Jumat, 18 September 2015

The Secret of Victory

Pada Sabtu 26 Mei 1453 M, Sultan Mehmed II meminta agar pertemuan terakhir pengepungan digelar, semua akan dipertaruhkan dalam hari-hari terakhir. Pilihan diberikan Sultan langsung pada inti permasalahannya; apakah akan melanjutkan peperangan ataukah berhenti sampai disini?
Setelah musyawarah yang penuh semangat, Zaganos diperintahkan berkeliling ke seluruh perkemahan untuk menyampaikan titah Sultan, bahwa serangan umum pamungkas besar-besaran akan dilakukan bertepatan pada tanggal 29 Mei 1453.
Dan senin 28 Mei 1453 M, Sultan memerintahkan pasukan daratnya untuk istirahat mengumpulkan tenaga serta melakukan ibadah-ibadah kepada Allah s.w.t. Seluruh pasukan diperintahkan berpuasa, sholat tahajjud, membaca Al-Qur'an dan berdo'a memohon kepada Allah serta berperilaku yang dapat mendekatkan diri kepada Allah yang memegang kunci kemenangan.
Sultan teringat wasiat khalifah Umar bin Khattab saat memberangkatkan pasukan Sa'ad bin Abi Waqqash ke tanah Persia : "Sesungguhnya kita hanya ditolong karena kemaksiatan musuh-musuh kita kepada Allah, jika kita juga sama dalam melakukan maksiat maka adalah mereka lebih utama daripada kita dalam hal kekuatan, jika kita tidak mengalahkan mereka dengan ketaatan kita, mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka."
Kala itu Selasa 29 Mei 1453 M, langit gelap dan pengepungan sudah memasuki hari ke-54. Saat itu masih pukul 01 dini hari, namun tirai panggung penaklukan Konstantinopel telah terbuka, satu demi satu aktor mulai berdatangan, siap memainkan skenario Tuhan Pencipta Semesta Alam dalam penaklukan yang selalu akan diingat sepanjang masa.
Selepas tengah malam, Sultan Mehmed II telah rapi, berada di depan pasukan yang telah siap menyambut salah satu dari dua kemuliaan yang disediakan Allah, hidup mulia atau mati syahid. Semua pasukan diam membisu menanti khutbah perang yang akan diucapkan Sultan. Sultan Mehmed II membuka ucapannya dengan tahmid, tahlil dan takbir, membasahi lisannya dengan puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya, membacakan kepada pasukan sekali lagi hadits dan kemuliaan penaklukan Konstantinopel.
"Sungguh Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya". (THR. Ahmad).
Sultan menyampaikan kepada setiap pasukan, bahwa pada hari ini, insyaAllah Konstantinopel akan dibebaskan dan janji Rasulullah s.a.w. dalam bisyarahnya tidak lama lagi akan menjadi kenyataan.
Sultan Mehmed II lalu berkhutbah kepada pasukannya :
"Jika penaklukan kota Konstantinopel sukses maka sabda Rasulullah s.a.w. telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah terbukti. Kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi janji dari hadits tersebut, berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh karena itu, sampaikanlah kepada para pasukan satu persatu bahwa kemenangan besar yang akan kita capai ini akan menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan menjadikan syariat selalu di depan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka yang melanggar syari'at yang mulia. Hendaknya mereka tidak mengusik tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan menganggu para pendeta dan orang-orang lemah yak berdaya yang tidak ikut terjun dalam pertempuran."
Takbir pasukan Muslim pun berkumandang keras membelah langit.
(Dirangkum dari buku "Muhammad Al-Fatih 1453"-nya Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 217-240).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar