Sabtu, 06 Desember 2014

Kemegahan Hagia Sophia

Hagia Sophia dari depan Masjid Sultanahmed (Blue Mosque) (Foto: Septin)
Hagia Sophia merupakan salah satu tempat wisata di Turki yang sangat menarik untuk dikunjungi. Berlokasi di Archeological Park di Istanbul, Turki, Hagia Sophia beserta beberapa bangunan lain seperti Masjid Sultanmahmed, Basilica Cistern, dan Topkapi Palace, sejak 1985 oleh UNESCO  ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya dunia yang harus dilindungi.
Hagia Sophia atau dikenal juga dengan Aya Sofiya, menyimpan banyak sejarah di masa Kekaisaran Byzantium. Dibangun di atas tanah dengan lebar 70 meter dan ketinggian 75 meter dengan dome (kubah) berdiameter 31 meter, bangunan ini bisa dibilang sangatlah megah.
Pada tahun 306 di masa Kekaisaran Byzantium, di kota Konstantinopel yang merupakan cikal bakal kota Istanbul, Gereja Konstantin dibangun. Lokasi Gereja Konstantin inilah yang merupakan lokasi Gereja Hagia Sophia. Sebelum dijadikan gereja, Lokasi Gereja Konstantin itu sendiri awalnya juga merupakan tempat penyembahan masyarakat. Jadi, lokasi Hagia Sophia "Holy Wisdom Church" memang merupakan lokasi yang menyimpan banyak cerita masa lalu tentang kehidupan beragama menusia di masa lalu.
Pada tahun 404, terjadi kerusuhan di Konstantinopel. Perusuh membakar apa saja termasuk Gereja Konstantin. Kerusuhan itu membuat bangunan Gereja Konstantin rusak parah. Selanjutnya, pada tahun 405 Theodosius II memerintahkan untuk membangun gereja kembali. Namun sayang, lagi-lagi gereja harus rusak karena kerusuhan Nika pada tahun 532.
Tahapan pembangun dome di Hagia Sophia, 537 (Sumber: Youtube)
Justinian yang pada waktu itu menjadi kaisar di Konstaninopel memerintahkan Anthemius dan Isidor untuk membangun gereja kembali. Anthemius dan Isidor sebenarnya bukanlah arsitek. Anthemius adalah ahli Matematika dan Fisika sementara Isidor adalah ahli Geometri dan Mesin. Menariknya, mereka berdua tidak punya pengalaman dalam hal arsitek.

Selama pembangunan Gereja ini, Justinian punya ambisi untuk membangun suatu gereja dengan dome yang sangat besar. Untuk mewujudkan impian Justinian, dengan dibantu sepuluh ribuan pekerja, Anthemius dan Isidor bekerja keras untuk mewujudkannya.
Bahan bangunan didatangkan dari berbagai negara seperti Syria dan Mesir untuk membuat bangunan benar-benar sesuai harapan dan megah. Selain itu, bahan bangunan juga dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan bangunan sangat kuat dan kokoh. Untuk dindingnya, batu bata penyangga bangunan dibuat dari tanah liat yang dibakar dengan teknik pembakaran tertentu sehingga batu batanya lebih solid. Tanah liat, semen dan pasir untuk merekatkan batubata juga menggunakan bahan yang membuat bangunan tersebut kuat dan tahan gempa.
Kiri: Tambahan kubah. Kanan: Kubah ditinggikan 6,5 m. (Sumber: Youtube)
Hingga akhirnya, tahun 537 bangunan gereja tersebut bisa diselesaikan. Bangunan Hagia Sophia di masa itulah yang diyakini sampai sekarang ini bisa dinikmati kemegahannya.
Namun sayang, gempa bumi yang melanda Turki tahun 553 dan 557. Gempa bumi itu menyebabkan bangunan itu rusak parah. Bahkan dome yang megah yang berdiameter 31 meter itu hancur.
Tahapan penambahan penyangga bangunan (Gambar 1-3 : Youtube, Gambar 4 : Youtube)
Isidorus, keponakan dari Isidor, membantu membangun kembali dome yang telah rusak. Di bawah rancangan Isidorus, dome ditinggikan lagi setinggi 6,5 meter. Fondasinya kemudian dibenahi lagi, sehingga bangunan lebih kuat. Kolom-kolom penyangganya menggunakan marmer, sehingga membuat bangunan menjadi kuat.
Hingga akhirnya Hagia Sophia dibuka kembali sebagai gereja untuk Kristen Ortodoks di akhir tahun 562.
Namun, gempa bumi berkali-kali mengguncang Turki. Gempa bumi kedua kalinya pada tahun 869 membuat dome Hagia Sophia retak. Kemudian atas permintaan Kaisar Basil I direnovasi. Malangnya, pada tahun 989, gempa melanda Turki lagi. Kali ini, dome rusak lagi. Selanjutnya pada masa Kaisar Basil, dibawah arsitek Trdat, dome kembali dibenahi untuk kesekian kalinya.
Lantai atas (Foto: Septin)
Gempa yang terjadi tahun 1344 dan 1346 juga merusak. Meski kemudian dibenahi oleh arsitek Atras dan Peralta, sejak saat itu, gereja ditutup.
Pada tanggal 20 Jumadil Ula 857 H yang bertepatan dengan hari Selasa 29 Mei 1453 M, Konstantinopel berhasil ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II dari Kekhalifahan Utsmani, setelah 1.143 tahun 10 bulan dan 4 hari berdiri. Hagia Sophia dialih fungsikan menjadi masjid. Setelah itu, beberapa renovasi kecil untuk mengubah gereja menjadi masjid dilakukan. Seperti membuat mihrab. Beberapa gambar-gambar di interior ditutup dan diberi hiasan-hiasan ayat-ayat Al-Qur;an, patung-patung berwujud makhluk hidup, salib-salib dan semua simbol kristen segera disingkirkan serta seluruh struktur bangunan dibersihkan untuk kenyamanan bagi Muslim saat sholat. Juga menambahkan perpustakaan.
Hagia Sophia malam hari (Foto: Septin)
Tidak hanya itu, bangunannyapun diperkokoh. Pada masa Sultan Selim II di akhir abad ke-16, dengan dibantu arsitek Sinan, bagian luar Hagia Sophia dibangun struktur untuk penyangga (Gambar 4). Kemudian juga menambahkan menara di sebelah barat dan di tenggara bangunan. Selanjutnya, dua menara lainnya ditambahkan pada masa Murad III dan Mehmed III.
Sejak 1935, Hagia Sophia diubah menjadi Museum oleh Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki.
Menyusuri setiap sudut Hagia Sophia memang menarik. Bangunan yang masih tetap kokoh berdiri menjadi bukti kehebatan arsitektur jaman dahulu. Kehebatan orang-orang jaman dahulu yang mau berfikir untuk mewujudkan suatu impian yang bisa dinikmati oleh generasi sekarang dan masa depan.
Di lingkungan Archeological Park sudah dibangun beberapa taman tanpa mengubah bentuk asli dari bangunan-bangunan asli. Ini semata untuk menjaga kenyamanan wisatawan yang akan berkunjung ke lokasi Archeological Park. Tidak hanya di siang hari, tetapi juga malam hari. Sehingga pengunjungpun masih bisa menikmati keindahan lokasi kawasan arkeologi itu di malam hari sekalipun.
------------------------------------------
Sumber bacaan :
Kompasiana
Muhammad Al-Fatih 1453; Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar