Jumat, 02 Januari 2015

Source of All Victory

"Sesungguhnya Allah meletakkan pedang ditanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku lakukan kewajiban dengan pedang ini maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Al-Ghazi yang aku sandang sekarang ini. Lalu bagaimana aku akan menemui Allah pada hari kiamat nanti?." (Fatih Sultan Mehmed).

Foto by Islamicartdb
Jum'at pertama setelah penaklukan Konstantinopel, pada 1 Juni 1453 M. Sultan mengadakan sholat Jum'at kali pertamanya di Konstantinopel bersama pasukannya. Muncul persoalan, "Siapakah yang layak menjadi imam sholat Jum'at?" Tak seorang pun berani menawarkan diri.
Melihat itu Sultan segera bangun dari tempat duduknya dan meminta kepada seluruh jama'ah untuk sama-sama berdiri. Kemudian Sultan bertanya, "Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akil balighnya hingga hari ini pernah meninggalkan sholat wajib 5 waktu silakan duduk ?!". Subhanallah ! tak ada seorangpun diantara pasukan Islam Utsmani yang duduk.
Sultan tersenyum, kemudian bertanya lagi : "Siapa di antara kalian yang sejak akil baligh dahulu hingga pada hari ini pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib. Kalau ada yang pernah meninggalkan sholat rawatib sekali saja, silakan duduk!". Sebagian kecil diantara pasukan Islam Utsmani yang merasa pernah meninggalkan sholat rawatib, mereka segera duduk.
Sultan Mehmed II pun kembali bertanya : "Siapa diantara kalian yang sejak masa akil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan sholat tahajjut di kesunyian malam? Bagi yang merasa pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk?!". Akhirnya pasukan Islam Utsmani yang masih berdiri dipertanyaan kedua, kali ini dipertanyaan ketiga segera duduk rapi kembali. 
Namun, ada pemandangan yang menakjubkan, ternyata ada seorang yang masih tegak berdiri. Dialah Sultan Mehmed II bin Murad II bin Beyazid, sang pemimpin penaklukan Konstantinopel. Dialah yang pantas menjadi imam sholat jum'at kali pertama di Konstantinopel.
Inilah rahasia kemenangan Sultan Mehmed dalam upaya mewujudkan bisyarah Islam dan nubuwwah Rasulullah s.a.w. tentang penaklukan kota KOnstantinopel adalah kualitas amal saleh Sultan Mehmed II dalam mendirikan sholat. Tidak hanya sholat fardhu yang lima waktu, namun juga sholat sunnah rawatib dan sholat tahajjut. Seperti yang dikatakan Syaikh Syamsuddin guru Sultan Mehmed II, "Kalau seandainya ada pemimpin Muslim yang tidak pernah masbuq dalam sholatnya, dialah Sultan Muhammad Al-Fatih".
(Inspirasi dari Muhammad Al-Fatih 1453; Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 290-314).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar