Kamis, 08 Mei 2014

Abu Bakr dan Umar Pembantu Rasulullah

Kemenangan Muslimin di Badr itu juga sebenarnya telah mangangkat martabat mereka. Inilah yang telah menimbulkan kedengkian di pihak lawan. Pada pihak Yahudi timbul rasa sakit hati yang tadinya biasa-biasa saja. Dalam hati kabilah-kabilah di sekitar Medinah yang tadinya merasa aman kini timbul rasa khawatir. Tidak bisa lain, untuk mencegah apa yang mungkin timbul dari mereka itu, diperlukan suatu siasat yang mantap, suatu perhitungan yang saksama. Musyawarah yang terus-menerus antara Nabi dengan sahabat-sahabat telah diadakan. Abu Bakr dan Umar oleh Nabi diambil sebagai pembantu dekat (wazir) guna mengatur siasat baru, yang sekaligus merupakan batu penguji mengingat adanya perbedaan watak pada kedua orang itu. Mekipun mereka sama-sama jujur dan ikhlas dalam bermusyawarah. Di samping dengan mereka ia juga bermusyawarah dengan kaum Muslimin yang lain. Musyawarah ini memberi pengaruh besar dalam arti persatuan dan pembagian tanggungjawab demikian, sehingga masing-masing mereka merasa turut memberikan saham.
Sebagai penangkal akibat dendam kesumat pihak Yahudi itu Muslimin sekarang mengepung Banu Qainuqa’ dan mangeluarkan mereka dari Medinah. Begitu juga akibat rasa kekhawatiran kabilah-kabilah yang berada di sekeliling Medinah, mereka berkumpul hendak mengadakan serangan ke dalam kota. Tetapi begitu mendengar Muhammad keluar hendak menyongsong mereka, mereka sudah lari ketakutan.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar