Senin, 10 November 2014

KEUTAMAAN WUDLU’ (6)

Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah pergi ke kuburan lalu memberi salam : Assalamu ‘alaikum daro qoumin mu’minin wa inna insya Allah bikum lahiquna, saya ingin benar kalau dapat melihat pada saudara-saudaraku. Berkata sahabat : Bukankah kami ini saudaramu ya Rasulullah? Jawab Nabi : Kamu sahabatku, dan saudara-saudaraku belum datang kini. Mereka bertanya : Bagaimanakah engkau dapat mengetahui orang-orang yang belum datang kini dari ummatmu ya Rasulullah? Jawab Nabi : Bagaimana pendapatmu jika seorang mempunyai kuda belang putih muka dan kakinya, di tengah-tengah kuda yang semua hitam, tidakkah mudah ia mengenal kudanya? Jawab mereka : Benar ya Rasulullah. Maka ummatku akan datang pada hari qiyamat bercahaya muka dan kakinya bekas anggauta wudlu’, dan saya yang akan membimbing mereka ke haudl (telaga). (HR. Muslim).

Untuk memberi minum. Mereka yang dianggap sebagai saudara-saudara Rasulullah ialah mereka yang mewarisi ajaran-ajaran Rasulullah dan meneruskan ajaran-ajaran itu disampaikannya kepada ummat manusia. Maka dalam hal ini seolah-olah telah mengganti kedudukan seorang Nabi dalam melanjutkan amanat ajaran agama Allah.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 142-143.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar