Selasa, 17 Februari 2015

Datuk Indomo

Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah atau lebih dikenal dengan Hamka, lahir di desa Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908. Belakangan beliau diberi sebutan Buya, yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, berarti ayahku, atau seseorang yang dihormat. (Filsafat Pendidikan Islam, H. Ramayulis dan Samsul Nizar, 349).
Di dalam buku "Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI"-nya Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka) di halaman 237 - 238, ketika beliau menafsirkan QS. Al-Hujuraat : 11, menceritakan bahwa ketika beliau lahir diberi nama Abdulmalik oleh ayahnya, karena banyaknya nama anak Abdulmalik di kampung beliau, akhirnya semua diimbuhi dengan gelar tambahan. Prof. Dr. Hamka sewaktu kecil sekitar 6 tahun mendapat imbuhan gelar "Si Malik Periuk", karena diam-diam beliau suka membuka periuk yang berisi ikan pengat kesukaan ayahanda untuk dimakannya bersama nasi ketika andung dan ibunya tidak dirumah.
Ketika berumur 15 tahun, atas kesepakatan ninik-mamak beliau diberi gelar Datuk Indomo. Namun sebelum ada ketetapan memakai gelar Datuk itu masih dicalonkan buat beliau gelar Faqih Sari Endah atau Sutan Majo Endah. Tetapi Datuk Indomo itulah yang kemudian ditetapan oleh ninik-mamak persukuan beliau. Dan setelah berhaji pada tahun 1927 (pada usia 19 tahun) ditambahlah dengan sebutan Haji Datuk Indomo.
-----------------
Kepustakaan :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984.
Filsafat Pendidikan Islam : Tela'ah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, H. Ramayulis dan Samsul Nizar, Penerbit Kalam Mulia Yogyakarta, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar