Rabu, 26 Maret 2014

Tiga Rembulan di Bilik 'Aisyah

Raudhah
Taman Syurga
Ketika aku masih belasan tahun silam, pernah terlintas dalam pikiranku, "Kenapa hanya dua sahabat yang dimakamkan dekat dengan Rasulullah s.a.w., padahal masa kekhalifahan mencatat 4 sahabat beliau sebagai khalifah. Setelah membaca Sirah 'Aisyah ummil mukminin r.a. seiring berjalannya waktu pula kegundahanku pun terjawab. Dan kini tempat tersebut lebih dikenal dengan Raudhoh.

Berawal dari Mimpi
Sepeninggal Rasulullah menghadap sang pemilik semesta raya, ummul mukminin 'Aisyah pernah bermimpi melihat tiga rembulan jatuh dibiliknya. Kemudian beliau menceritakan perihal mimpinya kepada ayahnya, Abu Bakr. Dan oleh khalifah Rasulullah s.a.w. dijawab : "Wahai 'Aisyah, jika mimpimu itu benar, berarti tiga penghuni bumi yang terbaik akan dikebumikan di rumahmu. Dan ketika Rasulullah s.a.w. wafat dan dikuburkan disana, itulah rembulanmu yang paling baik, beliaulah salah satunya."

Rembulan Kedua
Ummul mukminin 'Aisyah menceritakan bahwa sakitnya Abu Bakr dimulai ketika pada hari yang sangat dingin ia dimandikan. Lalu selama 15 hari ia merasa demam. Sejak sakitnya itu kuat sekali perasaannya bahwa ajalnya sudah dekat dan dia akan bertemu Tuhannya. Tetapi selama sakitnya pikiran Abu Bakr selalu bertumpu  pada nasib kaum Muslimin, pengembalian harta baitul mal yang dipakainya, membagi harta warisan yang dimilikinya sesuai dengan Kitabullah dan penunjukkan Umar ibn Khattab sebagai penggantinya.
Ketika dalam keadaan sakaratul maut itu ia didampingi oleh ummul mukminin 'Aisyah, putrinya. Saat sakitnya bertambah berat ia mengucapkan sebuah kalimat, "Tuhan .... ambillah nyawaku sebagai seorang yang berserah diri (sebagai Muslim) dan tempatkanlah aku bersama orang-orang yang saleh." (TQS 12 : 101)
Kemudian Abu Bakr bertanya kepada ummul mukminin 'Aisyah, berapa lembar kain yang digunakan untuk mengkafani Rasulullah. Ummul mukminin 'Aisyah menjawab, "Tiga kain tanpa baju dan penutup kepala." Kemudian dia bertanya lagi, "Pada hari apa beliau meninggal?" Ummul mukminin 'Aisyah menjawab, "Hari Senin". Abu Bakr bertanya, "Sekarang hari apa?" Ummul mukminin 'Aisyah menjawab, "Hari Senin" Abu Bakr lantas bergumam, "Aku ingin ajalku tiba di tengah malam". Kemudian dia berpaling ke baju yang dikenakannya saat dirawat dan berkata, "Cucilah baju ini dan tambahkan dua kain lagi. Kelak kafani aku dengan baju ini." Ummul mukminin 'Aisyah berkata, "Tapi ini sudah usang" Abu Bakr menjawab, "Orang hidup lebih berhak mendapatkan yang lebih baru ketimbang orang mati."
Maka Abu Bakr wafat pada hari Senin sore 21 Jumadil Akhir 13 H atau 22 Agustus 634 M dalam usia 63 tahun. Setelah semua proses pengurusan jenasah, iapun dimakamkan disamping Nabi dengan posisi kepala diletakkan sejajar di bahu Rasulullah s.a.w. Umar ibn Khattab Usman ibn 'Affan Talhah ibn Ubaidillah dan Abdur-rahman ibn Abu Bakr sebagai saksi.
Dan sang rembulan kedua itu kini telah berdampingan dengan sahabatnya, Rasulullah s.a.w.

Rembulan Ketiga
Setelah selesai amirul mukminin Umar ibn Khattab dari perhitungan dunia, mulail dari pembentukan majelis Syura' untuk memilih amirul mukminin sepeninggalnya, nasib muslimin sesudah wafatnya hingga keinginannya menyelesaikan utang. Kemudian amirul mukminin Umar ibn Khattab kembali dihinggapi kegelisahan yang amat sangat menjelang ajalnya, ingin dimakamkan di bilik ummul mukminin 'Aisyah, di bawah kaki Rasulullah s.a.w. dan bersama sahabatnya Abu Bakr, tetapi dia tidak mampu mengungkapkan keinginannya ini karena menjaga etika dan kesopanan di depan ummul mukminin 'Aisyah. Jauh hari sebelumnya beliau memang pernah meminta izin ummul mukminin 'Aisyah dan sudah diijinkan. Kala itu menjelang wafatnya setelah ditikam, beliau berpesan kepada Abdullah putranya ; "Abdullah, pergilah kepada ummul mukminin 'Aisyah dan katakan kepadanya Umar ibn Khattab berkirim salam, dan janganlah katakan amirul mukminin, sekarang saya sudah bukan lagi ami atas mereka". Abdullah pun bergegas menemui ummul mukminin 'Aisyah menyampaikan pesan ayahnya. ummul mukminin 'Aisyah pun mengizinkan.
Umar ibn Khattab pun kembali berpesan kepada Abdullah, "Tak ada yang lebih penting bagiku selain dari  tempat berbaring itu. Abdullah ibn Umar, perhatikanlah, kalau saya mati bawalah saya ke tempat tidurku dan berdirilah di pintu bilik ummul mukminin 'Aisyah, katakanlah Umar ibn Khattab meminta ijin, jika diijinkan masukkanlah aku, kalau tidak diijinkan kuburkanlah aku di pekuburan Muslimin".
Akhirnya rembulan ketiga itupun berbaring di bilik suci bersama kedua sahabatnya.
-----------------
Sirah 'Aisyah ummil mukminin r.a. ('Aisyah r.a.), Sulaiman an-Nadawi, Penerbit QisthiPress Jakarta, Cetakan ketiga Juni 2012.
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010.
UMAR BIN KHATTAB, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar