Jumat, 23 Januari 2015

Aku Ingin Kakek

Rasa sayang seorang kakek terhadap cucu, melebihi rasa sayangnya terhadap anak-anaknya sendiri. Karena begitu besar kasih sayang kepada cucunya, terkadang bisa menjadi cara seorang cucu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya melalui jalur kakek. Misalnya, ketika anak meminta makanan yang disukainya disebuah warung. Terkadang orangtua tidak mengizinkan, karena makanan yang disukai anaknya sudah terlalu sering diminta. Namun, Bagaimana dengan kakek? Kakek sering memberikan lebih dari yang diminta cucunya. Cucunya hanya minta satu, tapi kakek memberikan dua.
Jarang sekali melihat seorang kakek yang menolak keinginan cucunya. Tapi, rasa sayang seorang kakek yang lebih itu dapat membantu peran orangtua dalam melahirkan generasi gemilang di usia belia.

Bagaimana caranya?
Ar Rahiqul Makhtum yang ditulis Syaikh Shafiyyu Rahman Al-Mubarakfury mengkisahkan sedikit peran Abdul Muththalib, kakek nabi. Berikut beberapa kisahnya :
Pertama
: Setelah Aminah (ibu Nabi) melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Maka Abdul Muththtalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa nabi kecil ke dalam ka’bah, seraya berdo’a kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dia memilih nama Muhammad bagi beliau. Nama yang belum dikena di kalangan bangsa arab.
Kedua : Saat nabi menjadi yatim piatu, nabi kembali kepangkuan sang kakek. Saat bersama kakek, ibnu hisyam berkata,” ada sebuah dipan yang diletakkan di ka’bah untuk Abdul Muththalib. Kerabatnya biasa duduk disekeliling dipan itu hingga Abdul Muththalib keluar ke sana, dan tak seorang pun yang berani duduk di dipan itu, sebagai penghormatan terhadap dirinya. Saat Nabi kecil yang montok, nabi duduk di atas dipan itu. Paman-paman beliau langsung memegang dan menahan agar tidak duduk di dipan itu. Tatkala Abdul Muththalib melihat kejadian ini, dia berkata, “biarkanlah anakku ini. Demi Allah sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.” Kemudian Abdul Muththalib duduk bersama beliau di atas dipannya, sambil mengelus-elus punggung nabi dan senantiasa merasa gembira terhadap apapun yang beliau lakukan.
Ketiga : Nabi bersama kakek dari usia 6 tahun sampai 8 tahun 2 bulan 10 hari.

Dari ketiga kisah kakek nabi, Abdul Muththalib adakah inspirasi tentang peran kakek dalam pengasuhan anak?

Beginilah Inspirasinya
Inspirasi pertama : aku ingin kakek memberikan usulan nama.
Nama Muhammad adalah pemberian kakek. Bukan berarti ini sebuah keharusan yang diberikan kepada kakek. Peran kakek dalam mengusulkan sebuah nama untuk cucunya adalah salah satu bentuk penghargaan seorang anak terhadap orangtuanya. Sangat memungkinkan kakek akan merasa di “wong ke”(di hargai), ketika dimintakan pertimbangan soal nama untuk cucunya. Karena nabi sudah menjadi yatim sebelum lahir, maka kakek mempunyai peran besar atas pemberian nama untuk Muhammad.

Inspirasi kedua : aku ingin kakek berdo’a
Abdul Muththalib membawa nabi kecil ke dalam ka’bah dan berdo’a. Ini adalah peran kakek selanjutnya. Mintalah kakek pergi ke rumah Allah (masjid), kalau punya uang setiap kelahiran berangkat ke Makkah. Minta do’a khusus dari sang kakek untuk cucunya. Karena rasa sayang yang sangat besar dari seorang kakek terhadap cucu, maka akan terasa lepas tanpa beban jika kakek mendo’akan cucunya.

Inspirasi ketiga : aku ingin kakek menceritakan kesuksesannya
Dipan yang menjadi tempat khusus untuk abdul Muththalib, merupakan sebuah kesuksesan seorang kakek yang disegani oleh orang-orang disekelilingnya. Kehebatan kakek ini sangat membantu cucunya melihat keteladan langsung dari sang kakek.

Inspirasi keempat : aku ingin kakek berfikir positif tentang masa depanku
Abdul Muththalib tidak melarang nabi kecil naik ke atas dipannya. Justru dia mengatakan “ biarkanlah anakku ini. Demi Allah sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.”. Dipan yang menjadi kursi istimewa untuk kakek, menjadi saksi bisu atas kalimat seorang kakek. Nabi pun menjadi orang yang agung, dan membawa risalah Islam sepanjang zaman.

Inspirasi kelima : aku ingin kakek tidak lama memberikan kasih sayang yang lebih kepadaku.
Masa kebersamaan Abdul Muththalib bersama nabi hanya dua tahun dua bulan sepuluh hari. Tidak terlalu lama, dikarenakan kakeknya meninggal dunia. Tidak lamanya kakek bersama nabi bukan keinginan nabi, tapi ini atas kehendak Allah. Ada inspirasi dari kehendak Allah terhadap takdir seorang kakek bersama nabi.

Inspirasnya adalah perlu diatur intensitas pertemuan seorang anak terhadap kakek. Karena rasa sayangnya yang berlebih, kalau terlalu berlebihan rasa sayang itu dan terlalu lama diberikan akan menghilangkan konsep-konsep hidup yang lainnya.
Begitulah inspirasinya. Maka setiap kita akan dapat mengatakan.. Aku ingin Kakek.

Wallahu’alam..   (Kuttab al-Fatih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar