Minggu, 10 Agustus 2014

Wirda Belajar Membatik di Trusmi Cirebon

Wirda tengah diajari membatik oleh mbak Selly
Sabtu, 9 Agustus 2014 lalu, Wirda Salamah Ulya putri ustadz Yusuf Mansur belajar membatik di kampung Batik Trusmi. Di bawah arahan mbak Selly Giovanny istri mas Ibnu Riyanto pemilik Pusat Grosir Batik Trusmi Cirebon Jl. Trusmi Kulon No.148, Plered Cirebon, dengan tekun Wirda mencanting malam diatas kain batik seukuran 25 cm x 25 cm. Terbayang olehku keseruanya bila Wirda jadi supervisornya lalu para pengrajin batik sambil bekerja sekalian setoran hafalan Qur'an. Mengingat sejarah terbentuknya kampung batik ini juga tak lepas dari peran Ki Gede Trusmi, salah satu murid Sunan Gunungjati dalam menyebarkan Islam sambil mengajarkan membatik. 
Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini banyak kita jumpai puluhan showroom batik. Berbagai papan nama showroom nampak berjejer menghiasi setiap bangunan yang ada di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tak lepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon.
Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi di antaranya seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, dan lain-lain. (diambil dari berbagai sumber).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar