Selasa, 01 Juli 2014

Antara Dosa Dan Petaka

Firman Allah :
“Apakah Allah akan berbuat menyiksa kalian jika kalian bersyukur dan beriman, sedang Allah Maha Penerima Kasih lagi Maha Mengetahui?” (QS An-Nisa’ : 147).
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia sendirilah yang menganiaya terhadap diri mereka sendiri.” (QS Yunus : 44).
“Tidaklah sekali-kali Tuhanmu membinasakan suatu negeri secara aniaya, padahal penduduknya itu orang baik-baik.” (QS Yunus : 117).
“Sungguh akan Kami rasakan kepada mereka itu sebagian adzab yang kecil (di dunia) sebelum mereka menderita adzab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS As Sajdah : 21).

EBIET G. ADE pernah menyenandungkan sebuah lagunya mengenai hubungan antara bencana yang terjadi dengan ulah manusia yang bangga dengan dosa-dosa.
Saat akhir-akhir ini kita sering mendengar bahkan menyaksikan bencana dan malapetaka yang melanda dunia, khususnya negara kita yang senantiasa kita senandungkan sebagai negara yang kaya raya tenteram raharja.
Pada bulan April 1982 yang telah lalu Gunung Galunggung melakukan kegiatannya dengan memuntahkan lahar, lava dan lapilinya yang banyak menimbulkan kurban bagi masyarakat sekitarnya dan meresahkan bangsa Indonesia pada umumnya. Di saat Galunggung sedang melakukan aksinya tersebut tiba-tiba Gunung Soputan di Sulawesi Utara mengikuti jejaknya dengan gaya yang tersendiri pula. Apakah hal itu karena si Galunggung ingin bersenandung menyaingi lagu-lagu porno yang sedang merajalela, ataukah karena si Soputan ingin ikut berdansa seperti yang terjadi di nightclub-nightclub dan bar-bar? Entahlah! Yang jelas kejadian-kejadian seperti itu cukup membikin orang gelisah. Bahkan bukan hanya orang yang musnah, perumahan dan sawah ladangnya saja yang bingung, tetapi vulkanolog-volkanolog dan teknolog-teknolog juga cukup dibikin pusing untuk memecahkan masalahnya. karena ternyata upaya mereka sering meleset.
Nah, dengan demikian tampaklah dengan sejelas-jelasnya betapa kerdilnya manusia ini berhadapan dengan kekuasaan Allah Yang Maha Agung lagi Perkasa.
Di samping Soputan dan Galunggung yang masih genit itu — pinjam istilah Majalah Muhibbah — datang pula bencana kekeringan yang sangat meresahkan. Tanaman padi dan tetumbuhan yang tadinya diharapkan akan dapat dipetik hasilnya tiba-tiba saja menjadi kering kerontang bak kata Al Quran : “Kemudian tanaman itu mongering, lalu kamu lihat ia menguning, lantas hancur berantakan.” (Al-Hadid : 20).

Istidraj?
Dalam suatu kesempatan Uqbah bin Amir pernah berdialog dengan Rasulullah s.a.w. Dalam pada itu beliau menyampaikan sebuah hadits kepada Uqbah, kata beliau : “Apabila engkau lihat Allah Azza wa Jalla memberikan kepada manusia akan apa-apa yang disenanginya dari hal duniawi yang semuanya itu diperoleh dengan bermaksiyat (melanggar) kepada Allah, maka yang demikian itu adalah istidraj (ulu-ulu - Jw.). Kemudian Rasulullah s.a.w. membaca ayat (Al-An’am : 44) yang artinya : “Maka apabila mereka telah lupa kepada apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami bukakan kepada mereka pintu-pintu (kesenangan) bagi segala sesuatu, hingga apabila mereka bergembira ria dengan apa yang diberikan kepada mereka, sekonyong-konyong Kami datangkan siksa atas mereka, maka tiba-tiba mereka berputus asa.” (HR. Ahmad).
Menjadi pertanyaan bagi kita, apakah musibah dan bencana-bencana yang kita hadapi sekarang ini sebagai realisasi dari penegasan Rasulullah s.a.w., plus ayat Al-Quran yang disitirnya itu? Coba saja kita renungkan, di tengah-tengah kita bergembira-ria, berpesta pora dengan berbagai gaya, di tengah kita mendengar senandung lagu-lagu yang memuja dan memuji tanah air menyanjung dan mengagungkan ibu pertiwi (nama dewa bumi menuru kepercayaan Hindu? — Subhanallah!), tiba-tiba saja Galunggung ikut bersenandung — pinjam istilah si Bimbo —, Soputan muntah-muntah, Merapi juga sering batuk-batuk, kekeringan datang mengamuk... dan diramalkan banjir akan melanda...?
Apakah selama ini kita berada dalam posisi istidraj? Nastaghfirullahal ‘Adhim.

Hubungan Antara Dosa dan Bencana
Sungguh indah ungkapan Al-Quran seperti yang telah kami sebutkan di awal tulisan ini; dan firman-Nya pula yang artinya : “Dan tiadalah sekali-kali Tuhanmu merusakkan (membinasakan) sesuatu negeri sedang penduduknya itu orang-orang yang suka berbuat kebajikan.” (QS Hud : 117).
Dari ayat-ayat di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa karena kelakuan manusianya sendirilah justru yang mengundang datangnya bencana dan malapetaka. Yaitu kegemaran mereka bertingkah di atas panggung kehidupan dengan sejuta kemaksiyatan. Lebih tegas lagi Al-Quran mengatakan yang artinya : “Dan bencana apa pun yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan kamu, padahal Allah telah ampunkan sebagian besar dari dosa-dosa kamu.” (QS Asy-Syuuraa : 30).
KHM Syukri Ghazali, Ketua Majlis Ulama Indonesia, Dr. K.H.E.Z. Muttaqien. Ketua MUI Jabar dan Rektor Unisba, dan Buya AR. Sutan Mansur (87 tahun), Penasihat P.P. Muhammadiyah, menyampaikan sinyalemen bahwa bencana alam yang kini sedang melanda adalah disebabkan oleh perbuatan-perbuatan dosa dan kedhaliman manusia serta keberanian mereka kepada Allah s.w.t.
Coba saja kita perhatikan betapa keadaan yang sudah begitu parah, korupsi, manipulasi, penindasan, penyalah-gunaan jabatan, suap-menyuap. upetisme, setoranisme, tidak meratanya keadilan, pilih kasihnya pengadilan menetapkan hukum sehingga si pencuri kelas kakap berpesta pora dan pencuri kelas teri dipenjara, orang jujur dicurigai, si tirani disanjung dipuji.
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda : “Sesungguhnya yang merusak binasakan orang-orang sebelum kamu dahulu ialah apabila ada orang berkedudukan yang mencuri (korupsi) mereka biarkan saja, tetapi yang mencuri itu orang yang lemah (rakyat jelata), mereka kenakan hukuman atas orang itu.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Dan kata Al Quran : “Dan jika Kami (Allah) hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan) Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’ : 16).
Di samping itu kita lihat betapa merajalelanya kemaksiatan, kerusakan moral, kebrengsekan orang tua dan kenakalan remaja. Perzinaan, homoseksual, lesbianisme, minum-minuman keras, perjudian, menampak-nampakkan aurat tanpa rasa malu, wanita berlagak menyerupai pria dan prianya menyerupai wanita, dan sebagainya.
Nah, keadaan-keadaan seperti itu sangat dikhawatirkan sebagai panitia pengundang datangnya bencana dan petaka.
Marilah kita perhatikan hadits-hadits Rasulullah s.a.w. Ash Shadiqul Mashduq di bawah ini.
“Dari Ali r.a. katanya : Telah bersabda Rasulullah s.a.w., : “Apabila umatku melakukan lima belas perkara ini pasti mereka akan ditimpa bala bencana.” Para shahabat bertanya : Apa sajakah itu wahai Rasulullah? Jawab beliau, “Yaitu apabila harta rampasan (penghasilan negara) hanya beredar pada penguasa dan orang-orang besar saja amanat menjadi rampasan (dirampas atau dikorupsi di tengah jalan); zakat sudah dihutang; si suami sudah tunduk patuh kepada segala kehendak isterinya; mendurhakai ibunya; bersikap baik kepada teman-temannya dan mendurhakai ayahnya; hiruk pikuk suara di masjid-masjid yang menjadi pemimpin suatu kaum yaitu orang yang paling rendah budi pekertinya; dihormatinya seseorang karena takut kejahatannya (konditenya, black-listnya. dan sebagainya); ”minum-minuman keras sudah dibiasakan; memakai sutera (bagi laki-laki) juga dianggap hal yang biasa saja! biduanita-biduanita dan bunyi-bunyian (musik) sudah menjadi yang akhir (manusia sekarang) sudah melaknat dan mencaci-maki orang-orang dahulu (yakni orang yang berpegang teguh pada agama dengan cacian kolot, ketinggalan zaman, tidak modern dan sebagainya). Maka disaat yang demikian itu, nantikanlah kedatangan angin yang sangat panas. Ataupun  gempa bumi dan tanah longsor, atau penyakit yang bisa mengubah wajah manusia.” (HR Tirmidzi).
Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi hadits yang mirip dengan hadits di atas dan Abi Hurairah yang di dalamnya disebutkan : “Dan orang belajar bukan untuk agama lagi.”
Juga disebutkan dalam Majma’uz Zawaid dan hadits ‘Auf yang seperti di atas dan di dalamnya disebutkan : “Dan domba-domba (manusia yang bermoral seperti domba) sudah naik di atas mimbar-mimbar; dan Al-Quran dijadikan sebagai seruling (nyanyian-nyanyian )…..”
“Dari Ibnu Umar r.a. katanya : Pernah Rasulullah s.a.w. menghadap ke arah kami lalu beliau bersabda, “Wahai sekalian orang Muhajirin! Jagalah dirimu dari lima perkara, karena jika kamu melakukannya niscaya kamu ditimpa bala bencana, dan aku berlindung kepada Allah agar kamu tidak mendapatinya, yaitu : (1). Tidaklah timbul suatu perbuatan jahat pada suatu kaum sehingga mereka menyebarluaskannya melainkan akan merajalela wabah tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa orang-orang yang dahulu dari mereka. (2). Tidaklah mereka berlaku curang di dalam menakar dan menimbang melainkan mereka akan ditimpa bahaya kekeringan. kelaparan dan kedhaliman penguasa. (3). Tidaklah mereka enggan mengeluarkan zakat harta mereka melainkan akan ditahan air hujan dari langit atas mereka, dan andaikata tidak karena kasihan pada binatang-binatang niscaya tidak akan diturunkan hujan sama sekali. (4). Tidaklah mereka merusakkan janji Allah dan janji Rasul-Nya melainkan Allah akan jadikan musuh mereka berkuasa atas mereka, lantas penguasa-penguasa itu merampas sebagian apa-apa yang ada di tangan mereka. (5). Apabila pemimpin-pemimpin mereka tidak lagi menghukum dengan Kitabullah dan tidak pula memilih (mengutamakan) apa-apa yang diturunkan Allah melainkan Allah jadikan pertentangan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah, Al Bazzar dan Baihaqi; dan diriwayatkan juga oleh Hakim yang sepertinya dari hadits Ba ‘idah, kata Hakim : Shahih menurut syarat Muslim).
Dan diriwayatkan oleh Malik dengan mauquf dari Ibnu Abbas dan dirafa’kan oleh Thabrani dan lainnya kepada Nabi s.a.w. : “Tidak merajalela korupsi pada suatu kaum melainkan Allah campakkan ke dalam hati mereka penyakit phobia (perasaan takut); tidak merajalela perzinaan pada suatu kaum melainkan akan menimbulkan banyak kematian; tidaklah suatu kaum berlaku curang di dalam menakar dan menimbang melainkan akan diputuskan rizqi untuk mereka. Tidaklah suatu kaum memberlakukan hukum dengan tidak benar melainkan akan menimbulkan pertumpahan darah; dan tidaklah suatu kaum suka merusakkan janji melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh.”
Dari Ibnu Abbas r.a. dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda, “Apabila telah merajalela perzinaan dan riba pada sesuatu negeri maka berarti penduduknya telah menyediakan diri mereka untuk menerima adzab Allah.” (HR Hakim).
Dan sabda beliau pula : “Akan ada suatu kaum dari ummat ini yang tenggelam dalam pesta makan-minum, hiburan dan permainan, lantas pada pagi harinya wajah mereka telah diubah seperti kera dan babi. Dan sungguh mereka akan ditimpa gempa dan penyakit-penyakit sehingga pagi-pagi orang-orang pada ngomong : Telah terjadi gempa tadi malam di Bani Anu, telah terjadi gempa tadi malam di Bani Anu. di kampung anu. Dan sungguh akan dikirimkan atas mereka batu-batu dari langit seperti yang telah pernah ditimpakan atas kaum Luth, atas kabilah anu dan kampung anu. Dan akan dikirim atas mereka angin yang membawa kerusakan yang telah membinasakan kaum ‘Ad, atas kabilah-kabilah dan kampung yang ada. Semua itu adalah karena mereka sudah biasa meminum minuman keras, mengenakan sutera, gemar akan biduanita-biduanita, suka makan riba, dan memutuskan tali kekeluargaan.” (HR Ahmad, Baihaqi, dan dishahkan oleh Hakim).
Dan masih banyak lagi hadits yang semakna dengan hadits-hadits di atas.

Introspeksi (Mawas Diri)
Setelah membaca ayat-ayat dan hadits-hadits di atas, setelah memperhatikan perbuatan-perbuatan kebanyakan manusia yang membanggakan dosa-dosa dengan menggaya dan menggada; kemudian melihat ulah alam dengan berbagai bencana dan petakanya, maka : “Belumkah datang waktunva bagi orang-orang yang mengaku beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS Al-Hadid : 16).
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (QS At-Tahrim : 8).

Camkanlah dan renungkan!
-----------------------------------------
Tulisan : As ‘ad Yasin, Majalah Al-Muslimun No. 154 Rabi'ul Awal/Rabi'ul Akhir 1403 H, Januari 1983 M Tahun ke29, Penerbit : Firma Al-Muslimun Bangil Jawa Timur, halaman 30-36 dan 92.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar