Selasa, 08 April 2014

Abu Bakr Pada Masa Nabi

Masa Kecil dan Terbatasnya Berita
Sumber-sumber yang sampai kepada kita mengenai masa kecil Abu Bakr tidak banyak membantu untuk mengenal pribadinya dalam situasi kehidupan saat itu. Cerita sekitar masa anak-anak dan remajanya tidak juga memuaskan. Apa yang diceritakan tentang kedua orangtuanya tidak lebih daripada sekedar menyebut nama saja. Setelah Abu Bakr menjadi tokoh sebagai Muslim yang penting, baru nama ayahnya disebut-sebut. Ada pengaruh Abu Bakr dalam kehidupan ayahnya, namun pengaruh ayahnya dalam kehidupan Abu Bakr tidak ada. Tetapi yang menjadi perhatian kalangan sejarawan waktu itu justru yang menyangkut kabilahnya serta kedudukannya di tengah-tengah masyarakat Kuraisy. Tak bedanya mereka itu dalam hal ini dengan sejarah Arab umumnya. Dengan melihat pertaliannya kepada salah satu kabilah, sudah cukup untuk mengetahui watak dan akhlak mereka. Adakalanya yang demikian ini baik, dan kadang juga mereka yang percaya pada prinsip keturunan itu berguna untuk menentukan kecenderungan mereka, kendati yang lain menganggap penilaian demikian sudah berlebihan, dan ini yang membuat mereka tidak cermat dalam meneliti.

Kabilahnya dan Kepemimpinannya
Abu Bakr dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Setiap kabilah yang tinggal di Mekah punya keistimewaan tersendiri, yakni ada tidaknya hubungannya dengan sesuatu jabatan di Kabah. Untuk Banu Abd Manaf tugasnya siqayah dan rifadah, untuk Banu Abdid-Dar, liwa’, hijabah, dan nadwah, yang sudah berjalan sejak sebelum Hasyim kakek Nabi lahir. Sedang pimpinan tentara di pegang oleh Banu Makhzum, nenek moyang Khalid bin Walid, dan Banu Taim bin Murrah menyusun masalah diat (tebusan darah) dan segala macam ganti rugi. Pada zaman jahiliah masalah penebusan darah ini di tangan Abu Bakr tatkala posisinya cukup kuat, dan dia juga yang memegang pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu bila ia harus menanggung sesuatu tebusan dan ia meminta bantuan Kuraisy mereka pun percaya dan mau memberikan tebusan itu, yang tak akan dipenuhi sekiranya orang lain yang memintanya.
Banyak buku yang ditulis orang kemudian menceritakan adanya pujian ketika menyinggung Banu Taum ini serta kedudukannya di tengah-tengah kabilah-kabilah Arab. Diceritakan bahwa ketika Munzir bin Ma’as-Sama’ menuntut Imru’ul-Qais bin Hujr al-Kindi, ia mendapat perlindungan Mu‘alla at-Taimi (dari Banu Taim), sehingga dalam hal ini penyair Imru‘ul-Qais berkata :
Imru’ul-Qais bin Hujr
Telah didudukkan oleh Banu Taim,
“Masabihuz-Zalami”

Karena bait tersebut, Banu Taim dijuluki “Masabihuz-Zalami” (pelita-pelita di waktu gelap)
Tetapi sumber-sumber yang beraneka ragam yang melukiskan sifat-sifat Banu Taim itu tidak berbeda dengan yang biasa dilukiskan untuk kabilah-kabilah lain. Juga tidak ada suatu ciri khas yang bisa dibedakan dan dapat digunakan oleh penulis sejarah atau menunjukkan suatu si hit tertentu kepada kabilah mana ia dapat digolongkan. Sumber-sumber itu melukiskan Banu Taim dengan sifat-sifat terpuji pemberani, pemurah, kesatria, suka menolong dan melindungi tetangga dan sebagainya yang biasa dipunyai oleh kabilah-kabilah Arab yang hidup dalam iklim jazirah Arab.

Catatan :
Kabilah atau suku merupakan susunan masyarakat Arab yang berasal dari satu moyang, lebih kecil dari sya’b dan lebih besar dari ‘imarah. kemudan berturut-turut batn, ‘imarah dan fakhz.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 1 - 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar