Senin, 07 Juli 2014

Pengaruh Pergolakan Aswad di Negeri-negeri Sekitar Yaman

Yang ketiga, yang akan kita ringkaskan saja, ialah bahwa pergolakan di Yaman itu telah memberi semangat kepada Yamamah dan kepada Banu Asad untuk juga bergolak setelah Nabi wafat. Sebenarnya Tulaihah dan Musailimah takut menghadapi kekuatan kaum Muslimin, dan menurut pendapat mereka tidak mungkin dapat melawannya. Oleh karena itu mereka tidak memberontak. Tetapi setelah Aswad berani mengangkat senjata dan berhasil sehingga menimbulkan ketakutan di kalangan kaum Muslimin, keberanian demikian itu menular kepada Tulaihah dan Musailimah, dan lebih berani lagi mereka setelah Rasulullah berpulang ke rahmatullah. Sekiranya Aswad tidak bertingkah dan membuat kekacauan, yang lain tentu masih akan malu-malu untuk memulai, dan tak seorang pun akan berani melawan kaum Muslimin.
Dengan kematian Aswad itu pergolakan tidak dengan sendirinya berhenti, yang apinya sudah dicetuskan di segenap Semenanjung Arab. Malah api itu masih tetap menyala, dan makin membara setelah Rasulullah wafat.

Pendapat Kalangan Orientalis dan Sebabnya
Gejala demikian itulah pada waktu itu di negeri-negeri Arab yang memperkuat argumen sebagian Orientalis, dengan perbedaan tingkat kehidupan yang jarang terdapat persamaannya dengan negeri-negeri lain, dengan segala akibatnya yang telah menimbulkan pelbagai permusuhan yang tak pernah pula reda sepanjang sejarah. Kehidupan kota dan kehidupan pedalaman di kawasan ini berdampingan demikian rupa secara mencolok sekali. Adanya perbedaan kota-pedalaman di daerah-daerah semacam itulah yang menyebabkan persatuan golongan tidak mudah dicapai. Di samping itu. kehidupan pedalaman yang mau tunduk kepada seorang penguasa seperti di kota, merupakan hal yang mustahil atau hampir mustahil. Kebebasan pribadi seorang badui di pedalaman tak dapat ditukar dengan apa pun, demikian juga kabilah di pedalaman menganggap kebebasannya adalah kehidupannya. Setiap unsur yang akan mengurangi kebebasan itu dipandang sebagai suatu permusuhan yang harus di cegah.
Inilah dan segala yang berhubungan dengan inilah penyebab yang telah menimbulkan permusuhan bebuyutan sepanjang sejarah antar Yaman dengan penduduk daerah utara.
Kalangan Orientalis dengan pendapatnya itu mengatakan bahwa berbedaan watak penduduk pedalaman dengan orang kota serta permusuhan yang timbul antara utara dengan selatan, besar sekali pengaruhnya terhadap pergolakan orang-orang Arab pinggiran, tak lama sebelum Nabi wafat dan pada tahun pertama kepemimpinan Abu Bakr. Islam adalah agama tauhid dalam arti akidah. Oleh karena itu ia membasmi segala macam penyembahan berhala. Keimanan kepada Allah Yang Maha-tunggal dan Esa tersebar ke segenap penjuru negeri Arah. Tidakkah mereka merasa khawatir kesatuan iman kepada Allah itu kelak akan nenjalar menjadi kesatuan politik yang berarti akan merugikan kebebasan warga A.rab pedalaman dan akibatnya membangkitkan permusuhan lama? Itulah yang berkecamuk dalam pikiran mereka menurut pendapat para Orientalis itu, dan itu pala yang membawa Yaman dan yang lain waklu itu bergolak.

Pengaruh Unsur Asing dalam Menyulut Pergolakan
Lepas dari benar tidaknya argumen itu, kita tak dapat nenutup mata dari adanya unsur asing yang juga ikut menggerakkan hingga terjadi pergolakan dan pemurtadan orang-orang Arab itu. Raja Persia dan Kaisar Rumawi sudah melihat surat Muhammad kepada mereka dan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa lain untuk menganut Islam.
Hal ini mendorong mereka untuk sekuat tenaga berusaha menyebarkan api fitnah di negeri-negeri yang tak akan ada unsur apa pun yang akan dapat menyatukan dan memperkuat mereka selain agama baru ini. Satu-satunya cara untuk melemahkan mereka dan membuat mereka porakporanda ialah dengan jalan menghasut.
Apa pun motif yang mendorong Aswad mengadakan pengacauan. kemudian disusul oleh Tulaihah dan Musailimah serta pemberontakan warga Arab pedalaman terhadap kewibawaaaan Muslimin sampai ke dekat kota Medinah, yang jelas ialah bahva wafatnya Nabi menjadi sebab timbulnya fitnah itu.
Bagaimana siasat Abu Bakr menghadapi pengacauan dan kemudian membasminya itu? Bagaimana ia mampu mengalahkan segala anasir fitnah dan pengacauan itu dan mempersatukan kembali segenap warga Arab Muslimin? Dan bagaimana ia merintis kedaulatan Islam agar para khalifahnya dapat tegak di atas dasar yang kukuh dan kuat?
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 73 - 75.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar