Senin, 21 Juli 2014

Kehidupan Sosial pada Masa Umar bin Khattab (3)

Kekuatan Tauhid dan Kebebasan Rohani
Orang-orang Arab itu bukan tidak mengakui adanya Tuhan ketika mereka menyembah berhala-berhala itu, tetapi semua itu oleh mereka dipersekutukan dengan Tuhan Yang Esa dan dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam ziarah haji ke Kabah, dalam talbiah mereka menyebut nama Allah dan menyebut berhala-berhala itu sebagai sekutu-sekutu-Nya. Beberapa kabilah ada yang mengatakan : “Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la syarika laka, kecuali dia sekutu-Mu, Engkau yang memilikinya dan dia tidak memiliki.” Orang-orang Kuraisy itu mengelilingi Kabah dengan mengatakan : “Demi Lat dan Uzza, dan inii Manat ketiga, yang terakhir. Itulah garãniq yang luhur. perantaraannya sungguh dapat diharapkan!” Dalam hal ini Allah berfirman : “Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, —kalau tidak dengan mempersekutukan.” (TQS Yusuf (12) : 106).
Inilah gambaran selintas mengenai kepercayaan dan adat istiadat Arab dalam kehidupan sosial mereka sebelum Islam. Dengan mudah kita dapat memahami apa yang telah diberantas oleh Islam. Dengan sendirinya pengaruh syirik itulah yang pertama sekali dihancurkan dalam jiwa orang-orang Arab. Mereka sudah mendengar ayat-ayat wahyu tentang semua itu yang kemudian membuat mereka —sesudah mereka masuk Islam— sangat membencinya. Mereka mendengar firman Allah ini : “Mereka menempatkan berhala-berhala sejajar dengan Allah untuk menyesatkan orang dari jalan Allah. Katakanlah : “Bersenang-senanglah kamu, tetapi perjalananmu menuju api neraka.” (TQS Ibrahim (14) : 30). Dan firman-Nya : “Hai manusia! Ada sebuah perumpamaan, dengarkanlah. Mereka yang kamu seru selain Allah, tidak akan dapat menciptakan seekor lalat pun. meski mereka berkumpul untuk itu, dan jika lalat merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali. Sama lemahnya, mereka yang mengejar dan yang dikejar.” (TQS al-Hajj (22) : 73). Firman-Nya lagi : “Tetapi mereka yang kamu seru selain Dia, tak mampu memberi pertolongun kepadamu, juga tak mampu menolong diri mereka sendiri. Kalau kau ajak mereka ke jalan yang memberi petunjuk, mereka tak mau mendengarkan, dan kaulihat mereka memandangmu padahal mereka tidak melihat.” (TQS al-Araf (7) : 197-198). Selanjutnya lagi : “Adakah mereka yang kafir akan menjadikan hamba-hambu-Ku sebagai pelindung selain Aku? Sungguh, kami telah menyediakan neraka jahanam sebagai tempat tinggal orang-orang kafir.” (TQS al-Kahfi (l8) : 102). Firman-Nya lagi : “Katakanlah “Adakah kamu lihat sekutu-sekutunya yang kamu seru selain Allah? Tunjukkanlah kepadaku, apa yang telah mereka ciptakan di bumi ini. Ataukah mereka punya saham di langit? Ataukah Kami memberikan sebuah Kitab kepada mereka, sehingga mereka mendapat keterangan daripadamu?” Tidak, yang dijanjikan orang-orang zalim itu hanyalah saling menjanjikan tipu muslihat.” (TQS Fatir (35) : 40). “Tidaklah patut bagi Nabi dan orang-orang beriman memohonkan ampun bagi orang-orang, musyrik walau mereka kerabat dekat, sesudah nyata bagi mereka bahwa mereka menjadi penghuni api neraka.” (TQS at-Taubah (9) : 113). “Tetapi bila bulan-bulan terlarang sudah lalu, perangilah kaum musyrik di mana pun kamu dapati mereka, tangkap dan tahanlah mereka dalam kepungan. dan awasilah pada tiap tempat pengintaian. Tetapi bila mereka bertobat, menjalankan shalat dan mengeluarkan zakat, berikanlah kebebasan kepada mereka. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (TQS at-Taubah (9) : 5).
Orang-orang Arab itu sudah mendengar ayat-ayat tersebut, dan puluhan lagi yang sama lainnya, maka semua pengaruh syirik dalam jiwa mereka pun terhapus. Kita melihat mereka yang pernah murtad dan yang mendakwakan diri nabi setelah Rasulullah wafat, tak ada lagi yang mempersekutukan Allah. Hanya mereka yang mendakwakan diri nabi menganggap dirinya nabi untuk golongannya, dan Muhammad juga nabi untuk golongannya sendiri pula. Sesudah kaum murtad ditumpas, semua orang Arab beriman, bahwa tak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad Rasulullah.
Penumpasan terhadap syirik mempunyai pengaruh yang dalam sekali dalam hati orang Arab, dan dalam kehidupan sosial mereka. Tak seorang Muslim pun yang masih merasa bergantung selain kepada Allah, hanya Allah Yang Mahakuasa tempat mereka semua bergantung. Tak ada lagi seorang Muslim yang masih mengharapkan ramalan dari azlam atau memohonkan pilihan dari berhala-berhala. Ia memohonkan pilihan hanya dari Allah semata. Hanya kepada-Nya ia bergantung, memohonkan pertolongan dan yang dijadikan pegangannya. Dia Yang akan menunjukkan jalan. Dengan demikian mentalitas manusia Arab itu jadi bebas, hati nuraninya terbebas dari perbudakan paganisme. Sekarang mentalitas dan hati nurani itulah yang akan membimbing mereka, akan melakukan sesuatu atau tidak akan melakukannya. Di luar itu tak ada yang akan menjadi penghubung manusia dengan Tuhannya. Sekarang kepercayaan pada alamat baik dan buruk sudah tak punya tempat lagi. Burung yang terbang dari arah kanan atau kiri tidak lagi berpengaruh terhadap kehendak manusia. Tak ada lagi orang yang mau membaca ramalan bintang-bintang untuk melihat nasib pribadi atau bangsa. Semua yang berjalan di alam semesta ini sesuai dengan sunnatullah, dengan ketentuan Allah. Ketentuan Allah tidak akan mengalami penyimpangan dan perubahan.
-------------------------
Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011, halaman 649-651.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar