Minggu, 21 Desember 2014

Kebahagiaan Berbagi

Dalam Al Qur'an Allah swt. Tidak pernah menyuruh meminta-minta, tetapi menyuruh memberi. Dalam surah Al Insan ketika menceritakan ciri ahli surga, Allah Menjelaskan bahwa mereka masuk surga karena mereka selama di dunia suka memberi makan fakir miskin dengan penuh keikhlasan.
Dalam surah Al Lail, ketika menyebutkan ciri ahli surga juga menyebutkan bahwa ia suka memberikan hartanya dan membersihkan jiwanya.
Dalam surah Al Maun, kitka Allah swt Menjelaskan ciri manusia yang mendustakan hari Kiamat, disebutkan pertama, adalah karena bakhil, tidak mau membantu anak yatim dan orang miskin.
Dalam suraj Al Humazah, ketika Menjelaskan penyebab sikap suka mengejek dan menghina orang lain adalah karena suka menumpuk-numpuk harta dan bakhir mengeluarkannya.
Berikut ini kisah yang sangat menyentuh dalam hal berbagi  :
Secercah Kisah Dari Al-Azhar
Seorang guru yang separuh umur berjalan-jalan santai bersama seorang remaja, salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman. Di sela-sela waktu terdengar ketawa kecil anak remaja tersebut. Mereka kelihatan sebagai kawan yang sangat akrab walaupun dengan perbedaan usia yang sangat zahir. Inilah keistimewaan seorang murabbi yang ikhlas. Sedang berjalan, mereka terlihat sepasang kasut yang sudah usang dan hampir reput bersama beberapa barangan peribadi tukang kebun yang usang.
Remaja itu melihat gurunya sambil mengusul : "Bagaimana kalau kita usik tukang kebun ini dengan sembunyikan kasutnya, kemudian kita berlindung di belakang rimbun? Dia datang, pasti terkejut. Coba kita tengok bagaimana dia terkejut dan cemas! He he”
Guru yang alim dan bijak itu menjawab : "Anakku, tidak elok kita berseronok dengan mempermainkan orang, apatah lagi pada orang yang susah. Kamu kan seorang yang senang, dan kamu boleh sahaja menambah kebahagiaan untuk orang tu? Sekarang saya cadangkan kamu masukkan beberapa keping duit kertas ke dalam kasutnya, kemudian saksikan bagaimana respon tukang kebun tu?"
Pemuda itu terpegun dengan usulan gurunya, bersetuju dan segera untuk memasukkan uang ke dalam kasut tersebut.
Kemudian mereka bersembunyi di belakang rimbunan pepohon. Selang beberapa waktu, datanglah seorang lelaki dalam usia 40-an, bajunya basah dengan peluh, sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia berjalan menuju tempat barangan yang tinggalkan.
Beliau memasukkan kakinya ke dalam kasut, merasai sesuatu di dalamnya. Dia coba keluarkan, bila dilihatnya benda asing itu adalah wang kertas, mukanya berubah, dia terpegun.
Ada beberapa keping dalamnya!!
Dia memeriksa sebelah lagi, mukanya hampir-hampir pucat melihat uang yang lebih banyak!!!
Dia menatap uang itu berulang-ulang, seolah-olah tidak percaya dengan matanya.
Dia melihat ke segala penjuru, seolah-olah mencari orang disekitarnya, mungkin ingin bertanyakan sesuatu..
Beliau mendapati dirinya seorang diri!!
Dengan segera ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya dan terus berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah berbicara dengan Allah Ar Razzaq (Pemberi Rezeki), “Aku bersyukur kepada-Mu, Ya Allah, Tuhanku. Wahai Yang Maha Tahu, isteriku sakit dan anak-anakku kelaparan. Mereka belum menjamah apa-apa pun hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan isteri dari kecelakaan ini ya Allah".
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandang ke langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas kurnia dari Allah Yang Maha Pemurah.
Murid tadi, sangat terharu dengan apa yang dilihat. Air matanya meleleh tanpa dapat dibendung.
Guru yang bijak terus bersuara :  “Bukankah sekarang kamu rasa lebih bahagia dari mengusik orang lain dan lucu melihat orang yg kehilangan barangan?”
Pemuda itu segera menjawab, “Hari ini aku mendapat pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru faham makna kalimah yang dulu belum aku fahami sepanjang hidupku : “Ketika kamu memberi, kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil”.
Gurunya melanjutkan "Sekarang ketahuilah bahawa pemberian itu bermacam-macam : Memaafkan kesalahan orang di saat kita mampu membalas dendam, adalah suatu pemberian; Mendo’akan teman dan saudaramu di belakangnya (tanpa pengetahuannya) adalah suatu pemberian; Berusaha untuk berbaik sangka dan menghilangkan sangka buruk darinya juga satu pemberian; Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya, adalah satu pemberian lagi. Ini semua adalah pemberian dari Allah, supaya kesempatan memberi tidak hanya dibuat oleh orang-orang berada sahaja.
Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai sahabatku!

Semoga bermanfa'at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar