akal anak dengan kebaikan, sehingga mempunyai kekuatan menangkap penjelasan dan logika.

Terbukti hasil dari tips Nabi tersebut, Abdullah bin Umar begitu terdorong untuk melakukannya dan konsisten menjaganya. Kisah ini bisa juga dijadikan analogi bagi para orangtua yang menginginkan anaknya melakukan sebuah aktivitas mulia tapi terasa berat. Apa saja.  (Parenting Nabawiyyah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar