Sabtu, 23 Mei 2015

Rohingya Refugees, Unwanted and Stateless

Sedih, sejak 2008 urusan Rohingya ini sudah saya presentasikan di IBF, dan sejak itu problem pengungsi Rohingya terus menerus terulang, karena memang masalahnya tak pernah usai. Rezim Myanmar menganggap mereka bukan penduduknya, karena agama yang mereka pegang dan warna kulit mereka yang berbeda. Sedangkan negeri-negeri tetangga pun tidak mengakui mereka walau berkulit sama, karena beda kewarganegaraan katanya.
Jadi di negeri lahir mereka ditolak karena beda agama dan warna kulit, juga ditolak oleh saudara seagama dan sewarna kulit karena sebab beda kewarganegaraan. Rohingya refugees, unwanted and stateless, padahal mereka Muslim dan syahadatnya sama seperti kita.
Sekali lagi, nasionalisme menunjukkan rendahnya pola pikir manusia, membuang jauh ikatan akidah demi garis-garis yang dibuat manusia, menghilangkan rasa kemanusiaan itu sendiri.
Karena itu saya semakin yakin, kita perlu sebuah negara yang tidak memandang pada warna kulit, juga tidak pada batas-batas yang dibuat manusia, melainkan hanya batas yang dibuat oleh Allah. Negara yang manusiawi dan memanusiakan manusia, negara yang menerapkan syariat Allah. Khilafah Islam yang tak tersekat nasionalisme. Selama urusan penyebab masalahnya itu tak terpecahkan, akan selalu ada pengungsi Rohingya yang terdzalimi, dan itu berarti beban kita di akhirat saat berhadapan dengan Allah. Untungnya, Aceh masih peduli, semoga kepedulian ini menjadi inspirasi dan merambah pada kaum Muslim yang lainnya dibelahan bumi nusantara juga dunia. (Ustadz Felix Siauw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar